Selasa, 01 September 2009

Makna Lain "Gunung-gunung" dan "Burung-burung"



HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM

UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


BAB XI

Makna Lain "Gunung-gunung" dan
"Burung-burung"


Kata al-jibaal (gunung-gunung) dapat berarti pula "kaum-kaum yang tinggal di daerah pegunungan", sebab adakalanya nama suatu tempat dipakai untuk para penghuni tempat tersebut (Qs.12:83). Allah Ta'ala melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) menyebut para pemuka kaum Yahudi – yakni ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi -- dengan "Yerusalem" (Matius 23:1-39):
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Matius 23:37-39). Lihat Qs.2:88-89.
Dengan demikian jelaslah bahwa ditundukkan-Nya "gunung-gunung" untuk berkhidmat kepada Nabi Daud a.s. mengandung arti, bahwa Nabi Daud a.s. berhasil menaklukkan dan menguasai kabilah-kabilah (kaum-kaum) liar serta biadab yang mendiami daerah pegunungan. Nabi Daud a.s. adalah seorang penakluk agung dan pengendali suku-suku bangsa pegunungan yang buas itu. Bible pun menunjuk kepada penaklukan suku-suku pegunungan oleh Nabi Daud a.s. (II Samuel bab 5).
Kata "thair" (burung-burung) yang ditundukkan Allah Ta'ala kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. mengandung beberapa makna:
  • Merujuk kepada para pembesar kerajaan yang senantiasa menyanjung kesucian Allah Ta'ala bersama-sama dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., contohnya Hud-hud (Qs.27:21-32; Qs.34:11-15).
  • Merujuk kepada burung-burung sebenarnya, maknanya ialah bahwa Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. mempergunakan burung-burung yang telah dilatih secara khusus untuk tujuan membawa berita dan pesan di masa peperangan.
  • Merujuk kepada kawanan-kawanan burung yang mengikuti lasykar-lasykar Nabi Daud a.s. yang unggul di medan perang, dan burung-burung tersebut makan bangkai-bangkai manusia yang terbunuh dalam peperangan.
  • Merujuk kepada pasukan berkuda (pasukan kavaleri) yang memilik kecepatan dalam bergerak melebihi pasukan infantri (Qs.27:16-32; Qs.38:31-35).

Makna Dilunakkan-Nya Besi Untuk Nabi Daud a.s.

Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman mengenai pengembangan industri militer di masa pemerintahan Nabi Daud a.s., yaitu dalam rangka mensukseskan upaya penaklukkan "ghanam al-qaum" (kambing-kambing milik suatu kaum) -- yakni bangsa-bangsa liar dan biadab yang selalu menyerang "kebun" yakni wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil:
Dan Kami mengajarkan dia (Daud) membuat baju besi bagi kepentingan kamu, supaya dapat melindungi dari pertempuran kamu. Maka apakah kamu mau bersyukur? (Al-Anbiya, 81).
Firman-Nya lagi:
Dan sungguh Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Daud karunia dari Kami, "Hai gunung-gunung sanjunglah bersamanya, dan juga hai burung-burung." dan Kami menjadikan besi lunak baginya. "Buatlah baju besi yang cukup panjang, dan buatlah cincin-cincinnya berukuran tepat, dan berbuatlah amal shalih. Sesungguhnya Aku melihat apa pun yang kamu kerjakan." (As-Saba, 11-12).
Kemudian mengenai pendaya-gunaan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber daya Manusia) di masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., guna memperkokoh langkah-langkah diplomasi dengan negara-negara lain, Allah Ta'ala berfirman:
Dan Kami tundukkan kepada Sulaiman angin kencang, angin itu bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan dari antara syaitan-syaitan yakni suku-suku pemberontak ada yang menyelam untuk dia, dan mereka menjalankan pekerjaan khusus lain selain itu, dan Kami yang memelihara mereka (Al-Anbiyâ, 82-83).
Penundukkan "angin kencang" kepada Nabi Sulaiman a.s. mengisyaratkan kepada pembangunan armada perdagangan melalui lautan dengan negara-negara tetangga kerajaan Bani Israil (Qs. 21:79-83; Qs.27:16-45; Qs.34:11-14; Qs.38:19-20, 31-4.)

Akibat Bersyukur & Tidak bersyukur

Sunnatullah yang telah ditetapkan Allah Ta'ala bagi manusia adalah bahwa apabila seorang manusia dipanjangkan umurnya maka setelah ia mengalami masa-masa puncak perkembangan jasmaninya dan jiwanya, manusia secara berangsur-angsur akan mengalami masa tua-renta dan pikun lalu akhirnya ia mengalami kematian (Qs.16:71; Qs.22:6; Qs.36:69).
Sunatullah tersebut berlaku pula bagi manusia sebagai bangsa (umat/kaum), yakni Allah Ta'ala telah menetapkan bahwa setiap umat memiliki ajal (batas waktu), firman-Nya:
Bagi tiap-tiap umat ada (memiliki) ajal (batas waktu), maka apabila telah datang ajal (batas waktu mereka, tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat memajukan. Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan Tanda-tanda-Ku kepada kamu maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berlaku takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al A'râf, 35-37).
Walau pun dalam ayat tersebut dikatakan bahwa "apabila telah datang ajal (batas waktu mereka, tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat memajukan" tidak berarti bahwa manusia sama sekali tidak memiliki ikhtiar (upaya) untuk mempercepat atau pun memperlambat kedatangan ajal (batas waktu) tersebut, firman-Nya:
Dan ketika Tuhan engkau mengumumkan, "Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya Aku akan menambah karunia lebih banyak kepada kamu, dan jika kamu tidak bersyukur sesungguhnya azab-Ku sangat keras" (Ibrahim, 8).
Firman-Nya lagi:
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Menghargai, Maha Mengetahui (An Nisâ, 148).

Masa Kemunduran Kerajaan Bani Israil

Kerajaan Bani Israil mengalami kemunduran terjadi setelah wafat Nabi Sulaiman a.s., selain akibat lemahnya ketakwaan pewaris tahta kerajaan Bani Israil, Rehoboam -- yang di dalam Al-Quran digambarkan sebagai "jasad tanpa ruh yang duduk di atas singgasana" (Qs.38:35-36; I Raja-raja fs 12, 13 & 14) – juga akibat timbulnya pemberontakan dari kalangan suku-suku Bani Israil di luar wangsa Nabi Daud a.s., yang dipimpin oleh Jeroboam (I Raja-raja 12:28).
Keruntuhan kerajaan Bani Israil tersebut digambarkan sebagai "tongkat Nabi Sulaiman a.s. yang dimakan serangga bumi (rayap)", firman-Nya:
Dan ketika Kami menakdirkan kematiannya, tidak ada sesuatu yang menunjukkan kepada mereka kecuali serangga bumi (rayap) yang memakan tongkatnya, maka tatkala tongkat itu jatuh, jin-jin menyadari dengan jelas bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan (As-Saba' 15).
Makna "tongkat" antara lain adalah "jama'ah", sebab "tongkat" melupakan lambang kepemimpinan dari seorang raja. Dengan demikian makna "tongkat" nabi Sulaiman a.s. dimakan "serangga bumi" (rayap) artinya bahwa setelah Nabi Sulaiman a.s. wafat kerajaan Bani Israil yang sangat kuat dan sangat luas wilayahnya menjadi pecah menjadi kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel yang satu sama lain saling bertentangan.
Ada pun yang dimaksud dengan "jin-jin" adalah bangsa-bangsa non-Bani Israil yang ditaklukkan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. dan mereka dipekerjakan pada bidang-bidang yang dibutuhkan untuk mengelola berbagai SDA (Sumber Daya Alam) yang terdapat di wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil.
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pasukan dan para pekerja Nabi Sulaiman a.s. yang terdiri dari "jin, syaitan, dan burung" sama sekali tidak merujuk kepada makhluk halus – sebagaimana umumnya dipercayai – melainkan merujuk kepada berbagai macam SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki dan dimanfaatkan secara optimal oleh Nabi Sulaiman a.s. atas izin Allah Ta'ala. Di antara SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimanfaatkan oleh Nabi Sulaiman a.s. tersebut adalah bangsa-bangsa taklukan Non- Bani Israil, yang di dalam Al-Quran disebut jin dan syaitan yang ditundukkan kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. (Qs.21:83; Qs.27:40; Qs.34:13-15; Qs.38:38-39).
Sebelum ini telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Jalut dalam Al-Quran adalah Goliat, yang bermakna "roh-roh yang suka berlari-lari, menyamun dan membinasakan" atau "pemimpin" atau "raksasa" (Encyclopaedia Biblica & Jewish Encyclopaedia). Dengan demikian penyebutan "jin, syaitan, burung" – termasuk Hud-hud (Qs.27:21-29) – sehubungan dengan Nabi Sulaiman a.s. tidak diperlu diartikan secara harfiah, karena merupakan kata-kata kiasan (tamsil) yang mengandung makna-makna yang sangat dalam.

Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Keruntuhan kerajaan Bani Israil mencapai puncaknya ketika kota suci Yerusalem dihancur-luluhkan oleh serangan bala tentara raja Nebukadnezar di kerajaan Babilonia pada masa pemerintahan raja Zedekia (II Raja-raja 25:1-21; Qs.2:260) pada tahun 587 sM., akibat melakukan pengkhianatan terhadap kekuasaan raja Nebukadnezar.
Di antara 10 suku Bani Israil yang diboyong oleh balatentara Nebukadnezar ke Babilonia terdapat seorang Rasul Allah, yakni Nabi Yehezkiel a.s. (Dzulkifli a.s. – Qs.2:260). Sejak pemboyongan suku-suku Bani Israil ke Babilonia itulah kemudian muncil istilah "domba-domba Israil yang hilang" yang merupakan kewajiban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) sebagai "gembala yang baik" untuk mencari mereka dan menyelamatkan ketersesatan mereka dari Tauhid (Yoh 10:1-20).
Pada hakikatnya penyerbuan dahsyat bala tentara raja Nebukadnezar ke kota suci Yerusalem tersebut merupakan hukuman Allah Ta'ala yang pertama dari 2 hukuman besar yang dijanjikan kepada Bani Israil (Qs.17:5-11), akibat berbagai bentuk kedurhakaan yang mereka lakukan kepada Allah Ta'ala dan kepada para Rasul Allah yang dibangkitkan di antara mereka (Qs.2:288-289; Mat 23:1-39).
Allah Ta'ala menyebut kedua azab besar yang menimpa Bani Israil tersebut sebagai kutukan dari Nabi Daud a.s. dan kutukan dari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
Dilaknat orang-orang yang ingkar dari antara Bani Israil oleh lidah Daud dan Isa Ibnu Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas (Al Maidah, 79). Lihat pula Qs.3:88; Qs.4:48.
Mengenai kutukan Nabi Daud a.s. terhadap orang-orang yang ingkar dari Bani Israil tersebut terdapat dalam Mazmur 5:2-13, dalam Mazmur ayat 11 Nabi Daud a.s. menyatakan:
"Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancangannya sendiri; BUANGLAH MEREKA karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau".
Berikut adalah kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) kepada orang-orang yang ingkar dari Bani Israil sebagaimana sebelumnya Nabi Daud a.s. telah mengutuk mereka:
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan kembali ke kota Yesus merasa lapar. Dekat jalan ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. katanya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu (Matius 21:18-19).
Sebenarnya sasaran kutukan dari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) tersebut bukan pohon ara melainkan Bani Israil, sebab akibat upaya pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap beliau a.s. melalui penyaliban menyebabkan Allah Ta'ala bukan saja telah mengusir mereka yang kedua kali dari Yerusalem secara hina bahkan Allah Ta'ala telah mencabut nikmat kenabian dari mereka lalu diberikan kepada saudara mereka dari kalangan Bani Israil, sehingga sejak itu keadaan Bani Israil benar-benar seperti pohon ara yang tidak berbuah lagi selama-lamanya dan kering.
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab sebelumnya, azab besar kedua yang ditimpakan Allah Ta'ala kepada Bani Israil – tepatnya orang-orang Yahudi – adalah berupa penghancuran kota suci Yerusalem yang kedua kali akibat upaya pembunuhan yang dilakukan oleh para pemuka Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (Qs.4:158-159).
Pada tahun 70 M balatentara kerajaan Romawi Pimpinan Titus menghancur-luluhkan kota Yerusalem (Matius 23:37-39 & 24:1-28). Akibat penghancuran kedua kali kota suci Yerusalem tersebut orang-orang Yahudi bukan saja telah kehilangan tanah air mereka selama 2000 tahun, bahkan nikmat kenabian pun telah dicabut oleh Allah Ta'ala dari mereka dan selanjutnya dianugerahkan kepada Bani Ismail, yaitu kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana firman Allah Ta'ala melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus a.s.) berikut ini:
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23:37-39).
Sehubungan dengan peringatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut berikut firman-Nya tentang 2 kali kehancuran yang menimpa kota suci Yerusalem akibat serbuan bangsa asing:
Dan Kami telah tetapkan kepada Bani Israil dalam Kitab Taurat itu, "Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di bumi dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan sangat besar." Maka apabila datang janji pertama dari kedua peristiwa itu Kami bangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat maka mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah. Dan itu suatu janji yang pasti akan terjadi. Kemudian Kami kembalikan kepada kamu kekuatan untuk mengalahkan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan Kami menjadikan kamu kelompok yang lebih besar dari sebelumnya. Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk diri kamu sendiri. Maka apabila datang janji kedua itu supaya mereka mendatangkan kesusahan pada wajah-wajah kamu, dan supaya mereka memasuki mesjid seperti pernah mereka memasukinya pada pertama kali, dan supaya mereka menghancurkan segala yang telah mereka kuasai. Boleh jadi Tuhan kamu akan menaruh kasihan kepada kamu, tetapi jika kamu kembali kepada kejahatan Kami pun akan kembali menimpakan azab, dan Kami jadikan jahannam sebagai penjara bagi orang-orang yang ingkar (Bani Israil, 5-9). Lihat Bible: Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15 tentang berkat dan kutuk).

Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam

Kedua azab besar yang pernah ditimpakan Allah Ta'ala kepada Bani Israil melalui serbuan bangsa-bangsa kafir yang memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat tersebut terjadi juga pada umat Islam, yang pertama adalah ketika kota Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan umat Islam dan pusat ilmu pengetahuan dihancur-luluhkan oleh serbuan dahsyat balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada tahun 1258 M, konon sebanyak 1.800.000 orang Islam terbunuh pada peristiwa penyerbuan yang sangat dahsyat tersebut.
Ada pun hukuman Allah Ta'ala yang kedua kali yang ditimpakan kepada umat Islam melalui penyerbuan bangsa-bangsa kafir adalah melalui serbuan dahsyat bangsa-bangsa yang disebut Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat mulai abad ke 16 (Qs.18:95-102; Qs.21:97), bangsa Indonesia sendiri mengalami penjajahan bangsa Belanda melalui VOC selama 350 tahun, hampir sama dengan lamanya masa tertindasnya Bani Israil di Mesir selama 400 tahun (Qs.28:4-7).
Sebagaimana telah dijelasklan sebelumnya, bahwa yang unik dari lamanya penjajahan yang dilakukan oleh para Fir'aun di Mesir dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Kristen dari Barat (Gog dan Magog atau Yajuj dan Majuj) – sehingga mereka dapat mempertahankan masa penjajahan mereka yang cukup lama atas bangsa-bangsa lainnya adalah sama-sama menjalankan politik "devide et impera", yakni politik "memecah belah dan menjajah", firman-Nya:
Tha Sin Mim. Inilah ayat-ayat Kitab Al-Quran yang terang. kami bacakan kepada engkau kisah Musa dan Fir'aun dengan sebenarnya untuk kaum yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun berlaku takabbur di atas bumi, dan ia menjadikan penduduknya berkelompok-kelompok, ia berusaha melemahkan sekelompok dari mereka dengan membunuh anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka. Sesungguhnya ia (Fir'aun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusuhan. Dan Kami berkehendak memberikan karunia kepada orang-orang yang dianggap lemah di bumi, dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan menjadikan mereka ahli waris karunia-karunia Kami, dan Kami teguhkan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman dan lasykar keduanya di antara mereka, apa yang mereka khawatirkan (Al-Qashash, 2-7).
Perbudakan dan keaniayaan pasti menghasilkan nemesis-nya (pembalasan keadailannya) sendiri, dan kaum penjajah serta penindas tidak pernah merasa aman terhadap kemungkinan munculnya pemberontakan terhadap mereka oleh orang-orang yang terjajah, tertindas atau tertekan. Lebih hebat penindasan dari seseorang aniaya maka lebih besar pula ketakutannya akan pemberontakan dari mereka yang dijajah. Fir'aun pun dicekam oleh rasa takut semacam itu.


(
Bersambung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar