Jumat, 04 September 2009

Makna "Urang Sunda"




HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Makna "Urang Sunda"


Ada pun makna dari ungkapan "URANG SUNDA DISARAMBAT" pada hakikatnya mengisyaratkan kepada "URANG SUNDA" YANG BERANI atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yakni JEMAAT AHMADIYAH, karena PERKEMBANGAN HIZBULLAH yang hakiki tersebut di wilayah NUSANTARA ini memiliki HUBUNGAN YANG SANGAT ERAT sangat erat dengan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) dan "BUMI PASUNDAN" (Jawa Barat).
Berikut ini adalah beberapa bukti hubungan erat antara JEMAAT AHMADIYAH dengan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) dan "BUMI PASUNDAN" :
a. Kedatangan MISSI JEMAAT AHMADIYAH ke NUSANTARA adalah atas PERMINTAAN 3 ORANG PELAJAR lulusan SUMATERA THAWALIB, yang dengan karunia Allah Ta'ala ketiganya menjadi MURID-MURID IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S., yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., Pendiri JEMAAT AHMADIYAH.
Ketiga "ORANG MINANG" yang memperdalam AJARAN ISLAM (Al-QURAN) di QADIAN tersebut adalah: (1) Abu Bakar Ayyub, (2) Ahmad Nurdin, dan (3) Zaini Dahlan, ketiganya kemudian menjadi MUBALLIGH JEMAAT AHMADIYAH, bahkan Maulana Abu Bakar Ayyub HA. pernah ditugaskan oleh IMAM JEMAAT AHMADIYAH sebagai Muballigh JEMAAH AHMADIYAH di NEGERI BELANDA. Mereka berangkat dari bulan Desember 1922 dari Sumatera melalui Medan menuju ke India. Mereka menjadi pelajar di Madrasah Ahmadiyah pada akhir th. 1923.
b. Sampai dengan pertengahan bulan Juli 1924 sudah ada 19 orang pemuda asal Sumatera yang belajar di Madrasah Ahmadiyah, Qadian. Pada suatu acara pertemuan dengan IMAM JEMAAT AHMADIYAH mereka sepakat meminta agar IMAM JEMAAT AHMADIYAH saat itu yakni MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD R.A., KHALIFATUL MASIH II -- yang baru saja melakukan Kunjungan Kerja ke EROPA -- berkenan pula mengadakan Kunjungan Kerja ke ASIA TENGGARA, khususnya ke NUSANTARA.
c. Permintaan ketiga pelajar asal Sumatera Barat tersebut mendapat sambutan positif dari Khalifatul-Masih II, yaitu pada bulan Agustus 1924 mengirimkan seorang Muballigh Markazi (Muballigh Pusat) yang bernama Maulana RAHMAT ALI HA.OT.. Setelah melalui perjalanan panjang melalui darat dan laut akhirnya pada tgl. 2 Oktober 1925 Muballigh Jemaat Ahmadiyah tersebut mendarat di TAPAKTUAN, yang terletak di pinggir pantai selatan wilayah ACEH. Pada peristiwa TSUNAMI yang meluluh-lantakkan seluruh wilayah pantai barat Propinsi Aceh yang terkadi pada bulan Desember 2004, kota TAPAKTUAN SELAMAT dari peristiwa DAHSYAT banyak menelan korban jiwa dan harta yang sangat banyak tersebut.
d. Da'wat Ilallah yang dilakukan Maulana Rahmat Ali HA.OT. mendapat sambutan positif dari masyarakat TAPAKTUAN, pada tgl. 9 Juni 1926 ada 4 orang pemuda asal Tapak Tuan yang kemudian berangkat ke Qadian untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam (Al-Quran) mereka Salah seorang di antara mereka, bernama Abdul Wahid, setelah berhasil meraih gelar Honour of Arabic (HA) dan Syaahid (Sy), oleh Imam Jemaat Ahmadiyah telah diangkat sebagai Muballigh Markazi pertama yang bukan berasal dari wilayah India. Ia kemudian menikah dengan seorang GADIS SUNDA dari kota Garut – JAWA BARAT.
e. Maulana Rahmat Ali HA.OT. tidak tinggal lama di TAPAKTUAN sebab sepeninggal keempat pemuda yang berangkat ke Qadian tersebut terjadi upaya-upaya untuk menghentikan perkembangan Jemaat Ahmadiyah di wilayah Tapaktuan. Lalu Maulana Rahmat Ali HA.OT. pada bulan Ramadhan th, 1926 meninggalkan TAPAKTUAN dan akhirnya sampai di PADANG, SUMATERA BARAT, dan melakukan da'wat Ilallah di wilayah Sumatera Barat selama 4 tahun, sehingga berdirilah beberapa kelompok keluarga Ahmadiyah, yang kemudian menjadi cikal-bapak berdirinya Cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
f. Pada perkembangan selanjutnya Maulana Rahmat Ali HA.OT berangkat menuju PULAU JAWA, dan tiba di kota BATAVIA (Jakarta) pada tahun 1931. Dikarenakan dari hari ke hari pengikut Maulana Rahmat Ali HA.OT. semakin banyak maka pada th. 1932 di bentuk susunan Pengurus Ahmadiyah di kota BATAVIA (Betawi). Pertablighan yang dilakukan Maulana Rahmat Ali HA.OT. akhirnya – melalui H. Marah Wahab, anggota Ahmadiyah Padang -- sampai ke kota Bogor, dan di berkat keuletan pertablighan yang dilakukannya maka banyak dari kalangan orang intelek (cendekiawan) yang bergabung menjadi anggota Jemaat Ahmadiyah, di antaranya (1) Muhammad Taher gelar Sutan Tumenggung, President Landraad Bogor dan juga Ketua perkumpulan kaum intelek muda yang bernama "Jong Islamieten Bond" Cabang Bogor. Ia adalah adik dari H. Marah Wahab. (2) Rd. Hidayath, (4) Rd. Sudita, (5) Sulaiman Efendi, (6) S.A.S. Pontoh, (7) Usman Natawijaya, (8) Jakaria, dan Rd. Goemiwa Partakoesoema – bangsawan (menak) Galuh dari Ciamis, beliau adalah kerabat dekat -- yang kemudian menjadi mertua -- penulis. Pada bulan Nopember 1932 terbentuk Ahmadiyah Cabang Bogor, yang merupakan cabang kedua di Jawa Barat (Pulau Jawa).
g. Perkembangan JEMAAT AHMADIYAH di WILAYAH PASUNDAN (JAWA BARAT) semakin pesat dengan semakin banyaknya "URANG SUNDA" (ORANG-ORANG SUNDA) yang menyatakan BAI'AT kepada IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S., yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S..
Tidak dapat dipungkiri, bahwa walau pun "orang Minang" sangat berperan besar telah mengundang datangnya AHMADIYAH ke Indonesia serta berperan besar dalam penyebaran AHMADIYAH di Jakarta dan di Bogor, namun demikian pada perkembangannya kemudian keberadaan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) di lingkungan JEMAAT AHMADIYAH sangat DOMINAN jika dibandingkan dengan ORANG-ORANG AHMADI yang berasal dari SUKU-SUKU LAINNYA di NUSANTARA, sehingga mengakibatkan para AHMADI yang bukan "URANG SUNDA" pun banyak yang mahir BERBAHASA SUNDA. Kenyataan tersebut menimbulkan sebuah anekdote (lelucon) yang dikemukakan oleh salah seorang "menak" (bangsawan) Galuh yang berasal dari Ciamis – beliau sangat dekat hubungannya dengan Maulana Rahmat Ali HA.OT., yaitu Raden Goemiwa Partakoesoema -- beliau bercanda (berseloroh) tentang para anggota Jemaat Ahmadiyah atau para AHMADI: "LAMUN ACAN BISA BASA SUNDA MAH ACAN JADI AHMADI" (Kalau belum bisa berbahasa Sunda belum menjadi Ahmadi).
h. Ucapan yang bersifat "guyon" (berkelakar) dari Rd. Gumiwa Partakusuma tersebut nampaknya bukan sekadar "guyonan" belaka, sebab dalam Uga Wangsit PRABU SILIWANGI, Raja Kerajaan PAJAJARAN tersebut -- sehubungan dengan akan bangkitnya "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" telah berkata tentang "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA):
"Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI, nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT. ("DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI, yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
i. Sebelum dibangun waduk Jatiluhur di Purwakarta, pesawahan di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat, khususnya di wilayah Purwakarta, Subang dan Kerawang, umumnya merupakan sawah "tadah hujan". tetapi setelah waduk Jatiluhur dibangun pesawahan di sana bukan saja dapat melakukan panen dua kali setahun tetapi juga banyak dibuka lahan pesawahan baru, di antaranya di kecamatan Binong, kabupaten Subang.
Sebelum waduk Jatiluhur dibangun, di wilayah Subang utara terdapat "cacandran" (semacam ramalan) bahwa di sana akan dibuat sebuah sungai yang mengalir dari barat ke timur, dan sungai tersebut dibuat oleh salah seorang murid Imam Mahdi a.s.. Ada pun "sungai baru" yang dimaksud adalah terusan (kanal) "Tarum Barat", dan yang menjadi pelaksana proyeknya adalah Rd. Goemiwa Partakusuma, karena beliau adalah seorang ahli dalam bidang pengairan (irigasi) dengan gelar "Insinyur Praktek."
Menurut cerita dari salah seorang seorang nara sumber, pembangunan terusan (kanan) berawal dari perbincangan antara Presiden Soekarno dengan Menteri Dalam Negeri Ir.H. Djuanda sekitar tahun 1960, kemudian ditindak-lanjuti dengan menunjuk Ir. Agus sebagai penanggungjawab proyek, sedangkan pelaksana proyek pembangunan dipercayakan kepada Rd. Goemiwa Partakoesoema, sehingga terwujudlah pembuatan "sungai baru" sebagaimana yang terdapat dalam "cacandran" para orang tua di wilayah tersebut, yakni "pembuatan sungai baru oleh murid Imam Mahdi a.s.".
Rd. Goemiwa Partakoesoema ini pulalah yang mulai menyebarkan ajaran Ahmadiyah di wilayah Subang, yaitu dengan mengundang Maulana Abdul Wahid HA.Sy. melakukan ceramah di Binong, dan mendatangkan beberapa orang khuddam yang berasal dari Garut, di antaranya Ahmad Bakir dan Rd. Momon Sulaiman, yang kemudian keduanya menetap di Binong (Subang).
Perkembangan yang cukup pesat Jemaat Ahmadiyah di wilayah Subang menimbulkan reaksi keras, yang pada akhirnya berujung dengan dikeluarkannya SK Kejaksaan Negeri Subang pada tahun 1976 yang berisi pelarangan kegiatan Jemaat Ahmadiyah di wilayah Kabupaten Subang.
j. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, makna sebenarnya sebutan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) tersebut pada hakikatnya mengisyaratkan kepada salah satu NAMA SIFAT dari NABI BESAR MUHAMMAD SAW. yaitu AHMAD yang melambangkan sifat JAMAL yakni KEINDAHAN dan KELEMAH-LEMBUTAN, sebagaimana dikemukakan oleh NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. (Yesus Kristus) berikut ini:

وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿۷

Dan ingatlah ketika ISA IBNU MARYAM berkata, "Hai BANI ISRAIL, sesungguhnya aku RASUL ALLAH kepada kamu, menggenapi apa yang ada sebelumnya yaitu TAURAT, dan memberi KABAR SUKA tentang SEORANG RASUL yang AKAN DATANG SESUDAHKU namanya AHMAD." Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan BUKTI-BUKTI YANG NYATA mereka berkata, "INI adalah SIHIR YANG NYATA!" (Ash-Shaff, 7).
ISMUHU AHMAD (namanya AHMAD) yang dikemukakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. dalam ayat tersebut merujuk kepada:
NABI BESAR MUHAMMAD SAW., sebab beliau saw. adalah RASUL ALLAH yang datang sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang beliau sebut sebagai "DIBERKATILAH DIA YANG DATANG DALAM NAMA TUHAN!" (Matius 23:37-39), atau ROH KEBENARAN (Yohanes 16:12-13). Sesuai dengan kenyataan tersebut semua Surah Al-Quran dimulai dengan ayat بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang) – kecuali Surah At-Taubah (Surah 9) karena pada hakikatnya merupakan kelanjutan Surah Al-Anfal (Surah 8).
MIRZA GHULAM AHMAD A.S., Pendiri JEMAAT AHMADIYAH, yang merupakan KEDATANGAN KEDUA KALI NABI BESAR MUHAMMAD SAW. DI AKHIR ZAMAN INI (Qs.62:3-5), yang juga sebagai MISAL ISA IBNU MARYAM A.S. (Qs. 43:58) atau AL-MASIH MAU'UD A.S. atau sebagai IMAM MAHDI A.S., yakni RATU ADIL yang menurut PRABU SILIWANGI akan memerintah "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" dengan penuh KEADILAN.
Nama AHMADIYAH yang digunakan oleh MIRZA GHULAM AHMAD A.S. (IMAM MAHDI A.S.) sebagai sebutan JAMA'AH MUSLIM atau HIZBULLAH yang beliau a.s. bentuk atas PERINTAH ALLAH TA'ALA adalah merujuk kepada SIFAT NABI BESAR MUHAMMAD SAW. yakni AHMAD. Itulah sebabnya sebagai halnya NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. (YESUS KRISTUS) dalam INJIL telah mengajarkan masalah KELEMAH-LEMBUTAN -- yakni AJARAN beliau a.s. lebih menekannya kepada PEMBERIAN MAAF -- demikian pula halnya di kala UMUMNYA UMAT ISLAM DI SELURUH DUNIA telah TERBIASA melakukan KEKERASAN dan SENANG MENUMPAHKAN DARAH -- seperti yang dilakukan oleh ORANG-ORANG YAHUDI di masa menjelang kedatangan NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. (Qs.2:88-89; Matius 23:1-39), demikian pula halnya MIRZA GHULAM AHMAD A.S. pun dalam kedudukan beliau a.s. sebagai MISAL ISA IBNU MARYAM A.S. (Qs.43:58) atau AL-MASIH MAU'UD A.S. atau sebagai IMAM MAHDI A.S., mengajarkan KELEMAH-LEMBUTAN.
Merujuk kepada KENYATAAN itulah bagaimana pun HEBATNYA para ANGGOTA JEMAAT AHMADIYAH mendapat PENGANIAYAAN dari para PENENTANG MEREKA akan tetapi pihak JEMAAT AHMADIYAH di seluruh dunia TIDAK PERNAH MELAKUKAN PEMBALASAN DENGAN KEKERASAN PULA, termasuk DI INDONESIA.
Sudah menjadi RAHASIA UMUM bahwa dari seluruh SUKU-SUKU yang ada di INDONESIA bahwa sifat LEMAH-LEMBUT, SOPAN-SANTUN, HORMAT KEPADA SETIAP ORANG, GEMAR MELAKUKAN PENGKHIDMATAN, BERSIKAP JUJUR (POLOS/LUGU) merupakan CIRI KHAS yang dimiliki umumnya "URANG SUNDA". Demikian pula SUKU-SUKU yang berasal dari LUAR PASUNDAN, ketika mereka menjadi PENDUDUK PASUNDAN SIFAT-SIFAT mereka pun seakan-akan BERUBAH menjadi "URANG SUNDA" (Orang Sunda), yakni mereka DIWARNAI oleh SIFAT-SIFAT "URANG SUNDA" tersebut.
KELEMAH-LEMBUTAN umumnya sifat-sifat "URANG SUNDA" tersebut sangat erat kaitannya dengan kesenangan (kebiasaan) mereka makan "'LALAB" (sayuran mentah) pada waktu makan. Sebab merupakan kenyataan bahwa binatang pemakan rumput-rumputan (HERBIVORE) pada umumnya memiliki pembawaan JINAK (lemah-lembut), sedangkan binatang CARNIVORE (pemakan daging) pada umumnya bersifat BUAS.
Pendek kata sifat-sifat "URANG SUNDA" memiliki hubungan khusus sifaat JAMAAL (KEINDAHAN/KELEMBUTAN) yang terkandung dalam ISMUHU AHMAD (Qs.61:7)
k. Kenyataan lainnya adalah, bahwa walaupun benar Cabang-cabang JEMAAT AHMADIYAH telah tersebar ke seluruh Provinsi di Indonesia, akan tetapi daerah yang paling banyak terdapat Cabang JEMAAT AHMADIYAH adalah di PASUNDAN (JAWA BARAT). Oleh karena itu sangat wajar PENENTANGAN yang PALING KERAS terhadap JEMAAT AHMADIYAH pun terjadi di wilayah PASUNDAN (JAWA BARAT), seakan-akan JEMAAT AHMADIYAH identik dengan "URANG SUNDA" atau dengan "PASUNDAN". Oleh karena itu ORANG SUNDA yang melakukan penentangan keras terhadap JEMAAT AHMADIYAH berbeda dengan "URANG SUNDA" yang menurut PRABU SILIWANGI pada akhirnya mereka itu akan "DISAMBAT" (disarambat), yakni "URANG SUNDA NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang dipimpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S..
l. Pada tgl. 25-25 Desember 1935 berkumpul 13 tokoh Ahmadiyah di Clubgebouw Kleykampweg No. 41 Jakarta yakni: (1) Maulana Rahmat Ali HA.OT, (2) Raden Mohammad Muhyddin, (3) Raden Kartaatmaja, (4) Taher Sutan Tumenggung, (5) Sirati Kohongia, (6) Raden Sumadi Gandakusumah, (7) Mohammad Thayyib, (8) Th. Dengah, (9) Syagaf Tomulo, (10) Raden Hidayat, (11) Muhammad Usman Natawijaya, (12) Sulaiman Effendi, (13) Raden Sudita. Pada konferensi (rapat) tersebut terbentuk susunan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah yang pertama, dan terpilih sebagai Ketua PB adalah "URANG SUNDA" yaitu Raden Mohammad Muhyiddin. Dari ke-13 orang tokoh Ahmadiyah tersebut 9 orang di antaranya adalah "URANG SUNDA" (orang Sunda).
Proses masuknya Raden Mohammad Muhyiddin ke dalam Ahmadiyah dimulai ketika menjadi Ketua Sidang (Moderator) dalam acara "Perdebatan Antara Ahmadiyah dengan Pembela Islam yang diwakili oleh Ustadz A.Hasan dari PERSIS, Bandung" yang kedua kali di Gedung Permufakatan Nasional, di Gang Kenari - Jakarta pada tgl. 28 s/d 30 September 1933, yang dihadiri sekitar 2000 orang. Perdebatan yang pertama dilaksanakan pada tgl. 14 s/d 16 April 1933 bertempat di gedung Sociteit "Ons Genoegen", jalan Naripan Bandung. dihadiri sekitar 1000 orang.
Perdebatan yang ketiga kalinya dilakukan pada tgl 2 sd 5 Nopember 1933, bertempat di Gedung Permufakatan Nasional, di Gang Kenari – Jakarta. Pada perdebatan yang ketiga kalinya ini "URANG SUNDA" yang baiat kepada IMAM MAHDI A.S. adalah (1) Mohammad Thayyib, berasal dari Singaparna (2) Raden Kartaatmaja, seorang ahli Tashawwuf dan Raden Mohammad Muhyiddin, keduanya "menak" (bangsawan) asal Cianjur.
m. Pada waktu akan dilaksanakan Perayaan Kemerdekaan RI yang pertama, Raden Muhyiddin, beliau diangkat sebagai Sekretaris Panitia, bahkan telah ditetapkan bahwa pada hari H HUT Kemerdekaan RI yang pertama tersebut beliau akan memimpin barisan pawai dengan memegang bendera sang merah-putih di muka barisan. Akan tetapi 8 hari sebelum HUT RI yang pertama tersebut beliau diculik dan dibunuh.
Ada pendapat bahwa para penculik Ketua Pengurus Besar Ahmadiyah yang pertama – yang juga seorang pegawai tinggi RI tersebut – adalah tentara Belanda (NICA). Namun melalui upaya spriritual yang dilakukan Penulis dan seorang teman yang memiliki kemampuan sebagai "mediator" dalam masalah spiritual diperoleh informasi yang bersumber dari "Almarhum Raden Mohammad Muhyiddin" sendiri, bahwa beliau bukan diculik oleh tentara NICA melainkan diculik oleh gerombolan DI TII pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, ketika beliau sedang berada di Cianjur. Beliau dibawa ke daerah Cianjur Selatan, lalu dieksekusi (dibunuh) dengan rentetan tembakan senjata api di sebuah air terjun (sungai Cikirai), sehingga jasadnya tidak dapat diketemukan lagi.
Pembunuhan yang dilakukan oleh gerombolan DI TII terhadap Raden Muhyiddin, Ketua Pengurus Besar JEMAAT AHMADIYAh INDONESIA yang pertama tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak pembunuhan yang dilakukan oleh gerombolan DI TII terhadap warga JEMAAT AHMADIYAH di wilayah PASUNDAN (Jawa Barat), seperti yang terjadi di Cukangkawung ada 6 orang Ahmadi yang disyahidkan (dibunuh) oleh gerombolan DI TII., mereka adalah: Jaed (Zaid), Sura, Saeri, Haji Hasan, Raden Saleh, dan Dahlan.
Peristiwa pembunuhan terhadap "URANG SUNDA" yang telah berbagung ke dalam "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" pimpinan RATU ADILIMAM MAHDI A.S. tersebut terjadi lagi di Sangianglobang, Ranting Ahmadiyah Tolenjeng, yang anggotanya pada tahun 145/146 sudah mencapai 120 orang Ahmadi. Juga terjadi di Indihiang. Kira-kira 60 orang bersenjatakan senapan laras panjang (bedil) dan pedang menyergap orang-orang Ahmadi di Sangianglobang, mereka ditangkap dan digiring lalu disyahidkan (dibunuh) oleh gerombolan DI TII TOLENJENG – Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, ada 4 Ahmadi yang disyahidkan (dibunuh) mereka adalah: Haji Sanusi, Omo, Tahyan dan Sahroni.
n. Jadi, cukup banyak "URANG SUNDA" yang telah beriman kepada RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yang menjadi SYUHADA. Perlakuan ANIAYA yang dilakukan oleh pihak-pihak menganggap dirinya sebagai "PEMBELA ISLAM" terhadap JEMAAT AHMADIYAH di INDONESIA terus berlangsung sampai dengan disusunnya naskah ini di masa PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KE IV, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. Puncaknya KEANIAYAAN yang dialami oleh JEMAAT AHMADIYAH di INDONESIA adalah berupa PENYERBUAN PUSAT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA di Kemang – BOGOR, pada tgl. 15 JULI 2005, sehingga terjadi tindakan EVAKUASI terhadap "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR."
o. Namun PENYERBUAN BRUTAL yang terjadi pada waktu JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA sedang melaksanaan JALSAH SALANAH (Pertemuan Rohani) TAHUNAN tersebut telah menimbulkan AKIBAT yang sangat MENGERIKAN. Yakni PELEMPARAN BATU yang dilakukan oleh PARA PENYERANG telah DIBALAS oleh ALLAH TA'ALA berupa (1) DILENGSERKANNYA SECARA HINA beberapa PIMPINAN di BERBAGAI INTANSI di KABUPATEN BOGOR. (2) ALLAH TA'ALA telah MENGHUJANI BANGSA INDONESIA dengan berbagai macam BALA BENCANA LUAR BIASA yang sebelummya TIDAK PERNAH TERJADI.
p. PEMBALASAN DARI ALLAH TA'ALA tersebut terjadi berkat KESABARAN "URANG SUNDA" atau WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" – yakni WARGA JEMAAT AHMADIYAH – temasuk "'URANG SUNDA" (WARGA AHMADIYAH) yang berulang-ulang mengalami PENGANIAYAAN KEJI DI PULAU LOMBOK.
q. Sesuai dengan perkataan PRABU SILIWANGI bahwa beliau akan NGALANGLANG (menyambangi/mendatangi) "URANG SUNDA NU HATENA RANCAGE", penulis mendapat pengalaman spiritual yaitu "kedatangan" PRABU SILIWANGI yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" adalah JEMAAT AHMADIYAH, dan letak PUSAT dari "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" adalah PUSAT JEMAAT AHMADIYAH di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang – Kabupaten Bogor. Pernyataan PRABU SILIWANGI tersebut merupakan "JAWABAN" teka-teki (pertanyaan) yang selama ini timbul dalam hati penulis yakni:
Mengapa Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang sebelumnya berdomisisi di kota JAKARTA pindah ke wilayah BOGOR?
Mengapa Penulis yang adalah "URANG GALUH" – yakni URANG CIAMIS -- kemudian berdomisili di wilayah BOGOR, bahkan tinggal di Komplek PUSAT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA?
r. Pernyataan PRABU SILIWANGI tersebut diperkuat lagi dengan "DIWARISKANNYA" sebuah KERIS -- yang senantiasa dipakai oleh PRABU SILIWANGI pada masa hidupnya – kepada Penulis. "KERIS PRABU SILIWANGI" tersebut diperoleh Penulis dari ABAH AGUS, seorang sesepuh di Ciomas – Bogor yang usianya sekitar 160 tahun. Yakni ketika Penulis berkunjung ke rumah beliau pada hari Minggu, tgl. 21 Januari 2007, TAHUN BARU HIJRIYAH, 1 Muharram 1428 H. PRABU SILIWANGI "berkata" kepadanya melalui Penulis bahwa di rumahnya ada sebuah keris yang merupakan hak Penulis.
Pernyataan PRABU SILIWANGI tersebut sehari sebelumnya telah Penulis kepada istri Abah Agus, namun pada waktu itu Abah Agus sedang tidak ada di rumahnya. Menurut Abah Agus bahwa keris pusaka PRABU SILIWANGI tersebut datang sendiri kepadanya beberapa waltu sebelumnya, tetapi ia tidak mengetahui harus diberikan kepada siapa keris pusaka tersebut. Itulah sebabnya ketika PRABU SILIWANGI melalui Penulis menyatakan bahwa keris pusaka tersebut merupakan hak Penulis maka tanpa ragu-ragu Abah Agus menyerahkan keris pusaka tersebut kepada Penulis.
s. Sejak Penulis "mewarisi keris pusaka" PRABU SILIWANGI banyak leluhur ORANG SUNDA – antara lain AKI TIREM, PRABU JAYASINGHAWARMAN, PRABU PURNAWARMAN, MAHARAJA NISKALA WASTU KANCANA (Prabu Wangisutah), bahkan SUNAN GUNUNGJATI – "NGALANGLANG" (datang/menyambangi) Penulis hanya untuk mengucapkan BAGEA BAGJA (SELAMAT) kepada Penulis. Bahkan dalam suatu kesempatan "kehadirannya" PRABU JAYASINGHAWARMAN sambil memegang keris PRABU SILIWANGI melalui Penulis berulang-ulang berkata "Nagara-nagara ngahiji! Nagara-nagara ngahiji! Nagara-nagara ngahiji!" yakni sekan-akan memerintahkan agar Kerajaan-kerajaan yang pernah ada di wilayah PASUNDAN (Jawa Barat) BERGABUNG ke dalam NAGARA PEJAJARAN ANYAR" yang dipimpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yakni JEMAAT AHMADIYAH.

(
Bersambung).


1 komentar:

  1. maaf, sepertinya ada yang salah dengan keturunan lara santang...

    beliau belum pernah menikah semasa hidup di alam manusia...

    bila anda bingung, tanya saja langsung ke keraton...

    BalasHapus