Rabu, 26 Agustus 2009

Perpecahan Umat dan Kemusyrikan

HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma  

Perpecahan Umat dan Kemusyrikan

Di Akhir Zaman ini keadaan semua umat beragama – termasuk umat Islam – keadaannya telah terpecah-belah dan satu sama lain saling bertentangan, bahkan saling memerangi, seakan-akan mereka itu menyembah Tuhan yang berbeda, padahal mereka semua adalah makhluk Allah Ta'ala, dan agama yang mereka anut pun pada awalnya berasal dari Allah Ta'ala, firman-Nya:

اِنَّ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ اَمۡرُہُمۡ اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agama dan mereka menjadi golongan-golongan, engkau (Rasulullah) tidak berkepentingan apa pun dengan mereka. Sesungguhnya urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al-An'âm, 160).
Firman-Nya lagi:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ۳۱ مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus. Turutilah fitrat Allah, yang dengannya Dia menciptakan manusia. Tiada perubahan dalam ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya dan dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan gembira dengan apa yang ada pada mereka (Ar-Rûm, 31-33). Lihat pula Qs.21:93-94; Qs.23:53-54.
Berdasarkan firman Allah Ta'ala di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan "orang-orang musyrik" bukan hanya para penyembah berhala saja, tetapi juga orang-orang akibat ambisi-ambisi pribadi mereka telah menyebabkan terjadinya pertentangan dan perpecahan dalam masalah agama, sehingga timbullah berbagai macam sekte (mazhab) yang saling bertentangan padahal Kitab suci dan agama mereka sama.
Para pemimpin sekte (firqah) itulah yang kemudian menjadi "tuhan-tuhan sembahan" selain Allah Ta'ala dari para pengikut fanatiknya, yakni menjadikan mereka sebagai "thaghut", firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿۳۳
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair adalah anak Allah", dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih adalah anak Allah." Demikian itulah perkataan mereka dengan mulut mereka. Mereka hanya meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka. Betapa jauh mereka berpaling. Mereka telah menjadikan 'ulama ('alim-'alim) mereka dan rahib-rahib (pendeta-pendeta) mereka sebagai tuhan--tuhan selain Allah, dan [juga] Al-Masih Ibnu Maryam. Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkeinginan memanamkan Nur (Cahaya) Ilahi dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan Nur-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci. Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang haq (benar) supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik membenci. (At Taubah, 30-33).

Hati Manusia Semakin Keras


Menurut Allah Ta'ala, terjadinya berbagai bentuk kemusyrikan dan perpecahan di kalangan umat beragama tersebut adalah karena hati manusia telah semakin keras, akibat telah semakin jauh dari masa kenabian yang penuh berkat. Mengenai semakin kerasnya hati orang-orang Yahudi yang telah berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (Qs.4:158-159) Allah Ta'ala berfirman:
وَ اِذۡ قَتَلۡتُمۡ نَفۡسًا فَادّٰرَءۡتُمۡ فِیۡہَا ؕ وَ اللّٰہُ مُخۡرِجٌ مَّا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فَقُلۡنَا اضۡرِبُوۡہُ بِبَعۡضِہَا ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ الۡمَوۡتٰی ۙ وَ یُرِیۡکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً ؕ وَ اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ ؕوَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan [ingatlah] ketika kamu [berusaha] membunuh seseorang lalu kamu berselisih mengenainya, dan Allah mengeluarkan (menyingkapkan) apa yang kamu sembunyikan. Maka Kami berfirman, "Bandingkanlah [peristiwa] ini dengan beberapa peristiwa [semacamnya barulah kamu akan mengetahui kebenarannya]" Demikianlah Allah menghidupkan yang mati dan memperlihatkan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mengerti. Lalu sesudah itu hatimu menjadi keras hingga ia seperti batu atau lebih keras lagi, dan sesungguhnya di antara batu-batu pun ada yang mengalir darinya sungai-sungai, dan sesungguhnya di antaranya ada yang terbelah lalu keluar air darinya. Dan sesungguhnya di antaranya ada yang menyungkurkan diri karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah, 73-75).
Kemudian mengenai kerasnya keadaan hati orang-orang Arab jahiliyah yang menentang missi suci Nabi Besar Muhammad saw. serta tidak mempercayai akan terjadinya kebangkitan ruhani baru di kalangan mereka -- sebagai bukti kebenaran adanya kehidupan yang abadi di alam akhirat -- Allah Ta'ala berfirman:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا وَّ رُفَاتًاءَ اِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿﴾ قُلۡ کُوۡنُوۡا حِجَارَۃً اَوۡ حَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ قُلۡ عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ قَرِیۡبًا ﴿﴾ یَوۡمَ یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ تَظُنُّوۡنَ اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan mereka berkata, "Apakah apabila kami telah menjadi tulang dan benda yang hancur benarkah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan [lagi] sebagai makhluk yang baru?" Katakanlah [Rasulullah], "Jadilah kamu batu atau besi, atau makhluk yang nampaknya terkeras di dalam hatimu [namun demikian kamu benar-benar akan dibangkitkan lagi]." Maka pasti mereka akan berkata, "Siapakah yang akan mengembalikan kami?" Katakanlah, "Dia-lah Yang telah menciptakan kamu pertama kali." Masih juga mereka akan menggelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata, "Kapankah itu [terjadi]?" Katakanlah, "Boleh jadi itu [sudah] dekat, [yaitu] pada hari ketika Dia memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan pujian-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa kamu tinggal hanya sebentar." (Bani Israil, 50-53).
Dalam rangka memperingatkan khususnya umat Islam bangsa Arab, dan umumnya memperingatkan seluruh umat Islam yang di Akhir Zaman ini yang telah kembali berpecah-belah dan saling bertentangan dan saling memerangi, sebagaimana keadaan qabilah-qabilah bangsa Arab menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. -- yakni akibat hati mereka yang telah kembali keras membatu bahkan keras membesi karena telah jauh dari masa Nabi Besar Muhammad saw. yang penuh berkat (Qs.57:17-18) -- terhadap keadaan masa jahiliyah di Akhir Zaman seperti itulah Allah Ta'ala berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۱۰۸ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri [kepada Allah], dan berpegang-teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan antara satu sama lain, sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahluu berada di pinggir lubang api, kemudian Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan yang mengajak [manusia] kepada kebajikan dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang berbuat keburukan, dan mereka itulah orang-orang yang sukses. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah Tanda-tanda yang nyata datang kepada mereka, dan mereka itulah yang bagi mereka azab yang sangat besar. Pada hari ketika wajah-wajah akan menjadi putih dan wajah-wajah akan menjadi hitam. Ada pun orang-orang yang wajahnya hitam [dikatakan], "Adakah kamu kafir sesudah beriman? Maka rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu." Dan ada pun orang-orang yang putih wajahnya maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka akan kekal di dalamnya. Inilah Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah yang haq (benar), Kami membacakannya kepada engkau, dan Allah berkehendak berbuat zalim atas seluruh alam. Dan milik Allah apa pun yang ada di seluruh langit ada apa pun yang ada di bumi, dan kepada Allah segara perkara (urusan) dikembalikan. (Ali 'Imraan, 103-110).

Hujan Ruhani &
Agar Tidak Ada Helah

Dan Sunnatullah yang berlaku apabila permukaan bumi telah kering kerontang akibat musim kemarau berkepanjangan -- karena hujan telah lama tidak turun -- maka untuk menghidupkannya lagi adalah dengan cara kembali menurunkan air hujan dari langit, firman-Nya:
وَ السَّمَآءِ ذَاتِ الرَّجۡعِ ﴿ۙ﴾ وَ الۡاَرۡضِ ذَاتِ الصَّدۡعِ ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ لَقَوۡلٌ فَصۡلٌ ﴿ۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ بِالۡہَزۡلِ ﴿ؕ﴾
Demi langit yang berulang-ulang menurunkan hujan, dan demi bumi yang mekar dengan tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang menentukan, dan Al-Quran itu bukanlah perkataan yang kosong. (Ath-Thâriq, 12-15).
Firman-Nya lagi:
وَ اللّٰہُ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ الرِّیٰحَ فَتُثِیۡرُ سَحَابًا فَسُقۡنٰہُ اِلٰی بَلَدٍ مَّیِّتٍ فَاَحۡیَیۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ کَذٰلِکَ النُّشُوۡرُ ﴿﴾
Dan Allah Yang mengirimkan angin lalu ia menghalau awan, maka Kami menggiringnya ke suatu negeri yang telah mati lalu Kami menghidupkan dengannya bumi setelah matinya. Begitulah terjadinya kebangkitan (Al-Fâthir, 10). Lihat pula Qs.22:6-7; Qs.30:49-52; Qs.41:40; Qs.42:10.
Sunnatullah yang berlaku di alam jasmani tersebut berlaku pula di alam keruhanian, firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat apa yang telah turun dari kebenaran, dan janganlah mereka menjadi seperti orang yang diberi kitab sebelumnya maka zaman menjadi panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti (Al Hadîd, 17-18).
Firman-Nya lagi:
یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪﴾
Hai Ahlikitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami, yang menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada kamu sesudah terhentinya pengutusan rasul-rasul, supaya kamu tidak mengatakan, "Kepada kami tidak pernah datang seorang pemberi ingat." Padahal sungguh telah datang kepada kamu seorang pembawa kabar suka dan pemberi ingat. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Maidah, 20).
Pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka itu – yang berperan sebagai "air hujan yang turun dari langit" tersebut -- adalah supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Ta'ala ketika Allah Ta'ala -- akibat berbagai kedurhakaan dan kezaliman yang mereka perbuat -- menurunkan berbagai azab kepada mereka, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata, "Mengapa ia (Rasul) tidak mendatangkan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukanlah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran kitab suci terdahulu? Dan sekiranya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum kedatangan Rasul ini niscaya mereka akan berkata, "Ya Tuhan kami, mengapakah Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang Rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah, "Setiap orang sedang menunggu maka kamu tunggulah, dan segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk [dan siapa yang sesat]." (Thâ Hâ, 134-136). Lihat pula Qs. 6:165; Qs.17:16; Qs.35:19; Qs.39:8; Qs.53:39).

Azab Turun Akibat Mendustakan Rasul Allah

Di Akhir Zaman ini berbagai bentuk azab Allah Ta'ala yang luar biasa telah menimpa umat manusia secara umumnya -- termamsuk di dalamnya umat Islam -- hal itu membuktikan bahwa kepercayaan umumnya umat beragama tentang kedatangan Rasul Akhir Zaman adalah benar adanya, sebab jika tidak demikian mustahil Allah Ta'ala melanggar firman-Nya yakni: wa maa kunnâ mu’adzdzibîna hattâ nab-‘atsa rasûla -- Kami tidak akan mengazab sehingga terlebih dulu Kami mengirimkan Rasul (Qs.17:16).
Allah Ta'ala dengan tegas menyatakan, bahwa apabila manusia benar-benar bersyukur kepada Allah Ta'ala maka mustahil Allah Ta'ala akan mengazab mereka. Tetapi sebaliknya jika dalam kenyataannya berbagai macam azab dahsyat menimpa manusia di Akhir Zaman ini, hal tersebut merupakan bukti bahwa umumnya umat manusia -- terutama umat beragama -- tidak bersyukur kepada nikmat Allah yang telah diturunkan-Nya di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Menghargai, Maha Mengetahui. (An-Nisaa, 148).

Nabi Musa a.s. berkata kepada kaumnya (Bani Israil):
وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ketika Tuhan kamu mengumumkan, "Jika kamu benar-benar bersyukur maka niscaya Aku akan menambah lebih banyak lagi [karunia], dan jika kamu mengingkari maka sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat pedih. (Ibrahim, 8).
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman:
ذٰلِکَ بِاَنَّ اللّٰہَ لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ ۙ وَ اَنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿ۙ۵۴
Yang demikian itu adalah karena Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum, sehingga terlebih dulu mereka mengubah diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfaal, 54). Lihat juga Qs.13:12.
Dengan demikian benarlah firman-Nya berikut ini tentang keberlangsungan Sunnatullah mengenai penganugerahan nikmat kenabian mau pun nikmat kerajaan atau pun pencabutan nikmat kenabian dan nikmat kerajaan dari kalangan umat manusia, sesuai dengan sikap bersyukurnya atau sikap tidak-bersyukurnya umat manusia kepada Allah Ta'ala (Qs.14:8), firman-Nya:
فَکَیۡفَ اِذَا جَمَعۡنٰہُمۡ لِیَوۡمٍ لَّا رَیۡبَ فِیۡہِ ۟ وَ وُفِّیَتۡ کُلُّ نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ وَ ہُمۡ لَا یُظۡلَمُوۡنَ ﴿۲۵ قُلِ اللّٰہُمَّ مٰلِکَ الۡمُلۡکِ تُؤۡتِی الۡمُلۡکَ مَنۡ تَشَآءُ وَ تَنۡزِعُ الۡمُلۡکَ مِمَّنۡ تَشَآءُ ۫ وَ تُعِزُّ مَنۡ تَشَآءُ وَ تُذِلُّ مَنۡ تَشَآءُ ؕ بِیَدِکَ الۡخَیۡرُ ؕ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿۲۶ تُوۡلِجُ الَّیۡلَ فِی النَّہَارِ وَ تُوۡلِجُ النَّہَارَ فِی الَّیۡلِ ۫ وَ تُخۡرِجُ الۡحَیَّ مِنَ الۡمَیِّتِ وَ تُخۡرِجُ الۡمَیِّتَ مِنَ الۡحَیِّ ۫ وَ تَرۡزُقُ مَنۡ تَشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿۲۷
Maka bagaimanakah keadaan mereka apabila Kami himpun mereka pada Hari yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan tiap-tiap jiwa akan diganjar sepenuhnya untuk apa yang telah diusahakannya dan mereka tidak akan dianiaya. Katakanlah, "Wahai Allah, Pemilik kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Dan Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau memasukkan malam ke dalam siang dan Engkau memasukkan siang ke dalam malam, dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (Âli 'Imran, 26-28).
Melalui ayat-ayat tersebut Allah Ta'ala telah memperingatkan seluruh umat beragama – khususnya kaum-kaum yang pernah mendapat karunia Allah Ta'ala sebagai "kaum terpilih" yang menggantikan kedudukan mulia "kaum-kaum terpilih" sebelumnya (Qs.5:49; Qs.6:166;Qs.11:8; Qs.67:3) – bahwa Allah Ta'ala tidak pernah menetapkan sesuatu kaum (bangsa) menjadi "kaum terpilih" selama-lamanya, termasuk umat Islam dari kalangan Bani Ismail (bangsa Arab).

Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.

Kenapa demikian? Sebab berdasarkan surah Al-Jumu'ah ayat 2-5 berikut ini, Allah Ta'ala dan Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan bahwa ketika keimanan telah "terbang" ke bintang Tsurayya (Qs.17:86-88; Qs.32:6), orang yang akan mengembalikannya dari bintang Tsurayya bukan seorang laki-laki Muslim yang datang dari kalangan Bani Israil (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.), bukan pula seorang laki-laki Muslim yang datang dari kalangan Bani Ismail (bangsa Arab), melainkan seorang laki-laki Muslim yang sebangsa dengan Salman Al-Farsi r.a..
Nabi Besar Muhammad saw. telah dinyatakan, bahwa sekali pun Salman Al-Farsi r.a. bukan orang Arab akan tetapi beliau termasuk AHLI BAIT. Beliau saw. bersabda: "Sesungguhnya Salman termasuk Ahli Baitku". Berikut adalah firman Allah Ta'ala dalam surah Al-Jumu'ah sehubungan dengan masalah "pengambilan kembali keimanan dari bintang Tsurayya" tersebut:
یُسَبِّحُ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan [Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka] yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu'ah, 2-5).
Sehubungan dengan ayat-ayat Surah Al-Jumu'ah tersebut Abu Hurairah r.a. menerangkan:
Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw., ketika Surah Al-Jumu'ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata “Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka yang belum pernah bertemu dengan mereka"? Salman Al-Farsi (Salman asal Farsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda, "Seandainya iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seorang laki-laki dari mereka ini pasti akan menemukannya." (Bukhari, bab Tafsir Surah Al-Jumuah).

Hakikat Perintah Untuk Melaksanakan Shalat Jum'ah &
Terbentuknya Kembali Silsilah Khilafat Kenabian

Keunikan lainnya dari Surah Al-Jumu'ah, di dalamnya terdapat perintah Allah Ta'ala kepada seluruh orang-orang yang beriman untuk bergegas melaksanakan shalat berjama'ah pada hari Jum'at yakni melaksanakan shalat Jum'ah, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا نُوۡدِیَ لِلصَّلٰوۃِ مِنۡ یَّوۡمِ الۡجُمُعَۃِ فَاسۡعَوۡا اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ وَ ذَرُوا الۡبَیۡعَ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا قُضِیَتِ الصَّلٰوۃُ فَانۡتَشِرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ ابۡتَغُوۡا مِنۡ فَضۡلِ اللّٰہِ وَ اذۡکُرُوا اللّٰہَ کَثِیۡرًا لَّعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا رَاَوۡا تِجَارَۃً اَوۡ لَہۡوَۨا انۡفَضُّوۡۤا اِلَیۡہَا وَ تَرَکُوۡکَ قَآئِمًا ؕ قُلۡ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ مِّنَ اللَّہۡوِ وَ مِنَ التِّجَارَۃِ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الرّٰزِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari Jum'at maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Hal demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Dan apabila telah selesai shalat maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak, supaya kamu mendapat sukses (Al Jumu'ah, 10-12).
Satu keistimewaan shalat Jum'at adalah sebelum shalat dilakukan jama'ah terlebih dulu harus mendengarkan khutbah Jum'ah yang disampaikan oleh khatib. Dengan demikian perintah Allah Ta'ala agar semua orang-orang beriman untuk melaksanakan shalat berjama'ah pada Hari Jum'ah pada waktu zhuhur mengisyaratkan kepada kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN yang akan menghimpun umat manusia dalam satu JAMA'AH ILAHI atau HIZBULLAH yang akan mewujudkan KEJAYAAN ISLAM YANG KEDUA KALI, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik membenci (Ash-Shaff, 10).
Siapa yang dimaksud dengan "orang-orang musyrik" oleh firman Allah Ta'ala tersebut? Tiada lain adalah para pemuka agama yang telah membuat agama dan umat beragama menjadi terpecah-belah dan bertentangan serta saling mengkafirkan -- bahkan saling membinasakan. Mereka itulah yang paling terdepan dalam melakukan pendustaan dan penentangan terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut kepada semua umat beragama di Akhir Zaman ini.
Merujuk kepada kejayaan Islam yang kedua kali itu pulalah firman Allah Ta'ala berikut ini:
وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih niscaya Dia akan menjadikan mereka khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka (An-Nûr, 56).
(Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar