Sabtu, 29 Agustus 2009

Kabar Gembira Bagi Nafs Lawwamah & Banjir Dahsyat di Zaman Nabi Nuh a.s.


HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN &

MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM

UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Kabar Gembira bagi Nafs Lawwamah &

Banjir Dahsyat di Zaman Nabi Nuh a.s.

Penyebutan Hari Kiamat dalam Qs.75:2-3 tersebut -- tentang nafs Lawwamah -- bukan saja untuk meyakinkan umat manusia bahwa mereka itu benar-benar akan dibangkitkan lagi di alam akhirat atau di Hari Kiamat, guna mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia ini, tetapi juga untuk memberi kabar suka kepada orang-orang yang berjihad (berjuang-keras) melawan nafs Ammarah -- yang keadaannya bagaikan banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh a.s. (Qs.11:39-44) -- bahwa orang-orang yang berhasil memasuki keadaan nafs Lawwamah (jiwa yang menyesali/mengecam dirinya), insya Allah, akan termasuk orang-orang yang akan dibangkitkan di Hari Kiamat dengan kebangkitan yang baik sehingga mereka layak untuk dimasukkan ke dalam surga serta akan menikmati apa pun yang tersedia di dalamnya.
Mereka tidak akan dibangkitkan dalam keadaan buta, sebagaimana yang pasti akan dialami oleh orang-orang yang tidak berusaha berjihad melepaskan dirinya dari cengkraman nafs Ammarrah, firman-Nya:

وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿﴾

Barangsiapa yang buta [mata ruhaninya] di [dunia] ini maka di akhirat pun akan buta pula dan bahkan lebih tersesat dari jalan" (Bani Israil, 73).
Firman-Nya lagi:

وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی النُّہٰی ﴿﴾٪

Dan barangsiapa berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata, "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat?" Dia berfirman, "Demikianlah telah datang kepada engkau Tanda-tanda Kami tetapi engkau melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." Dan demikianlah Kami membalas orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya. Dan niscaya azab di akhirat itu lebih keras dan lebih kekal. Maka tidakkah ini memberi petunjuk kepada mereka berapa banyak keturunan (generasi) telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka [ini] berjalan-jalan di tempat-tempat tinggal mereka itu [yang telah hancur]. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Thaa Haa, 125-129).

Jadi, itulah hubungan antara keadaan nafs Lawwamah dengan misal (perumpamaan) istri Fir'aun yang shalihah, firman-Nya:

وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿﴾

Dan Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang beriman seperti istri Fir'aun ketika ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang aniaya." (At-Tahrîm, 12).

Tanpa adanya KERAHIMAN (kasih-sayang) Allah Ta'ala berupa pertolongan-Nya dan karunia-Nya, sangat sulit bagi manusia untuk dapat melepaskan diri dari keadaan nafs Ammarah dan untuk dapat bertahan pada tingkatan nafs Lawwamah. Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah Nabi Yusuf a.s. maupun Nabi Nuh a.s. telah menyatakan bahwa tanpa adanya KERAHIMAN (kasih-sayang) Allah Ta'ala tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari ketenggelaman akibat dahsyatnya dominasi nafs Ammarah mau pun dari dahsyatnya banjir di zaman Nabi Nuh a.s., kecuali mereka yang menaiki BAHTERA (PERAHU) yang dibuat oleh Nabi Nuh a.s. atas PERINTAH ALLAH TA'ALA, firman-Nya tentang Nabi Yusuf a.s.:

Wa maa ubarri-u nafsiy -

Aku sekali-kali tidak menganggap diriku bebas [dari kelemahan manusiawi],

اِنَّ النَّفۡسَ لَاَمَّارَۃٌۢ بِالسُّوۡٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۡ ؕ اِنَّ رَبِّیۡ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ

Sesungguhnya nafsu ammarah itu benar-benar senantiasa menyuruh kepada keburukan, kecuali orang yang dikasihani oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhan-ku maha Pengampun, Maha Penyayang (Yusuf, 54).

Kemudian firman-Nya mengenai banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh a.s.:

وَ اُوۡحِیَ اِلٰی نُوۡحٍ اَنَّہٗ لَنۡ یُّؤۡمِنَ مِنۡ قَوۡمِکَ اِلَّا مَنۡ قَدۡ اٰمَنَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿ۚۖ﴾ وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ وَحۡیِنَا وَ لَا تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ ﴿﴾ وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ مِّنۡ قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ قَالَ اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا نَسۡخَرُ مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ عَلَیۡہِ عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ ﴿﴾ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَ اَمۡرُنَا وَ فَارَ التَّنُّوۡرُ ۙ قُلۡنَا احۡمِلۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلٍّ زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ وَ اَہۡلَکَ اِلَّا مَنۡ سَبَقَ عَلَیۡہِ الۡقَوۡلُ وَ مَنۡ اٰمَنَ ؕ وَ مَاۤ اٰمَنَ مَعَہٗۤ اِلَّا قَلِیۡلٌ ﴿﴾ وَ قَالَ ارۡکَبُوۡا فِیۡہَا بِسۡمِ اللّٰہِ مَ‍‍جۡؔرٖىہَا وَ مُرۡسٰىہَا ؕ اِنَّ رَبِّیۡ لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ وَ ہِیَ تَجۡرِیۡ بِہِمۡ فِیۡ مَوۡجٍ کَالۡجِبَالِ ۟ وَ نَادٰی نُوۡحُۨ ابۡنَہٗ وَ کَانَ فِیۡ مَعۡزِلٍ یّٰـبُنَیَّ ارۡکَبۡ مَّعَنَا وَ لَا تَکُنۡ مَّعَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ سَاٰوِیۡۤ اِلٰی جَبَلٍ یَّعۡصِمُنِیۡ مِنَ الۡمَآءِ ؕ قَالَ لَا عَاصِمَ الۡیَوۡمَ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰہِ اِلَّا مَنۡ رَّحِمَ ۚ وَ حَالَ بَیۡنَہُمَا الۡمَوۡجُ فَکَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِیۡنَ ﴿﴾ وَ قِیۡلَ یٰۤاَرۡضُ ابۡلَعِیۡ مَآءَکِ وَ یٰسَمَآءُ اَقۡلِعِیۡ وَ غِیۡضَ الۡمَآءُ وَ قُضِیَ الۡاَمۡرُ وَ اسۡتَوَتۡ عَلَی الۡجُوۡدِیِّ وَ قِیۡلَ بُعۡدًا لِّلۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾

Dan telah diwahyukan kepada Nuh bahwasanya, "Tidak akan pernah beriman seorang pun dari antara kaum engkau kecuali orang yang telah beriman sebelumnya, maka janganlah engkau bersedih mengenai apa yang selama ini mereka kerjakan. Dan buatlah BAHTERA di hadapan mata (pengawasan) Kami dan sesuai petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku mengenai orang yang berbuat zalim, sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan." Dan mulailah ia (Nuh) membuat BAHTERA itu, dan apabila para pemuka [kaumnya] liwat padanya, mereka itu memperolok-olokkannya. Ia (Nuh) berkata, "Jika kamu sekarang memperolok-olokkan kami maka sesungguhnya kami pun pasti akan memperolok-olok kamu seperti sekarang kamu memperolok-olokkan kami, kemudian kamu segera akan mengetahui siapa yang kepadanya datang azab yang menghinakannya dan akan menimpa atasnya azab yang tetap." Sehingga apabila datang PERINTAH Kami dan memancarlah SUMBER-SUMBER MATA AIR, Kami berfirman, "Naikkanlah ke dalam BAHTERA itu masing-masing dari jenis satu pasang dan keluarga engkau, kecuali mereka yang keputusannya telah ditetapkan, dan orang yang beriman". Dan tidak ada yang beriman bersamanya kecuali sedikit. Dan berlayarlah BAHTERA itu membawa mereka di tengah GELOMBANG LAKSANA GUNUNG. Dan Nuh memanggil anaknya yang memisahkan diri di tempat perpisah, "Hai anakku, NAIKLAH BESERTA KAMI dan janganlah engkau termasuk ORANG-ORANG KAFIR". Ia berkata, "Aku segera akan mencari perlindungan ke GUNUNG yang akan menyelamatkan aku dari AIR!" Ia (Nuh) berkata, "Tidak ada yang menyelamatkan pada HARI seperti ini dari PERINTAH ALLAH, kecuali bagi orang yang DIA (Allah) KASIHANI." Dan GELOMBANG menjadi penghalang di antara keduanya maka jadilah ia termasuk orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan, "Hai BUMI telanlah AIR ENGKAU, dan hai LANGIT hentikanlah hujan!" Maka disurutkanlah AIR dan selesailah PERINTAH itu, dan BAHTERA itu berlabuh di atas Al-Judi, dan difirmankan, "Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim!" (Hûd, 37-45).
Pendek kata, terdapat kesamaan antara kehebatan dan bahaya keadaan nafs Ammarah dengan keadaan banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh a.s., yakni tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari tenggelam pada kedua keadaan yang sangat berbahaya tersebut kecuali orang-orang yang dikasihani oleh Allah Ta'ala. Itulah sebabnya Allah Ta'ala sebelum ini telah memisalkan orang-orang yang kafir kepada para Rasul Allah seperti istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s., dan akhir kehidupan mereka adalah akan dimasukkan secara hina ke dalam neraka jahannam (Qs.66:11).

Tingkat Keruhanian Maryam binti Imran &
Nafs Muthmainnah.

Apabila orang-orang beriman (bertakwa) terus berjihad (berjuang keras) melewati keadaan-keadaan berbahaya pada tingkatan nafs Lawwamah (jiwa yang menyesali diri sendiri), maka keadaan mereka digambarkan seperti Maryam binti Imran r.a. yang senantiasa memelihara kesucian dirinya – termasuk memelihara kesucian indera-inderanya, sehingga orang-orang bertakwa itu pun akan mulai memasuki tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran r.a. atau mulai memasuki tingkatan nafs Muthmainnah (jiwa yang tentram), firman-Nya:

یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾ فَادۡخُلِیۡ فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾

Hai JIWA YANG TENTRAM! KEMBALILAH kepada TUHAN engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia ridha kepada engkau, maka masuklah dalam golongan HAMBA-HAMBA-Ku yang terpilih, dan masuklah ke dalam SURGA-Ku" (Al-Fajr, 28-31).
Ungkapan "Masuklah ke dalam Surga-Ku" dapat mengisyaratkan pada proses hamilnya Maryam binti 'Imran r.a. dengan perantaraan "peniupan" RUH SUCI (Ruhulqudus) dari Allah Ta'ala, dan tepat pada waktunya -- sebagaimana halnya kehamilan Maryam binti 'Imran tersebut akan melahirkan ISA IBNU MARYAM A.S. -- demikian pula hamba-hamba Allah yang suci yang telah mencapai tingkatan keruhanian Maryam binti Imran tersebut berkat "peniupan Ruh" dari Allah Ta'ala, maka ia akan mengalami kehamilan secara ruhani, dan tepat pada waktunya ia akan mengalami kelahiran ruhani, yang dinamakan kelahiran ruhani Isa Ibnu Maryam a.s.. Itulah sebabnya Nabi Isa dinamakan Isa Ibnu (anak) Maryam.
Walaupun dari segi jasmani kedudukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan ANAK dari Maryam binti Imran r.a., akan tetapi dari segi ruhani kedudukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan peningkatan martabat keruhanian dari tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran a.s. ke tingkatan keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s., yang berkedudukan sebagai Rasul (Nabi) Allah, karena Allah Ta'ala senantiasa menurunkan RUHULQUDUS atau menurunkan WAHYU-Nya kepada orang bertakwa yang telah mencapai tingkatan keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s. atau kepada hamba-hamba Allah Ta'ala yang telah meraih keadaan nafs Muthmainnah, dan Allah Ta'ala akan berfirman kepada mereka, "Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang terpilih dan masuklah ke dalam surga-Ku. Itulah makna firman-Nya:

وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾

Dan mengemukakan misal Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya RUH Kami dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahrîm, 13).
Jadi, inilah hakikat MESIANISME atau KE-ALMASIH-AN yang dikemukakan Allah Ta'ala di dalam Al-Quran, yang sama sekali bertolak-belakang dengan ajaran yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya tentang TRINITAS atau TRITUNGGAL tentang perpaduan antara "Bapa" (Allah Ta'ala), "Anak" (Yesus Kristus) dan dan "Rohul Qudus" (malaikat Jibril a.s. dalam diri Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus).

Para Rasul Allah berkedudukan sebagai
Suami Ruhani bagi Kaumnya


Jadi, kembali kepada berbagai misal (perumpamaan) mengenai keadaan keruhanian manusia sehubungan dengan pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka (Qs.7:35-37), dan kenapa Allah Ta'ala telah mewajibkan (memerintahkan) kepada seluruh umat manusia untuk "sujud" kepada Adam (khalifah Allah - QS.2:31-35) bersama para malaikat -- yakni harus beriman kepada pendakwaan Rasul Allah tersebut serta harus membantu perjuangan sucinya menegakkan Tauhid Ilahi, maka mereka yang mendustakan dan menentang Rasul Allah tersebut akan mengalami nasib buruk seperti istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s., yakni mereka akan menjadi penghuni api jahanam di dalam kehidupan mereka di dunia ini juga, firman-Nya:

ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾

Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang kafir seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya dibawah pengayoman dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua itu sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka, "Masuklah kamu berdua ke dalam api bersama orang-orang yang masuk!" (At Tahrîm, 11).
Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan para Rasul Allah di kalangan kaumnya adalah seperti kedudukan seorang "suami" terhadap "istrinya". Artinya, apabila kaum tersebut beriman kepada Rasul Allah dan melaksanakan ajarannya maka keadaan mereka akan seperti "istri" yang rahim jasmaninya "dibuahi" oleh "suaminya", sehingga terjadi kehamilan dan akhirnya akan melahirkan bayi yang sempurna keadaannya dan sehat. Yakni keadaan akhlak dan ruhani kaum tersebut akan semakin baik keadaannya, dan kaum tersebut akan dianugerahi kehidupan surgawi, baik di dalam kehidupan di dunia ini maupun di alam akhirat (Qs.7:97).
Sebaliknya, apabila kaum tersebut mendustakan dan menentang Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (Qs.7:35-37) maka keadaan akhlak dan ruhani mereka akan semakin rusak, keadaan mereka seperti seorang "istri" yang menolak "rahim jasmaninya dibuahi" oleh "suaminya", sehingga akibatnya yang akan keluar dari rahimnya bukan "bayi yang sempurna" melainkan berupa "darah kotor" (darah haid). Yakni akhlak dan ruhani kaum tersebut akan semakin rusak, sehingga berbagai PEMIKIRAN yang keluar dari otak mereka pun akan KACAU-BALAU dan MENYESATKAN orang-orang lain.
Akibatnya, mereka bukan saja akan mendapat azab di dalam kehidupan di alam akhirat nanti tetapi juga di dalam kehidupan di dunia ini pun mereka akan mendapat azab, yaitu sebagaimana yang dialami oleh kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s. -- termasuk di dalamnya kedua istri durhaka kedua Rasul Allah tersebut -- sebab tidak ada cara lainnya lagi untuk menasihati dan memperingati mereka "yang mata ruhaninya buta" selain harus ditimpakan kepada mereka berbagai azab yang dahsyat.

Kenabian Ummati Di Kalangan Umat Islam &
Perjalanan Terakhir Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Sebagai Al-Masih

Sebaliknya, apabila umat manusia beriman kepada para Rasul Allah – terutama sekali kepada Nabi Besar Muhammad saw. serta benar-benar mentaati Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.3:32) -- maka dengan karunia Allah Ta'ala pada akhirnya orang-orang yang bertakwa di antara mereka akan mengalami "kelahiran ruhani" dari tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran menjadi tingkatan keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s. melalui "tiupan Ruh" dari Allah Ta'ala yakni ia akan dianugerahi wahyu Ilahi dengan perantaraan Ruhulqudus, sebagaimana halnya yang terjadi dengan Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:

وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾

Dan mengemukakan misal Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya RUH Kami dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahrîm, 13).

Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Ta'ala berikut ini mengenai derajat "kenabian ummati" yang tetap terbuka bagi umat Islam:

وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾

Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat yaitu: nabi-nabi dan shiddiq-shiddiq dan saksi-saksi dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sahabat yang sejati. Ini karunia dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui (An-Nisâ, 70-71).
Jadi, itulah faham Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an menurut Al-Quran, sama sekali tidak ada hubungannya dengan faham TRINITAS atau TRITUNGGAL sebagaimana yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya. Gelar Al-Masih berasal dari kata masaha, yang artinya antara lain: mengusap, menghapus, membersihkan, meminyaki (mengurapi dengan minyak). Arti lainnya adalah: berkelana, yang suka melancong, banyak bepergian".
Merujuk kepada kenyataan itulah berbagai mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan seizin Allah Ta'ala, antara lain berupa menghidupkan orang-orang yang dari segi akhlak dan ruhani telah mati, menyembuhkan orang-orang yang secara ruhani menderita sakit kusta, yang menderita lumpuh, yang bisu dan buta mata ruhaninya (Qs.3:50; Qs.5:111), sebab tugas para Rasul Allah bukan datang untuk menghidupkan kembali orang yang secara jasmani telah mati melainkan menghidupkan kembali orang-orang yang akhlak dan ruhaninya telah mati, akibat mereka telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkat (Qs.57:17-18), sehingga hati mereka menjadi keras membatu bahkan keras membesi (Qs.17:50-53).

Tempat Pengembaraan Terakhir nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
Ibundanya (Maryam binti Imran r.a.)

Ada pun yang sangat menarik adalah, bahwa ternyata proses kehamilan dan kelahiran secara ruhani dari tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran ke tingkatan keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut diabadikan oleh Allah Ta'ala berupa penyelamatan secara jasmani kedua wujud suci tersebut ke suatu tempat yang tinggi, yang banyak memiliki sumber mata air, setelah mengalami upaya pembunuhan melalui penyaliban (Qs.4:158-159) oleh para pemuka kaum Yahudi di Palestina, firman-Nya:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾

Dan Kami telah menjadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Al-Mukminuun, 51).

Penyelamatan secara jasmani wujud Al-Masih Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau Maryam binti 'Imran r.a. di wilayah Kasymir tersebut dengan telak menggugurkan faham TRINITAS (Tritunggal) dan Penebusan Dosa yang direkayasa oleh Paulus dalam berbagai surat-surat kirimannya, sebab terbukti bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selama 3 jam sempat mengalami pemakuan di atas tiang salib, akan tetapi beliau a.s. tidak sampai mengalami kematian terkutuk di atas tiang salib sebagaimana yang diinginkan oleh para pemuka Yahudi penentangnya, termasuk yang diinginkan oleh oleh Paulus, sebagaimana yang diakuinya dalam surat kirimannya (Galatia I:11-14).
Dengan demikian jelaslah bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran Paulus tentang TRINITAS atau TRITUNGGAL – yakni perpaduan antara "Tuhan Bapa" (Allah Ta'ala), "Tuhan Anak" (Yesus Kristus) dan Ruhulqudus, dan tidak ada hubungannya dengan masalah "penebusan dosa warisan akibat pelanggaran Adam dan Hawa di dalam surga".
Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an merupakan salah satu ketetapan Allah Ta'ala, yang erat hubungannya dengan terjadinya proses "kehamilan ruhani" dan "kelahiran ruhani" yang akan dialami oleh hamba-hamba Allah Ta'ala yang benar-benar memelihara dengan ketat kesucian akhlak dan ruhaninya, seperti yang telah dilakukan oleh Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. sehingga akhirnya akan terjadi proses "peniupan Ruh dari Allah" atau pewahyuan (Qs.66:12-13), firman-Nya:

وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ صَلۡصَالٍ مِّنۡ حَمَاٍ مَّسۡنُوۡنٍ ﴿﴾ فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِیۡ فَقَعُوۡا لَہٗ سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ کُلُّہُمۡ اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾

Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah kering yang berdenting, dari lumpur hitam yang telah diberi bentuk, maka apabila Aku memberinya bentuk yang sempurna dan telah Aku tiupkan Ruh-Ku kepadanya maka jatuhkanlah diri kamu bersujud baginya (kepadanya)", maka bersujudlah malaikat semuanya, kecuali iblis. Ia menolak bersama-sama mereka untuk bersujud (Al-Hijr, 29-32).
"Peniupan Ruh" dari Allah Ta'ala atau pewahyuan tersebut identik dengan diajarkan-Nya rahasia-rahasia Al-Asmaa-ul-Husna (nama-nama terindah) oleh Allah Ta'ala kepada Adam, Khalifah Allah, firman-Nya:

ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ لَکُمۡ مَّا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ٭ ثُمَّ اسۡتَوٰۤی اِلَی السَّمَآءِ فَسَوّٰىہُنَّ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ ؕ وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳۳﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾

Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi," Mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah dalam melakukan penentangan kepadanya? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mengkuduskan Engkau." Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia mengemukakannya kepada malaikat-malaikat dan berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu berkata benar." Mereka berkata, "Mahasuci Engkau, Kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." Dia berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu., maka tatkala disebutkannya kepada mereka nama-nama itu", Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepada kamu sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang yang kamu sembunyikan?" Dan ketika Kami berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka semua sujud kecuali iblis. Ia membangkang dan takabbur, dan ia termasuk orang-orang yang ingkar (Al-Baqarah, 31-35).
Firman-Nya lagi:

ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ لَکُمۡ مَّا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ٭ ثُمَّ اسۡتَوٰۤی اِلَی السَّمَآءِ فَسَوّٰىہُنَّ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ ؕ وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾

Dia-lah Yang mengetahui yang gaib maka Dia tidak menzahirkan rahasia-gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal para malaikat berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya mereka (rasul-rasul) telah menyampaikan risalat-risalat (amanat-amanat) Tuhan mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka, dan Dia membuat perhitungan tentang segala sesuatu (Al-Jin, 27-29). Lihat pula Qs.3:180.

Penciptaan Bumi Langit Baru dan Langit Baru

Menurut ayat-ayat tersebut, apabila Allah Ta'ala berkehendak menciptakan suatu tatanan kehidupan ruhani yang baru di dalam kehidupan manusia – yakni menciptakan bumi baru dan langit baru (Qs.14: 48-50) – senantiasa melalui pengutusan seorang yakni Khalifah-Nya,Rasul Allah. Dan Nabi Adam a.s. merupakan salah seorang dari antara Khalifah Allah, yang pada zamannya berkewajiban menciptakan kehidupan ruhani yang baru di kalangan umat manusia.
Merujuk kepada kenyataan itulah maka Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa proses penciptaan Isa Ibnu Maryam Israili a.s. sama dengan proses penciptaan Adam, yakni keduanya berasal dari "debu tanah", sehingga tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus), firman-Nya:

اِنَّ مَثَلَ عِیۡسٰی عِنۡدَ اللّٰہِ کَمَثَلِ اٰدَمَ ؕ خَلَقَہٗ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَہٗ کُنۡ فَیَکُوۡنُ ﴿﴾

Sesungguhnya misal (perumpamaan) Isa di sisi Allah adalah seperti misal (perumpamaan) Adam, Dia menjadikannya dari debu, kemudian Dia berfirman kepadanya, "Jadilah!" maka jadilah ia. (Âli 'Imran, 60).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. tanpa ayah seorang laki-laki pun merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Israil, yakni sebagai tanda berakhirnya penganugerahan karunia Allah Ta'ala kepada kaum – khususnya karunia keruhanian berupa untaian nikmat-nikmat kenabian, kerajaan dan lain-lain(Qs.5:21) -- khususnya nikmat kenabian (Qs.4:70) -- akibat kedurhakaan Bani Israil berulang kali kepada Allah Ta'ala dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di antara mereka (Qs.2:88-89), sehingga mereka mendapat kutukan dari Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus), firman-Nya:

لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾

Orang-orang yang ingkar dari antara Bani Israil dikutuk oleh lidah Daud dan Isa Ibnu Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakan mereka. Benar-benar sangat buruk apa yang biasa mereka kerjakan. Engkau akan melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang yang ingkar sebagai pelindung. Benar-benar buruk apa-apa yang telah dikirimkan oleh mereka lebih dahulu bagi diri mereka sehingga Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal (Al-Mâidah, 79-81).

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar