Jumat, 04 September 2009

Ziarah ke Situs Kerajaan Majapahit



HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM

UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Ziarah ke Situs Kerajaan Majapahit


Satu peristiwa menarik sehubungan dengan keris pusaka PRABU SILIWANGI tersebut adalah ketika secara spiritual MAHARAJA LINGGA BUANA atau PRABU WANGI meminta Penulis untuk pergi ke BUBAT di Trowulan di Mojokerto dan menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI di bekas arena PERANG BUBAT.
Dalam peristiwa PERANG BUBAT itulah Prabu Linggabuana GUGUR sebagai Pahlawan, membela KEHORMATAN "URANG SUNDA" dan KERAJAAN PASUNDA, dari taktik POLITIK sangat TIDAK TERPUJI yang dilakukan Mahapatih Gajahmada, yaitu dalam rangka memenuhi SUMPAH PALAPA yang pernah diucapkannya, bahwa ia bersumpah tidak akan memakan buah kelapa sebelum KERAJAAN MAJAPAHIT dapat menguasai seluruh kerajaan yang ada NUSANTARA.
Sampai dengan terjadinya TRAGEDI PERANG BUBAT tersebut -- yang bukan saja sangat melukai HARGA DIRI dan KEHORMATAN "URANG SUNDA", tetapi juga membuat sedih dan sangat kecewa PRABU HAYAMWURUK terhadap ulah tidak terpuji Mahapatih Gajahmada – hanya KERAJAAN PASUNDAN yang belum dapat ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit.
Itulah sebabnya ketika Prabu Linggabuana melakukan kunjungan persaudaraan ke kerajaan Majapahit -- dalam rangka pernikahan putrinya, Dyah Pitaloka (Citraresmi) dengan Prabu Hayamwuruk yang telah melakukan lamaran secara resmi – maka Mahapatih Gajahmada telah melakukan taktik POLITIK yang sangat tidak terpuji, sehingga akhirnya terjadilah PERANG BUBAT yang tidak seimbang dan menyebabkan semua PUTRA SUNDA yang ikut dalam rombongan Prabu Linggabuana – termasuk Dyah Pitaloka – gugur.
Rombongan dari Kerajaan Sunda (Kawali) memilih gugur sebagai PAHLAWAN daripada menyerah terhadap taktik POLITIK yang tidak terpuji dari Mahapatih Gajahmada, yang sangat berambisi untuk memenuhi SUMPAH PALAPA yang telah diikrarkannya.
Jadi, sungguh unik, PRABU LINGGABUANA (Prabu Wangi) meminta Penulis untuk menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI di arena bekas PERANG BUBAT, sedangkan RADEN WIJAYA memerintahkan Penulis menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI tersebut di situs RADEN WIJAYA memperoleh WAHYU KEPRABON dan mahapatih GAJAHMADA mengucapkan SUMPAH PALAPA yang kemudian mendatangkan TRAGEDI YANG SANGAT MENYEDIHKAN bagi URANG SUNDA.
Satu peristiwa spiritual lainnya yang sangat menarik mengenai pribadi "URANG SUNDA" yang umumnya SANGAT PEMAAF, yaitu ketika "PRABU LINGGABUANA" ditanya oleh Penulis tentang peristiwa PERANG BUBAT, beliau menyatakan bahwa dalam diri beliau TIDAK ADA RASA DENDAM terhadap semua "ORANG MAJAPAHIT" yang terlibat dalam PERANG BUBAT tersebut.

Raden Wijaya & Wahyu Keprabon

Salah satu alasan yang sangat mungkin kenapa PRABU HAYAMWURUK tidak menyetujui AMBISI POLITIK MAHAPATIH GAJAHMADA melakukan PENYERBUAN untuk menaklukan KERAJAAN PASUNDAN adalah karena Prabu Hayamwuruk mengetahui bahwa Pendiri Kerajaan Majapahit, yaitu RADEN WIJAYA (1293-1227) -- yang dikenal dengan nama Nararya Sanggramawijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, yang merupakan keturunan langsung dari wangsa Rajasa – ayahnya adalah "URANG SUNDA".
Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke 26 dari Kerajaan Sunda Galuh, yang menikah dengan Dyah Lembu Tal (Dyah Singhamurti) seorang putri Kerajaan Singhasari. Ken Arok, raja pertama Singhasari (1222-1227) menikahi Ken Dedes, dan memiliki anak, Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak, Mahesa Cempaka, yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putrid, Dyah Lembu Tal, yang diberi gelar Dyah Singhamurti.
Rakeyan Jayadarma adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh. Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya, dan tewas, Dyah Lembu Tal (Dyah Singhamurti) kembali ke kerajaan Singhasari bersama Raden Wijaya.
Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Kerajaan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan juga sepupu ibunya. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari PAJAJARAN. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Ketika Penulis sedang berbincang-bincang dengan penjaga (juru kunci) situs Kerajaan Majapahit di Trowulan, secara spiritual Raden Wijaya "hadir" kepada Penulis, "Pendiri Kerajaan Majapahit" tersebut merasa gembira dengan kedatangan Penulis di sana, lalu "ia memerintahkan" kepada Penulis untuk menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI di tempat (petilasan) beliau (Raden Wijaya) bertapa dan mendapatkan WAHYU KEPRABON. Menurut juru kunci, konon di tempat itu pulalah MAHAPATIH GAJAHMADA mengucapkan SUMPAH PALAPA.

Makna "Urang Sunda Disarambat"

Kembali kepada perkataan Prabu Siliwangi sebelumnya: Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI, nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT. ("DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI, yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diingat dan diharapkan peran-sertanya).
Salah satu makna "URANG SUNDA DISARAMBAT" (diingat dan diharapkan peran-sertanya) bahwa para PENENTANG JEMAAT AHMADIYAH – berkat karunia Allah Ta'ala – pada akhirnya akan MENGAKUI KEKELIRUAN MEREKA SELAMA INI terhadap "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" dan MEREKA AKAN MEMOHON AMPUN KEPADA ALLAH TA'ALA ATAS KEKELIRUAN MEREKA SELAMA ITU.
Mensikapi KENYATAAN tersebut pasti "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (WARGA JEMAAT AHMADIYAH) akan mengikuti SIKAP TERPUJI NABI BESAR MUHAMMAD SAW., yang telah memperagakan kembali SIKAP NABI YUSUF A.S. yang telah memaafkan saudara-saudaranya dengan mengatakan: LAA TATSRIIBA 'ALAYKUMUL-YAWMA – TIDAK ADA CELAAN ATAS KAMU PADA HARI INI (Qs.12: 93).
Sesuai dengan sikap terpuji Nabi Yusuf a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut mendiang KHALIFATUL MASIH IV ATBA., MIRZA TAHIR AHMAD R.A., dalam masa Kekhalifahannya telah mencanangkan semboyan: LOVE FOR ALL HEATRED FOR NONE – CINTA UNTUK SEMUA, KEBENCIAN TIDAK UNTUK SEORANG PUN.
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemah:
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal MEMAAFKAN, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Nah, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti..
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (WARGA JEMAAT AHMADIYAH) pasti "BAKAL NGAHAMPURA" (akan memaafkan), sehingga menurut Prabu Siliwangi: "SEMUANYA MENJADI BAIK KEMBALI, NEGARA BERSATU LAGI, NUSA (TANAH AIR) BERWUJUD LAGI, sebab tampil berdiri RATU ADIL yaitu RATU ADIL YANG SEJATI."
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata: " Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke DIA NYARAHO, kiwari SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU. (Nah, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti").
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa RATU ADIL yang akan memerintah "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tiada lain adalah RASUL AKHIR ZAMAN yakni IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S. yang KEDATANGANNYA SANGAT DITUNGGU-TUNGGU DENGAN PENUH HARAP oleh SELURUH PEMELUK AGAMA di AKHIR ZAMAN INI DENGAN NAMA YANG BERBEDA-BEDA, yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., PENDIRI JEMAAT AHMADIYAH.(Lihat Pengantar).
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I: Hizbullaah Hakiki & Hubungan Kata Shaffan Dengan "Pajajaran", pada saat ini "URANG SUNDA" warga "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" sebagai suatu ''HIZBULLAH" -- yakni JEMAAT AHMADIYAH -- dipimpin oleh KHALIFATUL MASIH V, MIRZA MASROOR AHMAD ATBA, beliau adalah CICIT dari RATU ADILIMAM MAHDI A.S., Pada saat ini JEMAAT AHMADIYAH berada di 185 NEGARA di dunia.

"Budak Angon" (Anak Gembala)

Ada pun yang dimaksud dengan "BUDAK ANGON" (GEMBALA) dapat merujuk kepada:
(1) GEMBALA yang hakiki atau DAA'IYAN ILALLAAH (penyeru kepada Allah – Qs.33:46-47) yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., sebab beliau bukan saja merupakan perwujudan kedatangan kedua kali secara rohani NABI BESAR MUHAMMAD SAW. (Qs. 62:3-4) tetapi juga sebagai AL-MASIH MAU'UD A.S. (Al-Masih yang dijanjikan), yakni MISAL dari AL-MASIH ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S., yang telah mendakwakan diri beliau a.s. sebagai "GEMBALA YANG BAIK" bagi "DOMBA-DOMBA (SUKU-SUKU) ISRAIL" yang tercerai-berai di luar KANAAN atau PALESTINA (Yohanes 10:1-21).
(2) PARA KHALIFATUL-MASIH, yakni para IMAM Jemaat Ahmadiyah yang melanjutkan KEIMAMAN dari RASUL AKHIR ZAMAN, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(3) Para DA'I ILALLAAH (Penyeru kepada Allah) atau para MUBALLIGH AHMADIYAH, sebab di Akhir Zaman ini mereka itulah yang mewakili Dai'ilallah yang hakiki yaitu RASUL ALLAH (Qs.3:191-195), terutama sekali NABI BESAR MUHAMMAD SAW. (Qs.33:46-48).
Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut diakhiri dengan pesan berikut ini: "Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."(Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat.").
Pesan Prabu Siliwangi tersebut sama dengan pesan para "Tamu Terhormat" Nabi Ibahim a.s. yang kemudian pergi menemui Nabi Luth a.s.:

قَالُوۡا یٰلُوۡطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّکَ لَنۡ یَّصِلُوۡۤا اِلَیۡکَ فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ اَحَدٌ اِلَّا امۡرَاَتَکَ ؕ اِنَّہٗ مُصِیۡبُہَا مَاۤ اَصَابَہُمۡ ؕ اِنَّ مَوۡعِدَہُمُ الصُّبۡحُ ؕ اَلَـیۡسَ الصُّبۡحُ بِقَرِیۡبٍ ﴿۸۲ فَلَمَّا جَآءَ اَمۡرُنَا جَعَلۡنَا عَالِیَہَا سَافِلَہَا وَ اَمۡطَرۡنَا عَلَیۡہَا حِجَارَۃً مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۬ۙ مَّنۡضُوۡدٍ ﴿ۙ۸۳ مُّسَوَّمَۃً عِنۡدَ رَبِّکَ ؕ وَ مَا ہِیَ مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ بِبَعِیۡدٍ ﴿۸۴

Mereka berkata, "Hai Luth, sesungguhnya KAMI INI UTUSAN-UTUSAN (rasul-rasul) Tuhan engkau. Mereka itu sekali-kali tidak akan sampai kepada engkau, maka BERANGKATLAH DENGAN KELUARGA ENGKAU PADA BAGIAN MALAM dan JANGANLAH SEORANG PUN DI ANTARA KAMU MENOLEH (BERPALING) KE BELAKANG, kecuali ISTRI ENGKAU. Sesungguhnya APA (AZAB) YANG MENIMPA MEREKA AKAN MENIMPANYA JUGA. Sesungguhnya WAKTU YANG DIJANJIKAN BAGI MEREKA ialah WAKTU SUBUH. Bukankah SUBUH ITU SUDAH DEKAT?" Maka setelah DATANG KEPUTUSAN KAMI, KAMI JADIKAN KOTA ITU JUNGKIR-BALIK, dan KAMI HUJANKAN KE ATASNYA HUJAN BATU DARI TANAH LIAT BERTUBI-TUBI, yang DITANDAI dari SISI TUHAN ENGKAU. Dan AZAB SEPERTI ITU TIDAK JAUH DARI ORANG-ORANG YANG ANIAYA (Huud, 82-84).
Jadi, peran-serta "URANG SUNDA" warga "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau KOMUNITAS MUSLIM "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) -- yakni JEMAAH MUSLIM AHMADIYAH -- itulah yang pada akhirnya – dengan karunia Allah Ta'ala -- akan menjadi PENYEBAB terwujudnya KEJAYAAN ISLAM YANG KEDUA KALI (Qs.24:56; Qs. 61:10) sehingga dalam kehidupan umumnya UMAT MANUSIA umat manusia akan tercipta "KEHIDUPAN SURGAWI", termasuk di BUMI NUSANTARA khususnya, setelah UMAT MANUSIA berbagai AZAB dan BALA-BENCANA DAHSYAT akibat KEDURHAKAAN UMUMNYA UMAT MANUSIA kepada ALLAH TA'ALA dan RASUL-NYA (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16; Qs.20:135; Qs.26:209; Qs.28:59-60). Prabu Siliwangi mengakhiri Uga Wangsitnya dengan berpesan:
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU [ADIL], engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal MEMAAFKAN, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Nah, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti..
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."

(
Bersambung).



3 komentar:

  1. Yang ngaku2 imam mahdi musuh rosulluloh

    BalasHapus
  2. lain jelemana Nu turun ti langit Anu disebut imam mahdi teh.cek eusina elmu Anu hak mah Anu turun teh hukum2na jeung elmu2na rosulluloh anu hak dijaman asal abadna zohir/bangkit deui ka dunia Anu akhir abadna,jang ngaburak barik satu per satu umat Anu salah ngaji tahuhidna nu bener cek pendapatna kabeh bakal dibukaer(uyut Ismail rohman gunung salak)

    BalasHapus