Minggu, 30 Agustus 2009

Tanda Saat (Kiamat) bagi Bani Isma'il (Bangsa Arab)

HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM

UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

BAB V

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Tanda Saat (Tanda Kiamat) bagi Bani Isma'il (Bangsa Arab)

Dari pembelaan Allah Ta'ala yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, jelas sekali bahwa ada-tidaknya hubungan darah antara Nabi Besar Muhammad saw. dengan bangsa Arab (Bani Ismail) menjadi tidak penting, karena para pemimpin kekafiran bangsa Arab sendirilah yang telah menuduh beliau saw. sebagai seorang abtar (terputus keturunannya – Qs.108:1-4).
Itulah sebabnya Allah Ta'ala dan Nabi Besar Muhammad saw. bukan saja telah mengumpamakan kedatangan Rasul Akhir Zaman yang akan dibangkitkan dari kalangan umat Islam sebagai misal kedatangan Isa Ibnu Maryam a.s., demikian juga ketika menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a. tentang surah Al-Jumu'ah ayat 2-5 sehubungan dengan "pengutusan kedua kali beliau saw. di kalangan kaum aakhariina minhum", maka Nabi Besar Muhammad saw. telah merujuk kepada sahabat beliau saw. Salman Al-Farsi r.a. yang berkebangsaan Farsi (Iran) ketika beliau saw. menjelaskan seorang laki-laki yang akan membawa turun kembali keimanan dari bintang Tsurraya (Bukhari, bab tafsir Surah Al-Jumu'ah), firman-Nya:

وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿۵۸ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿۶۰ وَ اِنَّہٗ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَۃِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿۶۱ وَ لَا یَصُدَّنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ ۚ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ وَ لَمَّا جَآءَ عِیۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ قَالَ قَدۡ جِئۡتُکُمۡ بِالۡحِکۡمَۃِ وَ لِاُبَیِّنَ لَکُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ تَخۡتَلِفُوۡنَ فِیۡہِ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوۡنِ ﴿﴾

Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau (Rasulullah) ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia melainkan seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (mengenai tanda) Saat (Tanda Kiamat), maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku, inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).
Mengenai kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani -- yang juga sebagai kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan umat Islam -- Allah Ta'ala berfirman:

یُسَبِّحُ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿۲ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿۴

Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan [Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain] dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu'ah, 2-5).
Oleh karena apabila dalam kenyataannya Rasul Allah yang diutus di Akhir Zaman ini tidak sepenuhnya berdarah Arab – karena hubungan darahnya dengan bangsa Arab hanya melalui Siti Fatimah r.a. saja, seperti halnya hubungan darah Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) dengan Bani Israil hanya melalui ibunda beliau saja, Siti Maryam r.a – maka semua itu terjadi adalah akibat penolakan para pemimpin kekafiran bangsa Arab sendiri terhadap pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw.. dan mereka sangat gembira ketika semua putra laki-laki beliau saw. wafat sewaktu masih anak-anak, bahkan mereka telah menuduh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang abtar (terputus keturunannya – Qs.108:1-4).
Dengan demikian genaplah sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai adanya persamaan antara Bani Israil dengan Bani Ismail, persis seperti "persamaan sepasang sepatu", termasuk persamaan kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. (Bani Israil dan Bani Ismail) dalam melakukan penentangan keras terhadap Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) dan terhadap misal Isa Ibnu Maryam a.s., sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau (Rasulullah) ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu [mengenai tanda] Saat (Tanda Kiamat), maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Perumpamaan Gadis-gadis yang Bijaksana & Gadis-gadis Yang Bodoh

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab III: Mesianisme Dalam Dunia Agama, walau pun Allah Ta'ala di dalam Al-Quran membenarkan masalah Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an (Qs.3:43-55; Qs. 66:11-13) tersebut, akan tetapi makna Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an yang dikemukakan Al-Quran bertentangan dengan faham Trinitas atau Tritunggal hasil rekayasa Paulus dan para pengikut ajarannya (Qs.4:172; Qs.5:18, 73 &117-119; Qs.9:30; Qs.19:112; Qs.18:2-6; Qs.19:36 & 89-94; Qs. 21:27; Qs.25:3; Qs.39:5; Qs.72:4).
Dalam firman Allah Ta'ala berikut ini dikemukakan kembali mengenai hubungan keruhanian antara para Rasul Allah dengan kaumnya, yaitu seperti hubungan antara suami (laki-laki) dengan istri (perempuan), firman-Nya:

ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾

Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang ingkar seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya dibawah pengayoman dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua itu sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka, "Masuklah kamu berdua ke dalam api bersama orang-orang yang masuk!" (At Tahrîm, 11).
Jadi, menurut ayat tersebut bahwa kedudukan para Rasul Allah di kalangan kaumnya adalah seperti kedudukan seorang "suami" terhadap "istrinya". Artinya, apabila kaum tersebut beriman kepada Rasul Allah dan melaksanakan ajarannya, maka akan terjadi "pembuahan ruhani" pada jiwa kaum tersebut yaitu berupa semakin baiknya keadaan akhlak dan ruhani kaum tersebut, yakni seperti rahim jasmani perempuan (ibu) yang melahirkan bayi yang sempurna keadaannya.
Sebaliknya, apabila kaum tersebut mendustakan dan menentang Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka – seperti istri-istri durhaka dari Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. -- maka keadaan akhlak dan ruhani mereka akan semakin rusak – seperti darah kotor yang keluar dari rahim -- dan akibatnya mereka akan mendapat berbagai azab di dalam kehidupan di alam di dunia ini juga.
Merujuk kepada kenyataan itu pulalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun dalam Bible telah mengemukakan perumpamaan tentang 5 gadis yang bijaksana dan 5 gadis yang bodoh berkenaan dengan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka, yang diumpamakan sebagai mempelai laki-laki:
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh GADIS, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong MEMPELAI LAKI-LAKI. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga membawa minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena MEMPELAI itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: MEMPELAI datang! Songsonglah dia! GADIS-GADIS itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: "Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam". Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: "Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ." Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah MEMPELAI itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: "Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!" Tetapi ia menjawab: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya AKU TIDAK MENGENAL KAMU". Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya (Matius 25:1-13).
Demikian juga Yohanes dalam Kitab Wahyu 21:1-9 berkenaan dengan "langit yang baru" dan "bumi yang baru" telah mengumpamakan "Yerusalem Baru" sebagai "pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya" atau sebagai "pengantin perempuan mempelai Anak Domba."
Bandingkan keadaan "Yerusalem yang baru" tersebut dengan keluhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) terhadap sikap buruk "Yerusalem lama" (para pemuka agama Yahudi) yang justru telah membunuh dan melempari dengan batu "suaminya" – yakni nabi-nabi dan orang-orang yang diutus kepadanya (Qs.2:88-92) -- sehingga akibatnya Allah Ta'ala menghancur-luluhkan "Yerusalem Lama" melalui serangan dahsyat tentara kerajaan Romawi pimpinan Titus pada th. 70 (Mat 23:37-39 & Mat 24:1-28):
"Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!".............Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah mu­rid-muridNya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." (Matius 23:37-39 & 24:1-2). Lihat pula Qs.17:5-9, Qs.2:26o.

Misal Istri Fir'aun Yang Shalihah & Misal Maryam Binti 'Imran Yang Menjaga Kesucian Dirinya

Perumpamaan selanjutnya yang dikemukakan oleh Al-Quran adalah mengenai "gadis-gadis yang bijaksana" atau "mempelai perempuan yang berhias untuk suaminya", yakni orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang diutus di kalangan mereka, firman-Nya:

وَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ

Dan Allah mengemukakan misal bagi orang-orang yang beriman seperti istri Fir'aun ketika ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang aniaya" (At-Tahrîm, 12).
Apabila orang-orang yang beriman tersebut tetap bersabar menghadapi berbagai ujian keimanan yang berat – sebagaimana yang biasa terjadi pada para pengikut Rasul Allah dari zaman ke zaman -- maka keadaan akhlak dan ruhani mereka akan akan meningkat kepada tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran yang dengan ketat memelihara kesucian dirinya, firman-Nya:

وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪۱۲

Dan seperti Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahrîm, 13).
Itulah hakikat yang sebenarnya dari Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an yang dikemukakan Allah Ta'ala dalam Al-Quran, dan itulah sebabnya pula Allah Ta'ala maupun Nabi Besar Muhammad saw. telah memberitahukan mengenai pengutusan Al-Masih Mau'ud a.s. yang akan dibangkitkan dari kalangan umat Islam (Qs.3:32, 86; Qs.4:70-71; Qs.11:18; Qs.62:3-5; Qs.85:2-4), bukan dari kalangan Non-Muslim mana pun (Qs.3:20 & 86; Qs.5:9; Qs.7:30; Qs.22:79).

Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Dan Ibundanya Ke Sebuah "Tempat Yang Tinggi"

Ada pun yang sangat menarik dari proses kelahiran ruhani dari tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran menjadi tingkatan keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut adalah bahwa posisi "orang-orang yang beriman" sebagai "perempuan" yang "rahimnya" (hatinya) mendapat "pembuahan" berupa "peniupan Ruh Allah Ta'ala" – yakni wahyu Ilahi -- kemudian berubah menjadi "laki-laki" (Isa Ibnu Maryam a.s.) yang mampu memberikan "pembuahan" kepada "rahim" (hati) orang-orang yang beriman kepadanya.
Jadi, itulah faham Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an menurut Al-Quran, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan faham Trinitas atau Tritunggal sebagaimana yang dikemukakan oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya. Dan merujuk kepada kenyataan itulah berbagai mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan seizin Allah Ta'ala, yang digambarkan antara lain berupa menghidupkan orang-orang yang secara ruhani telah mati, menyembuhkan orang-orang yang secara ruhani menderita sakit kusta, yang menderita lumpuh dalam melakukan amal shalih, yang bisu dari berbicara tentang kebenaran, dan yang buta mata ruhaninya (Qs.3:50; Qs.5:111).
Hal menarik lainnya dari proses peningkatan keruhanian dari tingkatan keruhanian Maryam binti 'Imran ke tingkapan keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut adalah betapa Allah Ta'ala telah mengabadikannya berupa penyelamatan kedua wujud suci tersebut secara jasmani ke suatu tempat yang tinggi yang subur serta banyak memiliki sumber mata air, setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari upaya pembunuhan melalui penyaliban, firman-Nya:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾

Dan Kami telah jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Al-Mukminun, 51).

Kenabian Ummati & Tanda Penghinaan Dari Allah Ta'ala

Hakikat Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an atau Ke-Mahdi-an menurut Al-Quran tersebut memungkinkan orang-orang yang bertakwa dapat meraih martabat kenabian ummati, firman-Nya:

وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪

Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat yaitu: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, saksi-saksi dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sahabat yang sejati. Ini karunia dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui (An-Nisâ, 70-71).
Pendek kata, kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. tanpa ayah sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah keberadaan 3 oknum Tuhan yang berpadu menjadi "satu Tuhan" – yakni Trinitas atau Tritunggal -- melainkan menurut Allah Ta'ala merupakan as-Saa'ah (Tanda Saat/Kiamat) bagi kaumnya, firman-Nya:

وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِنَّہٗ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَۃِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿﴾

Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia melainkan seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat (Kiamat) maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku, inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).
Jadi, sebagaimana telah dikemukakan pada Bab-Bab sebelumnya, bahwa pada hakikatnya kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah merupakan tanda penghinaan dari Allah Ta'ala terhadap kaum laki-laki Bani Israil bahwa akibat kedurhakaan berulang kali yang mereka lakukan kepada Allah Ta'ala dan kepada para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (Qs.2:88-92; Matius Bab 23 & 24) maka mereka tidak layak menjadi "ayah seorang Nabi Allah", sehingga Rasul Allah terakhir yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil, karena ibunya merangkap sebagai ayahnya, itulah sebabnya Allah Ta'ala telah memberi nama Isa Ibnu Maryam (Isa anak Maryam), dan diberi gelar Al-Masih.
Munculnya ajaran Trinitas atau Tritunggal yang direkayasa oleh Paulus -- sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. tanpa ayah -- tersebut, erat pula kaitannya dengan kepercayaan keliru mengenai diangkatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.hidup-hidup secara jasmani ke atas langit dengan tubuh jasmaninya (QS.Markus 16:19.
Menurut keterangan Bible, Nabi Elia a.s. (Ilyas a.s.) sebelumnya telah naik ke langit mengendarai kuda berapi dan kereta berapi (II Raj 2:1-12), demikian pula Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus a.s.) pun setelah mengalami perisiiwa penyaliban dipercayai telah terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah (Markus 16:19); Qs.4:158-159).
Demikian juga umumnya umat Islam -- berdasarkan ayat bal- rafa’ahullâhu ilaihi wa kânallâhu ‘azîzan hakîma -- bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Qs.4:159) -- mereka mempercayai bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah diangkat hidup-hidup ke langit oleh Allah Ta'ala, karena menurut mereka yang disalibkan bukan beliau a.s. melainkan Yudas Iskariot, murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang berkhianat kepada beliau a.s., setelah wajahnya diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.4:158), sehingga dengan demikian sempurnalah persamaan antara keadaan umat Islam (Bani Ismail) dengan umat Yahudi dan Nasrani seperti persamaan sepasang sepatu, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw..

(
Bersambung).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar