Senin, 31 Agustus 2009

Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Mengenai Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s. (Nabi Ilyas a.s.)

HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT
PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tentang

Kedatangan Kedua Kali Nabi Elias a.s. (Nabi Yahya a.s.)

Ada pun mengenai tanda-tanda "kedatangannya yang kedua kali" -- yakni kedatangan MISAL AL-MASIH ISA IBNU MARYAM (Qs.43:58) -- di Akhir Zaman ini Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) selanjutnya menjelaskan:
"Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda anak manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat anak manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaannya. Dan ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatnya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihannya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanku tidak akan berlalu.
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan anakpun tidak, hanya Bapa sendiri" (Matius 24:29-36).
Itulah beberapa keterangan dari Bible mengenai kedatangan Mesias-mesias palsu atau Gog (Ya'juj) dan Magog (Ma'juj) atau Al-Masih Dajjal (Si Pendusta) dan tentang kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) – yakni kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) – sebagamana penjelasan beliau a.s. sendiri tentang makna sebenarnya dari kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit menjelang pengutusan beliau (Mal 4:1-6), bahwa yang dimaksudkan dengan kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. tiada lain adalah pengutusan Nabi Yahya bin Zakaria a.s. atau Yahya (Yohanes) Pembaptis:
Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: "Lihatlah Aku menyuruh utusanKu mendahului engkau, ia akan mempersiapkan jalanmu di hadapanmu."
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan IALAH ELIA YANG AKAN DATANG ITU. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Matius 11:7-15).
Dengan demikian jelaslah bahwa apabila Allah Ta'ala atau seorang Rasul Allah menyatakan tentang kedatangan kedua kali seorang nabi Allah maka maksudnya adalah orang lain yang memiliki banyak persamaan dengan nabi Allah yang pernah diutus sebelumnya, contohnya keadaan Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya bin Zakaria a.s.) memiliki banyak persamaan dengan Nabi Elia a.s., sehingga dikatakan bahwa Nabi Elia a.s. akan datang lagi menjelang pengutusan Yesus Kristus (Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s.):
"Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hambaKu, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum. Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi" (Maleakhi 4:4-6).
Makna ungkapan kalimat "supaya jangan Aku jangan memukul bumi" merujuk kepada Sunnatullah, bahwa Allah Ta'ala tidak pernah membinasakan umat manusia – bagaimana pun tersesatnya mereka dari Tauhid Ilahi – sebelum terlebih dulu Dia mengutus para Rasul-Nya kepada mereka, supaya manusia tidak memiliki alasan untuk menyalahkan Allah Ta'ala (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16; Qs.20:134-136;; Qs.28:60)

Hakikat Kelahiran Nabi Yahya a.s. dan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Yang Unik

Walau pun kelahiran Nabi Yahya a.s. tidak seluar-biasa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil, akan tetapi kelahiran Nabi Yahya a.s. di masa tua ayah beliau, Nabi Zakaria a.s., dan ibu beliau (Elisabet) pun dalam keadaan mandul (Lukas 1:525; Qs.3:36-42; Qs.19:2-16) merupakan peristiwa yang pun cukup unik pula.
Di dalam peristiwa kelahiran yang unik dari kedua orang Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil tersebut mengandung isyarat bahwa – sesuai dengan janji Allah Ta'ala kepada Nabi Ibrahim a.s. (Qs.2:125) dan sesuai dengan janji Allah Ta'ala kepada Nabi Musa a.s. (Ul 18:15-19) -- nikmat kenabian akan dipindahkan dari Bani Israil kepada Bani Ismail.
Dari Al-Quran diketahui bahwa isyarat akan dicabutnya nikmat kenabian dari kalangan Bani Israil oleh Allah Ta'ala tersebut dimulai dengan timbulnya keprihatinan besar yang dirasakan oleh istri 'Imran yakni ibunya Maryam, ketika ia melihat kenyataannya telah sangat langkanya orang-orang yang bertakwa di kalangan Bani Israil, sehingga istri 'Imran yang shalih tersebut telah menazharkan bayi yang berada di dalam kandungannya untuk diwaqafkan guna sepenuhnya mengkhidmati agama, firman-Nya:
اِذۡ قَالَتِ امۡرَاَتُ عِمۡرٰنَ رَبِّ اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لَکَ مَا فِیۡ بَطۡنِیۡ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلۡ مِنِّیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿۳۶ فَلَمَّا وَضَعَتۡہَا قَالَتۡ رَبِّ اِنِّیۡ وَضَعۡتُہَاۤ اُنۡثٰی ؕ وَ اللّٰہُ اَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ ؕ وَ لَیۡسَ الذَّکَرُ کَالۡاُنۡثٰی ۚ وَ اِنِّیۡ سَمَّیۡتُہَا مَرۡیَمَ وَ اِنِّیۡۤ اُعِیۡذُہَا بِکَ وَ ذُرِّیَّتَہَا مِنَ الشَّیۡطٰنِ الرَّجِیۡمِ ﴿۳۷ فَتَقَبَّلَہَا رَبُّہَا بِقَبُوۡلٍ حَسَنٍ وَّ اَنۡۢبَتَہَا نَبَاتًا حَسَنًا ۙ وَّ کَفَّلَہَا زَکَرِیَّا ۚؕ کُلَّمَا دَخَلَ عَلَیۡہَا زَکَرِیَّا الۡمِحۡرَابَ ۙ وَجَدَ عِنۡدَہَا رِزۡقًا ۚ قَالَ یٰمَرۡیَمُ اَنّٰی لَکِ ہٰذَا ؕ قَالَتۡ ہُوَ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿۳۸ ہُنَالِکَ دَعَا زَکَرِیَّا رَبَّہٗ ۚ قَالَ رَبِّ ہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ ذُرِّیَّۃً طَیِّبَۃً ۚ اِنَّکَ سَمِیۡعُ الدُّعَآءِ ﴿۳۹ فَنَادَتۡہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ ہُوَ قَآئِمٌ یُّصَلِّیۡ فِی الۡمِحۡرَابِ ۙ اَنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکَ بِیَحۡیٰی مُصَدِّقًۢا بِکَلِمَۃٍ مِّنَ اللّٰہِ وَ سَیِّدًا وَّ حَصُوۡرًا وَّ نَبِیًّا مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿۴۰ قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ قَدۡ بَلَغَنِیَ الۡکِبَرُ وَ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرٌ ؕ قَالَ کَذٰلِکَ اللّٰہُ یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿۴۱ قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ لِّیۡۤ اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَۃَ اَیَّامٍ اِلَّا رَمۡزًا ؕ وَ اذۡکُرۡ رَّبَّکَ کَثِیۡرًا وَّ سَبِّحۡ بِالۡعَشِیِّ وَ الۡاِبۡکَارِ ﴿٪۴۲
Ingatlah ketika perempuan 'Imran berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau apa yang ada dalam kandunganku untuk berkhidmat maka terimalah itu dari aku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Maka tatkala ia telah melahirkannya ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya yang aku lahirkan itu seorang perempuan." Dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya. Dan anak laki-laki yang diharapkannya itu tidak sama seperti anak perempuan yang dilahirkannya. "Dan bahwa aku menamainya Maryam, dan sesungguhnya aku memperlindungkan dia dan keturunannya kepada Engkau dari syaitan yang terkutuk." Maka Tuhan-nya telah menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemerliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria datang menemuinya di mihrab didapatinya ada rezeki padanya. Ia, Zakaria, berkata, "Hai Maryam, dari manakah engkau dapatkan ini?" Ia berkata, "Itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhan-nya, dia berkata, "Wahai Tuhan-ku, anugerahilah aku dari sisi Engkau keturunan yang suci, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." Maka malaikat menyerunya ketika ia berdiri shalat di mihrab, "Sesungguhnya Allah memberi engkau kabar suka tentang kelahiran Yahya, yang akan menggenapi kalimat dari Allah, dan ia seorang pemimpin, pengekang hawa-nafsu dan seorang nabi dari antara orang-orang shalih." Ia, Zakaria, berkata, "Wahai Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki sedang masa tua telah menjelangku dan istriku mandul?" Dia berfirman, "Demikianlah kekuasaan Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki." Ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, berikanlah kepadaku suatu Tanda." Dia berfirman, "Tanda bagi engkau ialah engkau tidak boleh berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan berdzikirlah kepada Tuhan engkau sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah petang dan pagi." (Âli 'Imran, 36-42).
Dalam firman-Nya berikut ini nampak sekali kekhawatiran Nabi Zakaria a.s. melihat keadaan kaumnya yang semakin kehilangan "benih-benih keturunan yang baik", itulah sebabnya ketika beliau a.s, mendengar jawaban dari Maryam tentang "rezeki" yang diperolehnya -- bahwa "rezeki tu dari sisi Allah" (Qs.3:38-40) – maka semangat beliau a.s. untuk memperoleh keturunan yang shalih, yang akan menjadi pewaris keturunan Nabi Ya'qub a.s. semakin kuat, firman-nya:
ذِکۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّکَ عَبۡدَہٗ زَکَرِیَّا ۖ﴿ۚ۳ اِذۡ نَادٰی رَبَّہٗ نِدَآءً خَفِیًّا ﴿۴ قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ رَبِّ شَقِیًّا ﴿۵ وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ وَ کَانَتِ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ وَلِیًّا ۙ﴿۶ یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ وَ اجۡعَلۡہُ رَبِّ رَضِیًّا ﴿۷ یٰزَکَرِیَّاۤ اِنَّا نُبَشِّرُکَ بِغُلٰمِۣ اسۡمُہٗ یَحۡیٰی ۙ لَمۡ نَجۡعَلۡ لَّہٗ مِنۡ قَبۡلُ سَمِیًّا ﴿۸
Inilah penjelasan rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria, ketika ia berseru kepada Tuhan-nya dengan doa yang lembut. Ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya tulang-tulangku telah menjadi lemah, dan kepala telah dipenuhi uban, namun ya Tuhan-ku, tidak pernah aku kecewa dalam berdoa kepada Engkau. Dan sesungguhnya aku takut akan kaum keluargaku sesudahku, sedang istriku mandul maka anugerahkan kepadaku seorang pewaris dari sisi Engkau, yang akan menjadi warisku dan waris keturunan Ya'qub. Dan ya Tuhan-ku, jadikanlah dia seorang yang diridhai." Dia berfirman, "Hai Zakaria, Kami memberikan kabar suka kepada engkau tentang seorang anak laki-laki namanya Yahya. Tidak pernah Kami sebut seorang pun sebelum dia dengan nama itu" (Maryam, 3-8).
Bandingkan ayat-ayat Al-Quran tentang Nabi Zakaria a.s. dan tentang istri 'Imran yang menazharkan bayi yang masih berada di dalam kandungannya tersebut dengan penjelasan dalam Injil Lukas 1:1-80.

Isyarat Pencabutan Nikmat kenabian Dari Bani Israil

Jadi, dalam kelahiran Nabi Yahya a.s. di masa tua ayah beliau, Nabi Zakaria a.s., dan ibu beliau yang mandul, maupun dalam kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa perantaraan seorang ayah laki-laki dari kalangan Bani Israil, terkandung suatu isyarat atau tanda tentang semakin dekatnya masa pencabutan nikmat kenabian dari kalangan Bani Israil oleh Allah Ta'ala. Itulah sebabnya Allah Ta'ala dalam Al-Quran telah menyatakan bahwa kelahiran Nabi isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah merupakan as-Saa'ah (tanda kiamat), firman-Nya:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿۵۸ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿۵۹ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ۶۰ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿۶۱ وَ اِنَّہٗ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَۃِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿۶۲
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda mrngenai) Saat (Kiamat) maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku, inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).
Dikarenakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil -- melainkan ibu beliau a.s. merangkap sebagai ayah beliau a.s. -- maka hubungan darah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Bani Israil hanya dari pihak ibu (perempuan) saja, dan hal tersebut merupakan satu bentuk penghinaan dari Allah Ta'ala kepada kalangan kaum laki-laki Bani Israil, bahwa tidak ada seorang pun laki-laki dari kalangan Bani Israil yang layak untuk menjadi ayah Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, sehingga ibunya merangkap sebagai ayahnya, itulah sebabnya ia bernama Al-Masih Isa Ibnu (anak) Maryam a.s..
Akibat upaya pembunuhan yang dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban maka Allah Ta'ala tidak pernah lagi membangkitkan Rasul Allah di kalangan Bani Israil, melainkan Rasul Allah selanjutnya yang diutus adalah dari kalangan Bani Ismail, yakni Nabi yang seperti Musa atau Nabi itu (Ul 18:18-19; Yoh 1:19-23; Qs.26:193-198; Qs.46:11; Qs.73:16-17) yaitu Nabi Besar Muhammad saw., yang kedua orangtuanya bukan dari Bani Israil, melainkan dari Bani Ismail.

(Bersambung).