Selasa, 25 Agustus 2009

Hakikat "4 Ekor Burung " Nabi Ibrahim a.s.



HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI

Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma

Hakikat Empat Ekor "Burung" Nabi Ibrahim a.s.


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah disinggung sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai adanya persamaan keadaan antara Bani Israil dan Bani Ismail (umat Islam. Berikut adalah beberapa persamaan antara Bani Israil dan Bani Ismail (Umat Islam) dalam segi-segi kebaikannya:
(1) Allah Ta'ala telah berjanji kepada Nabi Ibrahim a.s. bahwa Dia akan menjadikan beliau a.s. dan anak-keturunannya – apabila mereka mentaati millat Nabi Ibrahim a.s. (Qs.2:131 & 136, Qs.3:96; Qs.4:126; Qs.12:39; Qs.16:124; Qs.22:79) -- akan dijadikan imam bagi manusia (Qs.2:125; Kej 17:1-27), firman-Nya:
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah) lalu dipenuhinya. Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam (pemimpin) bagi manusia." Ia, Ibrahim, berkata, "Dan jadikan juga imam dari antara keturunanku". Dia berfirman, "Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang aniaya". (Al-Baqarah, 125).
Itulah sebabnya ketika Nabi Ibrahim a.s., memohon kepada Allah Ta'ala agar berkenan memperlihatkan "cara menghidupkan orang yang mati" maka Allah Ta'ala telah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk mengambil 4 ekor burung (Qs.2:261). Makna "burung" antara lain adalah keturunan, firman-Nya:
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, "Wahai Tuhan-ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan yang mati?" Dia berfirman, "Apakah engkau tidak percaya?" Ia berkata, "Ya, percaya, tetapi aku tanyakan hal ini supaya tentram hatiku,' Dia berfirman, "Maka ambillah empat ekor burung dan jinakkanlah mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung, kemudian panggillah mereka, mereka dengan cepat akan datang kepada engkau. Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Al-Baqarah, 261).
(2) Permintaan Nabi Ibrahim a.s. tersebut erat kaitannya dengan pernyataan Allah Ta'ala bahwa sebagai akibat dari
ketaatan sempurna yang diperagakan Nabi Ibrahim a.s. terhadap semua perintah Allah Ta'ala maka Dia akan menjadikan Nabi Ibrahim a.s. sebagai bapak banyak bangsa-bangsa (Kejadian 17:1-27; lihat juga Qs.2:125).
Jadi, "4 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s. berhubungan erat dengan 4 kali kejayaan yang dialami oleh keturunan beliau a.s. baik dari kalangan Bani Israil mau pun dari Bani Ismail (umat Islam), mereka masing-masing akan mengalami 2 kali kebangkitan dan kejayaan.
Kebangkitan dan kejayaan di kalangan Bani Israil yang pertama terjadi dengan perantaraan pengutusan Nabi Musa a.s., sedangkan kebangkitan dan kejayaan Bani Israil yang kedua kali adalah dengan perantaraan pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam Israli a.s. atau Al-Masih Musawi yakni Yesus Kristus.
Ada pun kebangkitan dan kejayaan di kalangan Bani Ismail – yang menggantikan kedudukan Bani Israil sebagai "bangsa terpilih" -- yang pertama adalah dengan perantaraan pengutusan Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa (Qs.46:11) yakni Nabi Besar Muhammad saw., sedangkan kebangkitan dan kejayaan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini adalah dengan pengutusan Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam Israili a.s. atau misal Isa Ibnu Maryam (Qs.43:58; Qs.11:18).
Dengan demikian genaplah jumlah 4 ekor burung Nabi Ibrahim tersebut, yakni (1) Nabi Musa a.s., (2) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Isa Musawi), (3) Nabi yang seperti Musa atau misal Musa yakni Nabi Besar Muhammad saw., , (4) Misal Isa Ibnu Maryam a.s. Israili atau Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. Israli.
(3) Jumlah 4 ekor burung Nabi Ibrahim a.s. tersebut sesuai pula dengan perumpamaan yang dikemukakan dalam surah Ya Sin tentang pengutusan 4 orang Rasul Allah kepada penduduk sebuah kota, pertama Allah Ta'ala mengutus 2 orang Rasul Allah kemudian diperkuat oleh Rasul Allah yang ketiga, namun ketiga-tiganya didustakan. Lalu Allah Ta'ala mengirimkan Rasul Allah yang keempat yang digambarkan sebagai "seorang laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota" tersebut (Qs. 36:14-33).

Makna Maghdhub dan Dhallin & Makna "Akhir Zaman"

Ada pun alasan Allah Ta'ala memindahkan nikmat kenabian dari kalangan Bani Israil ke kalangan Bani Ismail tersebut adalah karena Bani Israil berulang kali melakukan kedurhakaan kepada Allah Ta'ala dan kepada para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, (Qs.2:88-92), sehingga sesuai dengan pernyataan Allah Ta'ala bahwa: “Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang yang aniaya" maka Bani Israil sebagai "kaum yang terpilih" berubah menjadi "kaum yang dimurkai Allah Ta'ala" (maghdhûbi 'alayhim) karena senantiasa mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (Qs.2:88-92), dan "yang sesat" (dhâllin) karena menjadikan manusia sebagai "tuhan-tuhan sembahan" (Qs.9:30-33; QS.5:117-119), sebagaimana yang diisyaratkan dalam Surah Al-Fatihah ayat 7, firman-Nya:

اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ﴿۵ اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ ﴿۶ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿۷

Hanya Engkau Yang Kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan, tunjukillah kami pada jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan maghdhûbi 'alayhim (mereka yang kemudian Engkau murkai) dan bukan pula dhâllin (yang sesat) (Al-Fatihah 5-7).
Secara khusus yang dimaksud dengan maghdhûbi 'alayhim tertuju kepada orang-orang yang senantiasa mendustakan dan menentang Rasul Allah yang diutus di kalangan mereka, sehingga mengakibatkan Allah Ta'ala murka dan melaknat mereka serta menimpakan berbagai azab kepada mereka (Qs.2:62-67 & 88-92; Qs.3:22-23 & 113; Qs.5:61); sedangkan dhâllin (yang sesat) adalah mereka yang melampaui batas dalam menghormati para Rasul Allah dan para Wali Allah yakni telah "mempertuhankan" mereka (Qs.9:30-33).
Dengan demikian jelaslah bahwa melalui surah Al-Fatihah Allah Ta'ala telah memperingatkan Bani Ismail (umat Islam) agar mereka tidak mengalami nasib malang yang telah dialami oleh Bani Israil (Yahudi dan Nashrani), yakni kedudukan mulia mereka sebagai "orang-orang yang mendapat nikmat" dari Allah Ta'ala berubah menjadi "orang-orang yang dimurkai" Allah Ta'ala dan "orang-orang yang sesat" dari Tauhid Ilahi.
Peringatan yang diabadikan oleh Allah Ta'ala di dalam surah Al-Fatihah tersebut sangat erat kaitannya dengan pernyataan Allah Ta'ala berikut ini mengenai kesinambungan pengutusan Rasul Allah sampai dengan Hari Kiamat, firman-Nya:

وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿۳۵ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۳۶ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿۳۷

Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas-waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka memajukan. Wahai Bani Adam, jika datang Rasul-rasul di antara kamu yang membacakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati, sedangkan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berlaku takabbur terhadapnya, mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 35-37).
Dari firman Allah Ta'ala tersebut dapat diketahui makna "Akhir Zaman", yaitu ajal (batas waktu) setiap umat. Dengan demikian jelaslah bahwa Akhir Zaman atau as-Saa'ah (Kiamat) berkenaan dengan kedatangan Rasul Akhir Zaman yang dijanjikan Allah Ta'ala, tidak berarti hancur-luluhnya tatanan alam semesta jasmani berupa Kiamat Qubra (Kiamat Besar), melainkan merujuk kepada ajal (batas waktu) setiap umat yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala bagi setiap umat (kaum). Yakni apabila ajal (batas waktu) suatu umat telah berakhir maka Allah Ta'ala akan menggantikan "kedudukan mulia" umat tersebut dengan "umat lainnya" (Qs.5:55-57) melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka (Qs.7:35-37).
Sunnatullah (ketetapan Allah Ta'ala) mengenai ajal (batas waktu) tersebut berlaku pula bagi bagi Bani Ismail yang telah menggantikan kedudukan mulia Bani Israil, firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۵۵ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿۵۶ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪۵۷

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka segera (pasti) Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka akan berjuang-keras di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong-penolong kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. Dan barangsiapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin sebagai penolong maka sesungguhnya HIZBULLAH (golongan Allah) pasti menang (Al-Maidah, 55-57).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Akhir Zaman sehubungan dengan kedatangan Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan maksudnya adalah ajal (batas waktu) setiap umat, dalam hal ini adalah ajal (batas waktu) Bani Ismail sebagai "kaum terpilih" yang sebelumnya menggantikan kedudukan mulia Bani Israil.
Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa ada 3 macam Kiamat: (1) Kiamat Sughra (kiamat kecil), berupa kesedihan yang terjadi akibat meninggalnya seorang pemimpin besar kaum yang sangat dicintai kaumnya, (2) Kiamat Wustha (kiamat pertengahan), berupa azab Allah Ta'ala yang membinasakan suatu numat (kaum), dan (3) Kiamat Kubra (kiamat besar) yakni hancurnya alam semesta jasmani.
Merujuk kepada Kiamat Wustha (kiamat pertengahan) itulah Allah Ta'ala telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan Bani Israil maupun pengutusan misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan Bani Ismail (umat Islam) merupakan as-Sâ'ah (tanda Kiamat) bagi kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut, firman-Nya:

وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿۵۸ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿۵۹ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ۶۰ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿۶۱ وَ اِنَّہٗ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَۃِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿۶۲

Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Seperti Persamaan Sepasang Sepatu

Jadi, sebagaimana halnya Allah Ta'ala telah memperingatkan Bani Israil dengan pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., demikian pula Bani Ismail pun telah diperingatkan Allah Ta'ala melalui pengutusan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebab menurut Nabi Besar Muhammad saw. Bani Ismail (umat Islam) akan melakukan perbuatan-perbuatan buruk seperti yang telah dilakukan oleh Bani Israil, sehingga keduanya memiliki persamaan seperti persamaan sepasang sepatu:
"Niscaya kamu (umat Islam) akan mengikuti jejak mereka yang telah mendahului kamu dalam setiap langkahnya, sedemikian rupa sehingga apabila ada di antara mereka yang terperosok ke lubang kadal (biuawak) kamu pun akan berlaku sama". Para sahabat menanyakan kepada Nabi saw., "Ya Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan kaum Yahudi dan Kristen?" Beliau bersabda, "Siapa lagi?" (Bukhari dan Muslim).
Kemudian beliau saw. bersabda lagi:
"Niscaya akan datang kepada umatku seperti yang dialami Bani Israil. Mereka (kaum Muslimin dan Bani Israil) akan demikian persamaannya satu sama lain seperti persamaan sepasang sepatu. Bani Israil telah terpecah dalam 72 golongan dan kaumku akan terpecah dalam 73 golongan. Semuanya akan dilemparkan ke dalam api, kecuali satu golongan". Para sahabat menanyakan kepada Rasulullah saw., "Golongan manakah itu?" Beliau bersabda, "Golongan yang akan menjalankan sunnahku dan amal perbuatan sahabat-sahabatku" (Tirmidzi).
Itulah sebabnya ketika Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah Ta'ala agar dari keturunan beliau a.s. pun ada yang dijadikan imam sebagaimana halnya beliau a.s. dijadikan imam, terhadap permintaan tersebut Allah Ta'ala menjawab: “Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang yang aniaya", firman-Nya:

وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ اِنِّیۡ جَاعِلُکَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۱۲۵

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah) lalu dipenuhinya. Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi manusia." Ia, Ibrahim, berkata, "Dan jadikan juga imam dari antara keturunanku". Dia berfirman, "Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang aniaya" (Al-Baqarah, 125).
Tentu saja adanya persamaan antara Bani Ismail (umat Islam) dengan Bani Israil bukan hanya dalam hal keburukan saja tetapi juga dalam hal kebaikan, di antaranya adalah tentang kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) yang diutus Allah Ta'ala dari kalangan umat Islam (minhum/minkum), sehingga genaplah persamaan "2 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s. yang terdapat di kalangan Bani Israil – yakni Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – dengan "2 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s. yang dibangkitkan di kalangan Bani Ismail, yaitu Nabi Besar Muhammad saw. (Nabi yang seperti Musa a.s. – Qs.46:11) dan misal Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58), yakni Al-Masih Mau'ud a.s. atau Imam Mahdi a.s..

Menghina Kemuliaan Nabi Besar Muhammad saw.
dan Menghina Kesempurnaan Al-Quran

Mempercayai bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) benar-benar akan datang kedua kali secara jasmani, hal itu tidak sesuai dengan jumlah "4 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s., sebab jumlahnya bukan "4 ekor burung" melainkan hanya "3 ekor burung" karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. datang dua kali, pengutusan yang pertama terjadi di kalangan Bani Israil dan pengutusan yang kedua kali adalah di kalangan Bani Ismail (umat Islam).
Jika kepercayaan tersebut benar maka dipindahkan-Nya nikmat kenabian dari Bani Israil kepada Bani Ismail (umat Islam) merupakan perbuatan yang sia-sia saja, sebab dalam kenyataannya yang akan memperbaiki kerusakan akhlak dan ruhani Bani Ismail (umat Islam) di Akhir Zaman ini adalah seorang Rasul Allah dari Bani Israil, yakni Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus). Benarkan demikian?
Bukankah Allah Ta'ala telah berfirman bahwa yang akan abtar (terputus keturunannya) bukan Nabi Besar Muhammad saw. melainkan para penentang beliau saw. (Qs.108:1-4) -- termasuk Yahudi dan Nashrani? Itulah sebabnya Allah Ta'ala telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa yang Rasul Allah yang akan datang di Akhir Zaman ini bukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) melainkan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah bahwa sebagaimana Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Israil demikian pula kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam pun merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Ismail. Dan merujuk kepada kenyataan itu pulalah ketika Nabi Besar Muhammad saw. menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a. tentang surah Al-Jumu'ah ayat 3-4 sebelum ini sehubungan dengan pengutusan kedua kali beliau saw. di kalangan kaum "aakhariina minhum", beliau saw. sambil memegang tubuh Salman al-Farsi r.a. – seorang sahabat yang berkebangsaan Farsi (Iran) – bersabda:
"Apabila iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seorang laki-laki dari mereka ini akan menemukannya" (Bukhari).
Artinya, sebagaimana halnya hubungan darah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili dengan Bani Israil hanya melalui ibu (wanita) – sebab beliau a.s. tidak memiliki ayah seorang laki-laki Bani Israil -- demikian pula hubungan darah misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun hubungan darahnya dengan Bani Ismail (bangsa Arab) hanya melalui ibu (wanita) – yakni Siti Fatimah r.a. – sebab semua putra laki-laki Nabi Besar Muhammad saw. wafat pada waktu masih kecil.
Orang-orang Islam yang mempercayai bahwa Rasul Akhir Zaman adalah benar-benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Isralili (Yesus Kristus) berarti mereka itu telah menuduh dan telah menghina Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang abtar (yang terputus keturunannya) -- baik keturunan jasmani maupun keturunan ruhani – sehingga pernyataan Allah Ta'ala bahwa agama Islam (Al-Quran) merupakan agama (Kitab suci) terakhir dan tersempurna (Qs.5:4) dan umat Islam merupakan "umat yang terbaik" (Qs.2:144; Qs.3:111) menjadi sia-sia saja, karena menurut mereka Rasul Akhir Zaman tidak dapat datang dari kalangan Bani Ismail (umat Islam) melainkan dari kalangan Bani Israil. Benarkah demikian?

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar