HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Pembangkitan Kembali Lembaga Khilafat
di Kalangan Umat Islam
di Kalangan Umat Islam
Pada Bab sebelumnya telah dikemukakan firman Allah Ta'ala tentang janji-Nya akan membangkitkan silsilah khilafah (kekhalifahan) di kalangan umat Islam, jika mereka beriman dan beramal salih, firman-Nya:
وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih niscaya Dia akan menjadikan mereka khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka (An-Nûr, 56).
Sehubungan akan terbentuknya lagi LEMBAGA KHILAFAT tersebut Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda:
"Takûnun- nubuwwatu fîkum mâsyâ-allâhu an takuuna, tsumma yarfa'uhallâhu ta'âla; tsumma takûnu khilâfatan a'lâ minhajin- nubuwwati mâsyâ-allâhu an takûna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'âla; tsumma takûnu mulkan 'âdhdhan fatakûna mâsyâ-allâhu an takûna, tsumma yarfa'uhâllâhu ta'âla; tsumma takûnu mulkan jabbariyyatan fatakuuna mâsyâ-allâhu an takûna, tsumma yarfa'uhâllâhu ta'âla; tsumma takûnu khilâfatan 'alaa minhajin- nubuwwati", tsumma sakata.
"Sedang terjadi kenabian di kalangan kamu selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian) selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang menggigit maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang memaksa maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian)", kemudian Rasulullah saw. diam (Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hanbal; Kanzul Ummal, juz VI/15114).
Al-Masih Mau'ud a.s. & Para Khalifatul Masih
Berdasarkan sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut nampak jelas tahap-tahap perjalanan sejarah umat Islam yang dimulai dengan:
1. Masa kenabian selama 23 tahun yang dimulai dengan diutus-Nya Nabi Besar Muhammad saw.. (571-632 M).
2. Masa khilafat atas jalan kenabian (632-661 M) -- yakni masa Khulafatur-Rasyiddin yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a.; Khalifah Umar bin Khaththab r.a., Khalifah Utsman bin 'Affan r.a., dan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a..
3. Masa mulkan 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit) dan mulkan jabbariyyatan (kerajaan yang memaksa dengan kejam).
Kedua masa kerajaan ini dimulai dari daulat Ummayyah (661-750 M) sampai dengan daulah Abbasiyyah (750- 1258 M). Sejak penghancuran kota Baghdad – ibukota daulat Abbasiyyah – oleh serbuan dahsyat balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada th. 1258 M), untuk beberapa lama umat Islam tidak memiliki pemerintahan pusat, yang muncul di beberapa wilayah adalah kesultanan-kesultanan kecil.
Barulah pada abad 16 masehi muncul 3 imperium Islam terbesar di tengah-tengah sekian banyak kesultanan-kesultanan, yaitu:
(a) Daulat Ustmaniyyah yang menganut faham Sunni, berpusat di Turki,
(b) Daulat Safawiyyah yang menganut faham Syi'ah, berpusat di Iran,
(c) Daulat Moghul di India yang menganut faham Sunni, berpusat di India.
Ketiga daulat (kesultanan) terbesar di kalangan umat Islam tersebut hanya bertahan sampai abad 18. Daulat Utsmaniyyah berakhir pada th. 1922 dengan dihapuskannya kesultanan dan pada th. 1924 dihapuskannya "khilafat" oleh gerakan pembaruan yang dipimpin oleh Mustafa Kemal.
4. Masa khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian).
Khilafat Muslim Ahmadiyah &
Penentangan Terhadapnya
Kecuali di kalangan Jemaat Ahmadiyah -- yang didirikan atas perintah Allah Ta'ala oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) -- di lingkungan umat Islam tidak terdapat "khilafatun- 'alaa minhajin- nubuwwah" (khilafat atas jalan kenabian), sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.. Yang ada adalah upaya-upaya sekelompok umat Islam untuk menegakkan kembali Khilafat, dalam arti berusaha mendirikan pemerintahan berdasarkan syariat Islam yang mereka fahami dengan berbagai cara, termasuk dengan cara-cara kekerasan (paksaan).
Saat ini Khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah di kalangan Jemaat Ahmadiyah dipimpin oleh Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad. Ada pun para Khalifatul-Masih sebelumnya sebagai Khalifah dari Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang atas perintah Allah Ta'ala telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) – yakni misal Al-Masih Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) -- adalah:
Sehubungan akan terbentuknya lagi LEMBAGA KHILAFAT tersebut Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda:
"Takûnun- nubuwwatu fîkum mâsyâ-allâhu an takuuna, tsumma yarfa'uhallâhu ta'âla; tsumma takûnu khilâfatan a'lâ minhajin- nubuwwati mâsyâ-allâhu an takûna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'âla; tsumma takûnu mulkan 'âdhdhan fatakûna mâsyâ-allâhu an takûna, tsumma yarfa'uhâllâhu ta'âla; tsumma takûnu mulkan jabbariyyatan fatakuuna mâsyâ-allâhu an takûna, tsumma yarfa'uhâllâhu ta'âla; tsumma takûnu khilâfatan 'alaa minhajin- nubuwwati", tsumma sakata.
"Sedang terjadi kenabian di kalangan kamu selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian) selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang menggigit maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang memaksa maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian)", kemudian Rasulullah saw. diam (Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hanbal; Kanzul Ummal, juz VI/15114).
Al-Masih Mau'ud a.s. & Para Khalifatul Masih
Berdasarkan sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut nampak jelas tahap-tahap perjalanan sejarah umat Islam yang dimulai dengan:
1. Masa kenabian selama 23 tahun yang dimulai dengan diutus-Nya Nabi Besar Muhammad saw.. (571-632 M).
2. Masa khilafat atas jalan kenabian (632-661 M) -- yakni masa Khulafatur-Rasyiddin yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a.; Khalifah Umar bin Khaththab r.a., Khalifah Utsman bin 'Affan r.a., dan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a..
3. Masa mulkan 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit) dan mulkan jabbariyyatan (kerajaan yang memaksa dengan kejam).
Kedua masa kerajaan ini dimulai dari daulat Ummayyah (661-750 M) sampai dengan daulah Abbasiyyah (750- 1258 M). Sejak penghancuran kota Baghdad – ibukota daulat Abbasiyyah – oleh serbuan dahsyat balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada th. 1258 M), untuk beberapa lama umat Islam tidak memiliki pemerintahan pusat, yang muncul di beberapa wilayah adalah kesultanan-kesultanan kecil.
Barulah pada abad 16 masehi muncul 3 imperium Islam terbesar di tengah-tengah sekian banyak kesultanan-kesultanan, yaitu:
(a) Daulat Ustmaniyyah yang menganut faham Sunni, berpusat di Turki,
(b) Daulat Safawiyyah yang menganut faham Syi'ah, berpusat di Iran,
(c) Daulat Moghul di India yang menganut faham Sunni, berpusat di India.
Ketiga daulat (kesultanan) terbesar di kalangan umat Islam tersebut hanya bertahan sampai abad 18. Daulat Utsmaniyyah berakhir pada th. 1922 dengan dihapuskannya kesultanan dan pada th. 1924 dihapuskannya "khilafat" oleh gerakan pembaruan yang dipimpin oleh Mustafa Kemal.
4. Masa khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian).
Khilafat Muslim Ahmadiyah &
Penentangan Terhadapnya
Kecuali di kalangan Jemaat Ahmadiyah -- yang didirikan atas perintah Allah Ta'ala oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) -- di lingkungan umat Islam tidak terdapat "khilafatun- 'alaa minhajin- nubuwwah" (khilafat atas jalan kenabian), sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.. Yang ada adalah upaya-upaya sekelompok umat Islam untuk menegakkan kembali Khilafat, dalam arti berusaha mendirikan pemerintahan berdasarkan syariat Islam yang mereka fahami dengan berbagai cara, termasuk dengan cara-cara kekerasan (paksaan).
Saat ini Khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah di kalangan Jemaat Ahmadiyah dipimpin oleh Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad. Ada pun para Khalifatul-Masih sebelumnya sebagai Khalifah dari Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang atas perintah Allah Ta'ala telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) – yakni misal Al-Masih Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) -- adalah:
- Khalifatul Masih I, Alhajj Hakim Nuruddin r.a., (1908-1914);
- Khalifatul Masih II, Alhajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. (1914-1985);
- Khalifatul Masih III, Mirza Nasir Ahmad MA. r.a. (1965-1983);
- Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad r.a. (1983-2002);
- Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad (2002- saat ini).
Sehubungan dengan masalah KHILAFAT, Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda tentang kemungkinan munculnya 2 orang KHALIFAH pada suatu jaman: "Apabila dalam satu masa terdapat 2 khalifah maka BUNUHLAH khalifah yang datang (muncul) belakangan".
Ada pun makna dari pernyataan keras Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah bahwa apabila sistim khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah (khilafat atas jalan kenabian) telah berdiri maka upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak lain untuk menandingi sistim khilafat 'alaa minhajin- nubuwwah yang telah dirikan oleh Allah Ta'ala tersebut (Qs.24:56) niscaya akan mengalami kegagalan dan kehinaan .
Demikian pula upaya-upaya dari pihak-pihak yang bermaksud untuk menghancurkan khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah (khilafat atas jalan kenabian) pun akan mengalami kegagalan dan kehinaan, sebab Allah Ta'ala telah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, "Aku dan Rasul-rasul-ku niscaya akan memang." Sesungguhnya Allah Maha kuat, Maha perkasa (Al Mujâdilah, 21-22).
Penentangan terhadap tegaknya silsilah Khilafah Jemaat Muslim Ahmadiyah selama ini -- lebih dari 100 tahun -- pada hakikatnya tidak lepas dari pengulangan kembali Kisah Monumental "Adam, Malaikat, Iblis" dalam Al-Quran (Qs.2:31-35), yang lazim terjadi di setiap zaman ketika Allah Ta'ala mengutus para Rasul-Nya di kalangan Bani Adam (Qs.7:35-37), sebagaimana yang disinyalir oleh para malaikat sehubungan dengan kehendak Allah Ta'ala ketika akan menciptakan seorang Khalifah Allah di bumi, bahwa akan ada pihak-pihak yang bereaksi secara ekstrim dalam melakukan pendustaan dan penentangan terhadap Khalifah Allah dan jama'ahnya, sehingga terjadi kerusakan dan penumpahkan darah di muka bumi.
Terhadap prediksi dan kekhawatiran para malaikat tersebut Allah Ta'ala menjawab "Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui", firman-Nya:
Ada pun makna dari pernyataan keras Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah bahwa apabila sistim khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah (khilafat atas jalan kenabian) telah berdiri maka upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak lain untuk menandingi sistim khilafat 'alaa minhajin- nubuwwah yang telah dirikan oleh Allah Ta'ala tersebut (Qs.24:56) niscaya akan mengalami kegagalan dan kehinaan .
Demikian pula upaya-upaya dari pihak-pihak yang bermaksud untuk menghancurkan khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah (khilafat atas jalan kenabian) pun akan mengalami kegagalan dan kehinaan, sebab Allah Ta'ala telah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, "Aku dan Rasul-rasul-ku niscaya akan memang." Sesungguhnya Allah Maha kuat, Maha perkasa (Al Mujâdilah, 21-22).
Penentangan terhadap tegaknya silsilah Khilafah Jemaat Muslim Ahmadiyah selama ini -- lebih dari 100 tahun -- pada hakikatnya tidak lepas dari pengulangan kembali Kisah Monumental "Adam, Malaikat, Iblis" dalam Al-Quran (Qs.2:31-35), yang lazim terjadi di setiap zaman ketika Allah Ta'ala mengutus para Rasul-Nya di kalangan Bani Adam (Qs.7:35-37), sebagaimana yang disinyalir oleh para malaikat sehubungan dengan kehendak Allah Ta'ala ketika akan menciptakan seorang Khalifah Allah di bumi, bahwa akan ada pihak-pihak yang bereaksi secara ekstrim dalam melakukan pendustaan dan penentangan terhadap Khalifah Allah dan jama'ahnya, sehingga terjadi kerusakan dan penumpahkan darah di muka bumi.
Terhadap prediksi dan kekhawatiran para malaikat tersebut Allah Ta'ala menjawab "Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui", firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ لَکُمۡ مَّا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ٭ ثُمَّ اسۡتَوٰۤی اِلَی السَّمَآءِ فَسَوّٰىہُنَّ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ ؕ وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan [ingatlah] ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada para malaikat. "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi." Berkata mereka, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami menguduskan Engkau." Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah [2]:31).
Seakan-akan Saling Mewasiatkan
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan "orang yang akan berbuat kerusuhan dan penumpahan darah di muka bumi" bukanlah Khalifah Allah dan jama'ahnya, melainkan pihak-pihak yang melakukan pendustaan dan penentangan secara ekstrim kepada Khalifah Allah dan para pengikutnya itulah, sebagaimana yang terjadi di setiap zaman ketika Allah Ta'ala membangkitkan (mengutus) para Rasul-Nya, yang terhadap tindakan para penentang Rasul Allah tersebut Allah Ta'ala telah menyatakan "kekecewaan-Nya" dalam surah Yaa Siin -- yaitu surah Al-Quran yang paling sering dibaca oleh umumnya umat Islam, firman-Nya:
Seakan-akan Saling Mewasiatkan
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan "orang yang akan berbuat kerusuhan dan penumpahan darah di muka bumi" bukanlah Khalifah Allah dan jama'ahnya, melainkan pihak-pihak yang melakukan pendustaan dan penentangan secara ekstrim kepada Khalifah Allah dan para pengikutnya itulah, sebagaimana yang terjadi di setiap zaman ketika Allah Ta'ala membangkitkan (mengutus) para Rasul-Nya, yang terhadap tindakan para penentang Rasul Allah tersebut Allah Ta'ala telah menyatakan "kekecewaan-Nya" dalam surah Yaa Siin -- yaitu surah Al-Quran yang paling sering dibaca oleh umumnya umat Islam, firman-Nya:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ اَنَّہُمۡ اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ اِنۡ کُلٌّ لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Ah sangat disesalkan atas hamba-hamba itu! Tidak pernah datang kepada mereka seorang Rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya. Apakah mereka tidak melihat betapa banyak keturunan (generasi) yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sesungguhnya mereka itu tidak kembali lagi kepada mereka? Dan sesungguhnya mereka semua akan dihadapkan kepada Kami. (Yaa Siin [36]:31-33).
Sejarah kenabian membuktikan, bahwa cara-cara pendustaan dan penentangan -- termasuk berbagai tuduhan dusta dan fitnah-fitnah yang dilontarkan pun -- kepada Khalifah Allah (rasul Allah) dari zaman ke zaman memiliki persamaan, seakan-akan para penentang Khalifah Allah (Rasul Allah) tersebut telah saling mewasiatkan terhadap generasi mereka selanjutnya, firman-Nya:
Sejarah kenabian membuktikan, bahwa cara-cara pendustaan dan penentangan -- termasuk berbagai tuduhan dusta dan fitnah-fitnah yang dilontarkan pun -- kepada Khalifah Allah (rasul Allah) dari zaman ke zaman memiliki persamaan, seakan-akan para penentang Khalifah Allah (Rasul Allah) tersebut telah saling mewasiatkan terhadap generasi mereka selanjutnya, firman-Nya:
کَذٰلِکَ مَاۤ اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا قَالُوۡا سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾ اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah tidak pernah datang seorang rasul kepada orang-orang sebelum mereka melainkan mereka berkata, "Dia tukang sihir atau orang gila!" Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum yang fasiq. (Adz-Dzaariyaat 53-54).
(Bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar