Selasa, 25 Agustus 2009

Mukadimah HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT

HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Bagian 1

Mukadimah
& Pengantar Umum

Assalamu 'alaykum wr. wb.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebelum kedatangan bangsa Eropa atau "kerbau bule" atau Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) ke wilayah Nusantara -- yang kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia – di wilayah Nusantara banyak terdapat kerajaan yang datang dan pergi silih berganti, yaitu seiring dengan kedatangan agama-agama yang menyebar di wilayah Nusantara, yakni agama Hindu, agama Buddha dan agama Islam.
Satu hal yang sangat menakjubkan dari bangsa Indonesia adalah bahwa walau pun bangsa Belanda (VOC) - yakni Gog (Ya'juj) dan Magog (Ma'juj) -- yang beragama Kristen berhasil menjajah bumi Nusantara selama 350 tahun, akan tetapi mayoritas bangsa Indonesia tetap memeluk agama Islam, dan hanya di wilayah-wilayah tertentu saja yang penduduknya memeluk agama Kristen.
Salah satu wilayah di Nusantara yang di dalamnya terdapat kerajaan-kerajaan Hindu, Buddha dan Islam tersebut adalah Jawa Barat atau Pasundan. Ada pun kerajaan-kerajaan di wilayah Pasundan yang tercatat dalam sejarah di antaranya adalah:
1. Kerajaan Salakanagara. Pemerintahannya berlangsung dari th. 130 M s/d th. 343 M.. Para rajanya disebut Dewawarman, mulai dari Raja Dewawarman I sampai dengan Raja Dewawarman VII.
2. Kerajaan Tarumanagara yang didirikan oleh Raja Jayasinghawarman, menantu dari Raja Dewawarman VII, kekuasaannya berlangsung dari th. 358 s/d th. 669 M. Tercatat ada sebanyak 11 orang raja yang menggantikan Raja Jayasinghawarman secara berturut-turut, dan yang paling terkenal di antaranya adalah Raja Purnawarman yang memerintah th. 395 s/d 434 M.
3. Kerajaan Kendan/Galuh (th. 536 s/d. th. 852 M) didirikan oleh Raja Manikmaya dan dilanjutkan oleh 13 orang raja pengganti berturut-turut.
4. Kerajaan Sunda Pakuan (th.669 s/d 1333 M) didirikan oleh Raja Tarusbawa, dilanjutkan oleh 27 orang raja pengganti berturut-turut.
5. Kerajaan Galuh/Kawali (th. 1333 s/d 1482 M) didirikan oleh Prabu Ajiguna Linggawisesa, dilanjutnya oleh 5 orang raja pengganti berturut-turut. Pewaris kerajaan raja yang ke-5, yakni Prabu Niskala Wastu Kancana, adalah 2 orang puteranya, yakni Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) memerintah kerajaan Sunda Pakuan atau Pakuan Pajajaran, sedangkan Sunda Galuh diperintah oleh Prabu Dewa Niskala.
6. Kerajaan Pajajaran (1482 s/d 1579 M) diperintah oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, cucu Raja Niskala Wastu Kencana dan putra dari Dewa Niskala. Setelah Prabu Siliwangi meninggal dunia, pemerintahan Kerajaan Pajajaran dilanjutkan oleh putranya, Prabu Surawisesa -- dari istrinya yang bernama Kentring Manik Mayang Sunda, puteri Prabu Susuktunggal -- dan diteruskan secara berturut oleh 4 orang raja dari silsilah keturunan Prabu Susuktunggal.
7. Pada masa akhir pemerintahan Prabu Siliwangi, di kawasan wilayah Kerajaan Pajajaran ada 2 pemerintahan kerajaan Islam, yaitu (1) Kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Walangsungsang (Kian Santang/Pangeran Cakrabuana), putera Prabu Siliwangi dari istri beliau yang bernama Ratu Subang Larang (Subang Karancang) -- yang dilanjutkan oleh keponakannya, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- dan (2) Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin, putera Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- dari Ratu Winaon, puteri Bupati Banten. -- setelah berhasil mengalahkan Raja Kerajaan Pajajaran yang terakhir, Prabu Suryakancana yang berkedudukan di Banten Girang, di kaki gunung Pulasari.
Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya telah meramalkan perjalanan sejarah yang akan dialami oleh "Kerajaan Pajajaran" dan "penduduknya", yaitu mengenai kehancurannya dan kebangkitannya kembali berupa "Nagara Pajajaran Anyar" yang akan dipimpin oleh "RATU ADIL".
Banyak di antara tokoh "Urang Sunda" yang berusaha menafsirkan Uga Wangsit Siliwangi sesuai dengan pemahamannya masing-masing, sehingga di antara mereka pun yang mempersiapkan diri untuk menyongsong terwujudnya kembali "Nagara Pajajaran Anyar" dalam berbagai macam kegiatan, antara lain mendirikan berbagai paguyuban "Kasundaan" yang bergerak dalam bidang sosial dan kebudayaan.
Namun dalam seiring dengan berjalannya waktu, banyak di antara mereka kemudian mengalami "kekecewaan" demi "kekecewaan" terhadap sikap umumnya "Urang Sunda" sendiri, termasuk terhadap "tokoh-tokoh" Sunda, karena terbukti mereka bukan saja tidak mampu mempertahankan berbagai situs bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di wilayah Pasundan (Jawa Barat), bahkan di antara mereka pun ada yang ikut-serta (terlibat) dalam proses penghancuran situs-situs yang bersejarah tersebut. Contohnya adalah penghancuran situs bersejarah "Bukit Badigul" di desa Rancamaya – Bogor, yang dihancurkan demi untuk kepentingan para pengusaha Real Estate, yang didukung oleh pihak penguasa di masa itu.
Demikian pula ketika situs bersejarah "Batutulis" di kelurahan Batu Tulis – Bogor digali oleh oleh Menteri Agama RI pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, reaksi yang dilakukan oleh kebanyakan "Urang Sunda" hanya sekedar melakukan protes belaka, dan akhirnya "kasus" tersebut mereda dengan sendirinya.
Walau pun benar bahwa penghancuran kedua situs yang sangat bersejarah tersebut telah menelan "korban", akan tetapi tidak mustahil penyebabnya adalah mereka yang menjadi korban tersebut karena "katulah" oleh "supata" (kutukan) dari para "leluhur urang Sunda" -- yang telah bersusah-payah mendirikan berbagai kerajaan di Jawa Barat, termasuk kerajaan Pakuan Pajajaran -- bukan karena adanya upaya dari para "putera Sunda".
Penulis (LBK) sempat bertemu dengan 2 orang "tokoh" Sunda yang juga mempercayai Uga Wangsit Prabu Siliwangi, bahkan salah seorang di antaranya yang dikenal dengan sebutan Ki Cepy Rancamaya, yang akibat menentang penghancuran situs bersejarah "Bukit Badigul" di Rancamaya -- ia harus mendekam 2 kali di dalam penjara Paledang – Bogor.
Dalam perbincangan dengan penulis pada bulan Juli 2007 di rumahnya, ia mengemukakan kekesalan dan kekecewaan hatinya kepada para "inohong Sunda" bahwa: "Masa iya, beberapa juta orang Sunda di Jawa Barat tidak mampu menyelamatkan situs bersejarah "Bukit Badigul", yaitu dengan cara membeli lokasi situs bersejarah tersebut walau hanya seluas 1000 meter saja? Oleh karena itu Kang, sekarang mah saya "nyumput di nu caang" (bersembunyi di tempat terang) saja".
Kedua orang "tokoh" "Urang Sunda" tersebut sempat mengemukakan kekecewaan-berat mereka terhadap "Urang Sunda" yang pernah menempati berbagai posisi penting dalam pemerintahan RI tingkat Nasional maupun tingkat daerah, karena dalam kenyataannya mereka tidak mampu menjadi panutan dan "tumpuan harapan" warga Pasundan, sebagaimana yang dikemukakan salah satu poin dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi bahwa "Urang Sunda bakal disarambat".
Kekecewaan para tokoh "Urang Sunda" tersebut memang harus terjadi, sebab yang dimaksud oleh Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang "Nagara Pajajaran Anyar" dan "Urang Sunda" yang akan "disarambat" tersebut, dalam kenyataannya berbeda dengan persepsi yang ada dalam pikiran dan sangkaan mereka, tentang yang dimaksud dengan "Urang Sunda" oleh Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya.
Persepsi keliru yang ada dalam pikiran dan sangkaan para penafsir Uga Wangsit Siliwangi tersebut persis seperti kekeliruan persepsi atau kekeliruan penafsiran umumnya umat beragama tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah -- misalnya kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dan Yesus Kristus a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.). Demikian juga tentang penafsiran tentang kedatangan Rasul Akhir Zaman serta misi suci yang diembannya (Qs.61:10), sehingga akibatnya ketika Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala tersebut benar-benar telah datang, mereka bukannya menyambutnya dengan penuh antusias disertai ucapan "AHLAN SAHLAN WA MARHABAN", melainkan dengan pendustaan dan berbagai bentuk penentangan serta penganiayaan keji, sebagaimana yang sangat disesalkan oleh Allah Ta'ala (Qs.36:31).
Penulis, dalam naskah buku ini berusaha menjelaskan makna-makna mendalam yang terkandung dalam Uga Wangit Prabu Siliwangi, khususnya mengenai makna "Nagara Pajajaran Anyar" yang akan dipimpin oleh RATU ADIL , makna "Budak Angon" dan "Urang Sunda" yang akan "disarambat", sebab dengan peran-serta mereka itulah "Kehidupan Surgawi" di seluruh dunia akan terwujud, yakni terciptanya "bumi baru" dan "langit baru" (Qs.14:48-53; Qs.39:69-70) atau "Yerusalem yang baru yang akan turun dari Surga" (Bible, Wahyu 21:1-8), sebagaimana yang diharapkan oleh para penanti kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN, sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam Bible mau pun dalam Al-Quran, dan juga dinanti-natikan oleh umat-umat beragama lainnya, bahkan dinanti-nantikan oleh setiap suku bangsa berdasarkan uga-uga wangsit para leluhur yang terdapat di berbagai daerah di Nusantara, termasuk Uga Wangsit Prabu Siliwangi.
Semoga Allah Ta'ala memberikan keberkatan kepada tulisan (makalah) yang sangat sederhana ini, dan semoga banyak orang yang memperoleh pencerahan jiwa, sehingga mereka bukan saja akan mengenal RATU ADIL yang hakiki, tetapi juga mereka akan bergabung menjadi warga masyarakat Muslim "Nagara Pajajaran Anyar" untuk bersama-sama mewujudkan terciptanya "Kehidupan Surgawi" di dunia ini berupa Kejayaan Islam yang kedua kali (Qs.61:10). Amin.

Wassalam

Ki Langlang Buana Kusuma

Keterangan: Penomoran ayat-ayat Al-Quran dimulai dengan Bismillaahirrahmanirrahiim sebagai ayat pertama, kecuali surah At-Taubah.


BAB I

Pengantar Umum

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ()يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ()كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ()إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

"Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berjajar-jajar, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash-Shaff, 2-5).

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan umumnya para penganut agama-agama dewasa ini, terdapat kepercayaan tentang kedatangan kedua kali Rasul Allah yang sebelumnya pernah diutus kepada kaumnya masing-masing. Para Rasul Allah yang dipercayai kedatangannya yang kedua kali tersebut di antaranya adalah:

  • Sri Krisyna a.s. dipercaya oleh umat Hindu akan datang lagi.
  • Buddha a.s. dipercayai oleh umat Buddha akan datang lagi.
  • Mesio Darbahmi dipercaya oleh para penganut ajaran Zoroaster a.s. di Persia akan datang lagi.
  • Nabi Elia (Ilyas) a.s. dipercayai oleh kaum Yahudi akan turun dari langit menjelang kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. atau Yesus Kristus (Mal 4:5-6; 1:19-28).
  • Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Mesiah/Mesias/Al-Masih atau Yesus Kristus dipercayai akan turun datang oleh kaum Yahudi, kaum Nashrani (Mat 24:29-36) mau pun oleh umat Islam (Bukhari Bab turunnya Isa Ibnu Maryam a.s.) – disamping mempercayai kedatangan Imam Mahdi a.s.

Kepercayaan mengenai kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepercayaan masalah tanasukh (re-inkarnasi) atau penitisan berulang kali ruh orang yang meninggal dunia berulang kali, yakni lahir kembali baik berupa manusia maupun berupa binatang, sesuai dengan baik-buruknya amal yang dilakukannya semasa hidupnya.

Kontroversi Mengenai "Ruh" &
Hilangnya "Ruh" Islam (Al-Quran)

Perlu diketahui pula bahwa kepercayaan tentang tanaasukh atau reinkarnasi (menitis kembali) tidak sama dengan peristiwa kesurupan (trance), sebab pada peristiwa kesurupan "energi-energi gaib" atau "ruh-ruh gaib" yang memasuki diri orang yang kesurupan dapat datang dan pergi, atau dapat diundang kedatangannya dan dapat pula dikeluarkan lagi dari tubuh orang yang kesurupan atau dari tubuh mediator, sedangkan dalam kepercayaan reinkarnasi keadaannya tidak seperti itu, karena jiwa (ruh) dari orang yang "menitis" benar-benar bersatu dengan jiwa -- bahkan menjadi jiwa (ruh) -- orang-orang yang dianggap merupakan penjelmaan (reinkarnasi) dari orang lain atau leluhurnya yang telah meninggal dunia.
Mengenai kontroversi masalah ruh tersebut Allah Ta'ala telah berfirman dalam Al-Quran:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا()وَلَئِنْ شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِ عَلَيْنَا وَكِيلًا()إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّ فَضْلَهُ كَانَ عَلَيْكَ كَبِيرًا

Dan mereka bertanya kepada engkau [hai Rasulullah] mengenai ruh. Katakanlah, "Ruh diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit." Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau, kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga bagi engkau dalam hal ini melawan Kami, kecuali jika ada rahmat dari Tuhan engkau. Sesungguhnya karunia-Nya kepada Engkau sangat besar (Bani Israil, 86-88).
Menurut ayat-ayat tersebut bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia mengenai ruh sangat terbatas, sebab masalah ruh dan bagaimana caranya agar ruh tersebut dapat berkembang secara sempurna, hal tersebut sepenuhnya merupakan wewenang Allah Ta'ala, karena selain sangat erat kaitannya dengan sikap manusia terhadap perintah dan larangan yang telah ditetapkan Allah Ta'ala dalam syariat -- terutama syariat Islam (Al-Quran) – juga peran wahyu Allah Ta'ala pun sangat menentukan sekali, sebagaimana firman-Nya:

قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

"Katakanlah, "Ruh diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit."
Kenapa demikian? Sebab kebanyakan manusia tidak dapat membedakan antara masalah kebatinan dengan masalah keruhanian -- yang cara menumbuh-kembangkannya selain sangat erat kaitannya dengan masalah keimanan yang benar terhadap Tauhid Ilahi, juga berkaitan erat dengan kepatuh-taatan kepada hukum-hukum syariat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasul Allah -- khususnya Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.3:32-33) -- sedangkan kebatinan adalah kemampuan jiwa manusia, yang secara umum telah ditanamkan Allah Ta'ala dalam diri setiap orang, tanpa memperbedakan agama dan kepercayaan yang mereka anut, serta dapat ditumbuh-kembangkan melalui latihan-latihan tertentu.
Berkembangnya kegiatan "olah batin" (kebatinan) tersebut terjadi di setiap zaman, yaitu ketika umat manusia atau umat beragama telah semakin jauh dari masa kenabian yang penuh berkat, dan hal itu terjadi juga di lingkungan umat Islam.
Merujuk kepada kenyataan itulah pertanyaan tentang ruh yang dikemukakan firman Allah Ta'ala tersebut:
Dan mereka bertanya kepada engkau [hai Rasulullah] mengenai ruh. Katakanlah, "Ruh diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit." Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau [yakni Al-Quran], kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga bagi engkau dalam hal ini melawan Kami, kecuali jika ada rahmat dari Tuhan engkau. Sesungguhnya karunia-Nya kepada engkau sangat besar (Bani Israil, 86-88).

Dengan demikian Firman Allah Ta'ala tersebut mengandung nubuatan (khabar gaib) bahwa akan datang suatu zaman ketika ilmu Al-Quran -- yakni pemahaman yang benar tentang Al-Quran – akan lenyap dari permukaan bumi (umat Islam), sebagaimana firman-Nya berikut ini:

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Dia mengatur urusan (perintah/peraturan) dari langit sampai bumi kemudian urusan itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (As-Sajdah, 6).
Pada masa-masa Allah Ta'ala secara bertahap menarik kembali "ruh" Al-Quran -- yakni pemahaman yang benar tentang Al-Quran (agama Islam) -- setelah Islam mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad itulah berbagai bentuk praktek "obah batin" (kebatinan) mulai bermunculan.
Namun demikian, pada saat yang bersamaan – agar umat Islam tidak semakin melantur jauh dari Tauhid Ilahi dan dari ajaran Islam -- Allah Ta'ala pun "membangkitkan" para wali Allah atau para shufi besar atau mujaddid (pembaharu ruhani) yang dibangkitkan di setiap abad, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw..

Para Mujaddid & Tantangan Allah Ta'ala

Berikut adalah nama-nama para mujaddid (pembaharu rohani) yang muncul di kalangan umat Islam di setiap abad:
1. Mujaddid abad pertama : Umar bin Abdul Aziz
2. Mujaddid abad kedua: Imam Syafi'i
3. Mujaddid abad ketiga: Abu Syarah – versi lain adalah Abdul Hasan Asysyari
4. Mujaddid abad keempat: Abu Ubaidullah Nisyapuri – versi lain adalah Abu Bakar Baqlani
5. Mujaddid abad kelima: Imam Ghazali
6. Mujaddid abad keenam: Sayyid Abdul Qadir Jailani
7. Mujaddid abad ketujuh: Imam Ibnu Taimiyah – versi lain adalah Khwaja Mu'inuddin Chisti
8. Mujaddid abad ke delapan: Hafiz Ibnu Hajar Asqalani – versi lain adalah Shalih bin Umar
9. Mujaddid abad kesembilan: Imam Suyuthi
10. Mujaddid abad kesepuluh: Imam Muhammad Tahir Gujrati
11. Mujaddid abad kesebelas: Mujaddid Alif Tsani Sirhindi
12. Mujaddid abad keduabelas: Syah Waliullah Muhaddats Dhelwi
13. Mujaddid abad ketigabelas: Sayyid Ahmad Brelwi
14. Mujaddid abad keempatbelas dan merupakan mujaddid 'azham adalah Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau'ud a.s. atau Ratu Adil, yakni kedatangan kedua kali secara ruhani para Rasul Allah sebagaimana yang dipercayai oleh semua umat beragama (Qs.77:12), yakni Rasul Akhir Zaman (Qs.61:10), yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam, yaitu seorang pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.4:70-71).
Nubuatan (khabar gaib) Allah Ta'ala dalam Al-Quran (Qs.17:86-89) tersebut sejalan dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Mardawih, Baihaqi, dan Ibnu Majah, bahwa bahwa akan datang suatu zaman dimana ruh (jiwa) Al-Quran akan hilang (dicabut) dari umat Islam (Qs.32:6), sehingga akibatnya akan bermunculan orang-orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para faqir (rahib/sufi) yang dipercayai memiliki kekuatan batin istimewa – seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi sebelumnya.
Menurut Allah Ta'ala, keberadaan mereka itu serta upaya-upaya kebatinan yang mereka lakukan tidak akan berhasil mengembalikan jiwa (ruh) ajaran Al-Quran, sekali pun mereka semuanya bergabung dalam mengupayakannya, firman-Nya:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah, "Seandainya manusia dan jin berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walau pun sebagian mereka sebagai penolong bagi sebagian yang lain " (Bani Israil, 89).
Allah Ta'ala tersebut pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam praktek klenik, supaya mereka meminta pertolongan "ruh-ruh gaib", yang darinya para ahli kebatinan tersebut mengakui mengaku menerima "ilmu rohani"'.
Tantangan Allah Ta'ala dalam ayat inipun berlaku pula bagi semua orang yang menolak bahwa Al-Quran bersumber (berasal) dari Allah Ta'ala, tantangan ini berlaku sepanjang masa (Qs.2:24-25; Qs.10:39; Qs.11:14; Qs.17:89; Qs.52:35). Kenyataan membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengembalikan "ruh" (jiwa) Al-Quran – yakni pemahaman yang benar dari Al-Quran serta pembukaan khazanah-khazanah rohaninya yang baru (Qs.15:22– kecuali orang-orang yang mendapat wahyu dari Allah Ta'ala sendiri, terutama Rasul Allah (Qs.2:31-35; Qs.3:180; Qs.72:27-29; Qs.56:76-83).

Kemunduran Parah Umat Islam Di Akhir Zaman

Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda mengenai keadaan kemunduran hebat yang terjadi di kalangan umumnya umat Islam di Akhir Zaman ini dalam berbagai bidang kehidupan – termasuk kemunduran parah dalam bidang akhlak dan ruhani serta pemahaman yang benar mengenai Al-Quran (ajaran Islam) – beliau saw. bersabda:
"Sudah dekat kedatangannya atas manusia (umat Islam) tatkala Islam hanya tinggal namanya saja dan Al-Quran hanya tinggal tulisannya saja, mesjid-mesjid mereka akan ramai (penuh) tetapi kosong dari petunjuk. Ulama mereka akan menjadi makhluk yang paling buruk di bawah langit ini, dari mereka akan keluar fitnah dan akan kembali kepada mereka" (Baihaqi).
Sebenarnya gambaran keadaan yang sangat memprihatinkan mengenai umat Islam di Akhir Zaman tersebut merupakan pengulangan keadaan yang senantiasa terjadi di setiap zaman, yaitu pada saat Allah Ta'ala mengutus Bayyinnah (Tanda-tanda yang nyata) yakni Rasul-Nya, firman-Nya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ()لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ()رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً()فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ()وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ()وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ(6 إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ()إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ()جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tidak akan pernah berhenti dari kekafiran (keingkaran) mereka orang-orang yang kafir (ingkar) dari Ahlikitab dan orang-orang musyrik sehingga datang kepada mereka bukti yang nyata, yaitu seorang Rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran suci, yang di dalamnya ada perintah-perintah abadi. Dan tidak berpecah-belah orang-orang yang diberi Kitab kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang nyata (Rasul Allah), padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah hanya kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, dan mendirikan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang teguh. Sesungguhnya orang-orang yang kafir (ingkar) dari antara Ahlikitab dan orang-orang musyrik akan berada dalam api jahannam, mereka akan kekal di dalamnya. Mereka itu seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka ada di sisi Tuhan mereka, kebun-kebun abadi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka akan kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah ganjaran bagi orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya (Al-Bayyinah, 1-9).
Menurut Allah Ta'ala, pada masa kedatangan Bayyinah (Bukti-bukti yang nyata) atau Rasul Allah, orang-orang yang dinamakan Ahlikitab pun mereka tidak memahami Kitab suci mereka dengan benar, termasuk para pemimpin agama (ulama) mereka, itulah sebabnya yang muncul dari mereka bukan petunjuk yang benar yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi melainkan semata-mata hanya mengandalkan keinginan hawa-nafsu mereka (Qs.2:79-80), sehingga mengakibatkan munculnya berbagai bentuk fitnah yang akan kembali kepada diri mereka, dan umat beragama pun menjadi terpecah-belah serta satu sama lain saling mengkafirkan¸ termasuk di lingkungan umat Islam (Qs.6:160; Qs.21:93-94; Qs.23:53-54; Qs.30:30-33).

Pemeliharaan Al-Quran Sepenuhnya Wewenang Allah Ta'ala &
"Pengutusan Kedua Kali" Para Rasul Allah

Merujuk kepada kenyataan itulah Allah Ta'ala telah berfirman mengenai wewenang-Nya melakukan pemeliharaan Al-Quran -- baik pemeliharaan kemurnian teks Al-Quran, pemeliharan makna-maknanya yang benar serta pembukaan khazanah-khazanah kerohanian yang baru dari Al-Quran sesuai kebutuhan zaman -- firman-Nya:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami Yang telah menurunkan Adz-Dzikr (Peringatan/Al-Quran) ini, dan sesungguhnya Kami-lah Pemelihara baginya" (Al-Hijr, 10).
Merujuk kepada kenyataan itulah maka Allah Ta'ala telah menubuatkan (mengkhabar-gaibkan) mengenai kedatangan kembali para Rasul Allah, termasuk Nabi Besar Muhammad saw.. Berikut ini adalah pernyataan Allah Ta'ala dalam Al-Quran tentang "pengutusan kedua kali" Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman di kalangan "kaum lain" di lingkungan umat Islam, firman-Nya:

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ()هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ()وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ()ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ((

Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu'ah, 2-5).
Ketika ayat-ayat Surah Al-Jumu'ah tersebut diwahyukan, Abu Hurairah r.a. – salah seorang sahabat yang saat itu ada bersama dengan beberapa orang sahabat lainnnya – bertanya kepada Nabi Besar Muhammad saw., "Ya Rasulullah, saya mengetahui bahwa Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan kaum yang buta-huruf adalah adalah engkau, akan tetapi apa yang dimaksudkan oleh ayat selanjutnya
وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ yaitu bahwa engkau pun akan dibangkitkan lagi pada suatu kaum lain di antara kami akan tetapi antara kami dengan kaum tersebut belum pernah bertemu, apa maksudnya?"
Nabi Besar Muhammad saw. sama sekali tidak menyalahkan pendapat Abu Hurairah r.a. tentang "kedatangan kedua kali" beliau saw. tersebut, kenyataan tersebut membuktikan bahwa yang menginformasikan tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut bukan hanya Kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Quran saja tetapi juga Al-Quran pun mengisyaratkan hal yang sama pula, firman-Nya:

وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ()لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ()لِيَوْمِ الْفَصْلِ()وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ()وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ()أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ()ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ()كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ()وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ()...................وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ()هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ جَمَعْنَاكُمْ وَالْأَوَّلِينَ()فَإِنْ كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ()وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan, hingga hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...........................
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Inilah Hari Keputusan. Kami mengumpulkan kamu dan kaum-kaum terdahulu. Maka jika kamu mempunyai tipu-daya, lakukanlah tipu daya terhadapku. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan (Al-Mursalat 12-20 & 38-41)
Pendek kata, kebenaran kepercayaan umat beragama mengenai kedatangan kedua kali para Rasul Allah sulit dibantah atau dikatakan sebagai suatu kepercayaan yang dusta dan sesat, sebab selain sumbernya jelas dan qath'i (kuat) -- yaitu Kitab-kitab suci dan sabda para Rasul Allah -- bahkan didukung juga oleh berbagai uga wangsit yang terdapat di berbagai daerah, di antaranya Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang kedatangan RATU ADIL -- juga didukung oleh bukti lainnya, yaitu:
1. Semua umat beragama sepakat mempercayai bahwa kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut akan terjadi di Akhir Zaman, sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
2. Semua umat beragama sepakat mempercayai bahwa melalui perjuangan suci Rasul Allah yang kedatangannya sedang mereka tunggu-tunggu itulah maka agama mereka akan unggul atas agama-agama lain.
Mengenai hal tersebut berikut adalah firman Allah Ta'ala mengenai misi Rasul Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُون

Dia-lah Yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dangan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik membenci (Ash-Shaff, 10).
Umat Islam meyakini bahwa melalui kedatangan Rasul Akhir Zaman -- Al-Masih Mau'ud a.s. atau Imam Mahdi a.s. atau RATU ADIL itulah -- maka agama Islam dan umat Islam akan mengalami masa kejayaan mereka yang kedua kali, sehingga dengan demikian genaplah sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang adanya persamaan antara Bani Israil dengan Bani Ismail, yakni kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. dan Nabi Isma'il a.s. tersebut sama-sama mengalami 2 kali masa kejayaan.


(Bersambung).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar