Jumat, 04 September 2009

Makna "Kalakay" dan "Tutunggul"





HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM

UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Makna "Kalakay" dan "Tutunggul"

Ada pun yang DIGEMBALAKAN oleh "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau "URANG SUNDA" YANG BERANI tersebut" bukan kambing, bukan kerbau, bukan banteng dan bukan harimau melainkan, "KALAKAY" dan "TUTUNGGUL". Kalakay adalah daun pohon yang sudah kering dan berguguran, sedangkan tutunggul adalah semacam tonggak atau potongan batang pohon bagian bawah yang akarnya masih menancap di tanah.
Makna dari kiasan (perumpamaan) tentang "kalakay" dan "tutunggul" tersebut adalah:
Ketika ADAM dan ISTRINYA akibat memakan "buah pohon terlarang" keduanya melihat "AURATNYA" -- yakni melihat kelemahan-kelemahan diri mereka yang sebelumnya tersembunyi (tidak diketahui mereka) -- lalu keduanya telah menutupi "auratnya" (kelemahan-kelemahan diri mereka) tersebut dengan "DAUN-DAUN SURGA" atau auraq atau waraq (Qs.7:23).
Dalam bahasa Arab waraq berarti: "bagian terbaik dari sesuatu; kaum muda dalam masyarakat" (Lisanul-'Arab). Dengan demikian makna dari perumpamaan tersebut adalah bahwa ketika "MANUSIA-MANUSIA SYAITAN" -- yang terhadapnya Allah Ta'ala telah memperingatkan ADAM dan ISTRINYA untuk menjauhinya -- berhasil menimbulkan PERPECAHAN di dalam KOMUNITAS atau JAMA'AH yang dibentuk oleh NABI ADAM A.S. (Qs.2:36-37; Qs.7:20-23) – yang digambarkan dengan TERBUKANYA AURAT – lalu beliau a.s. berusaha membangun kembali KOMUNITAS atau JAMAAH yang baru dengan cara MENGHIMPUN ORANG-ORANG BERTAKWA, yang diumpamakan dengan auraq atau waraq (daun-daun surga – Qs.7:23).
Demikian pula BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- memiliki missi MENGHIDUPKAN KEMBALI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM sehingga akan tercipta "LANGIT BARU" dan "BUMI BARU" di dalam kehidupan umat manusia di dunia ini (Qs.14:49-53) atau YERUSALEM YANG BARU yang turun dari surga (Wahyu 21:1-8) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR." Yakni POHON ISLAM yang sebelumnya hanya tinggal "KALAKAY" dan "TUTUNGGUL" akan HIDUP KEMBALI menjadi sebuah POHON RAKSASA sebagaimana digambarkan dalam Qs. 14:25-27 dan Qs.48:30.

Menghidupkan Kembali "Pohon Islam" Yang Telah Layu

BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- tersebut akan banyak mengalami bermacam-macam KISAH KEHIDUPAN namun pada WAKTUNYA yang telah DITAKDIRKAN oleh ALLAH TA'ALA, BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- tersebut AKAN DITERIMA SECARA TERBUKA oleh MASYARAKAT LUAS, sehingga banyak hal yang sebelumnya tersembunyi menjadi TERBUKA (Qs.18:-49-50; Qs.39:70).
Lamanya setiap "lalakon" (kisah kehidupan) yang harus dijalani oleh "Komunitas" BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH tersebut sama dengan waktunya "NYUKMA NGUSUMAH JEUNG NITISNA, LAJU NITIS MINDAH SUKMA" (mengalami tahap-tahap kesempurnaan jiwa serta meraih perubahan jiwa).
Sehubungan dengan keadaan "POHON ISLAM" di Akhir Zaman ini yang keadaan digambarkan seperti "kalakay" dan "tutunggul" maka melalui perjuangan BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH – akan HIDUP kembali, Allah Ta'ala berfirman:

اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی السَّمَآءِ ﴿ۙ۲۲۵ تُؤۡتِیۡۤ اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿۲۶ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ ﴿۲۷ یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ اللّٰہُ مَا یَشَآءُ ﴿٪۲۸

Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah membuat perumpamaan satu kalimah yang baik, seperti sebatang pohon yang baik, yang akarnya kokoh-kuat dan cabang-cabangnya menjulang ke langit? Ia memberikan buahnya pada setiap waktu dengan izin Tuhan-nya. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpmaan itu bagi manusia supaya mereka mendapat nasihat. Dan perumpamaan kalimah yang buruk adalah seperti halnya pohon buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidaklah baginya dapat tegak. Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang aniaya. Dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki (Ibrahim, 25-28).
Firman-Nya lagi:

ُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪۳۰

"Muhammad adalah rasul Allah. Dan orang-orang yang bersamanya keras terhadap orang-orang kafir tetapi lemah-lembut di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka, dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam TAURAT, sedangkan perumpamaan mereka dalam INJIL adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal shalih di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar (Al Fath, 30).
Demikianlah salah satu makna dari ungkapan kiasan: " ........... Ari nu DIANGONNA lain EMBE lain MUNDING lain BANTENG lain MAUNG, tapi KALAKAY jeung TUTUNGGUL......(Yang DIGEBALAKANNYA bukan KAMBING bukan KERBAU bukan BANTENG, bukan HARIMAU, melainkan "KALAKAY" (ranting/daun-daun kering) dan "TUTUNGGUL" (sisa pokok batang pohon).

Munculnya Kerajaan-kerajaan Islam &
Kedatangan Bangsa Belanda dan Bangsa Jepang

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
31. ............Dawuhan eyang Prabu geura ieu darengekeun: "Nu kiwari NGAMUSUHAN jadi RAJA nepi ka mangsa TANAH BUGEL CIBUNTAEUN,
32. dijieun kandang MUNDING DONGKOL. Tah di dinya SANAGARA bakalan jadi SAMPALAN, sampalan MUNDING BARULE, diangon ku JALMA JANGKUNG, tutunjuk di alun-alun.
33. Ti harita RAJA dibelenggu, MUNDING BULE nyekel bubuntut, TURUNAN URANG NARIK WULUKU ngan narikna teu kawasa sabab murah jaman seubeuh hakan. Ti dinya wuluku ditarik ku KUNYUK.
34. Lajuna TURUNAN URANG AYA NU LILIR, tapi LILIRNA JIGA NU HUDANG NGIMPI. Ti NU LEUNGIT tambah LOBA MANGGIHANANA, tapi LOBA NU PAHILI,
35. nu LAIN KUDU DIBAWA, teu arengeuh turunan urang yen JAMAN GEUS GANTI LALAKON. Ti dinya GEGER SANAGARA, panto nutup digedoran ku NU NGANTEUR PAMUKA JALAN.
Terjemah:
31. ................. Perkataan eyang Prabu coba dengarkan selanjutnya: "Yang sekarang memusuhi menjadi RAJA sampai kepada waktu "TANAH BUGEL CIBUNTAEUN" (wilayah yang memiliki nuansa/perbawa mistis),
32. dijadikan KANDANG "MUNDING DONGKOL" (kerbau yang tanduknya melengkung ke bawah). Nah di sana (di masa itu) SELURUH NEGARA akan menjadi "SAMPALAN" (tempat penggembalaan), "SAMPALAN" (tempat penggembalaan) KERBAU BULE, digembalakan oleh ORANG BERPERAWAKAN TINGGI, memberi berbagai perintah di "alun-alun" (lapangan di tengah kota).
33. Dari sejak saat itu RAJA DIBELENGGU, KERBAU BULE (albino) memegang "BUBUNTUT" (kendali bajak), KETURUNAN KITA MENARIK BAJAK hanya saja MENARIKNYA TIDAK KUAT sebab "MURAH JAMAN SEUBEUH HAKAN" (serba dicukupi/dininabobokan). Setelah itu BAJAK ditarik oleh KERA.
34. Kemudian KETURUNAN KITA ADA YANG MENDUSIN (SADAR), akan tetapi MENDUSINNYA (SADARNYA) SEPERTI YANG BANGUN DARI MIMPI. Dari yang HILANG semakin banyak MENEMUKANNYA, akan tetapi BANYAK YANG TERTUKAR,
35. Yang TIDAK PERLU DIBAWA, keturunan kita TIDAK MENGETAHUI bahwa JAMAN SUDAH BERGANTI CERITA. Setelah itu seluruh negara menjadi gempar, pintu yang tertutup "digedoran" (dipaksa supaya dibuka) oleh yang mengantar pembuka jalan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa pihak-pihak yang memusuhi "Nagara Pajajaran Lama" akan menjadi RAJA (PENGUASA), yaitu munculnya KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM, contohnya KERAJAAN DEMAK, KERAJAAN CIREBON, dan KERAJAAN BANTEN, namun pada akhirnya wilayah kekuasaan KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM tersebut berada di bawah kekuasaan KERBAU BULE, yakni BANGSA EROPA, khususnya BANGSA BELANDA (VOC) yang berperawakan tinggi besar, yakni Gog (Ya/juj) dan Magog (Ma/juj).
Setelah mengalami masa kejayaannya, sekali pun KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM tersebut tetap ada, akan tetapi mereka TIDAK DAPAT SEPENUHNYA MENJALANKAN PEMERINTAHAN – termasuk dalam melakukan SUKSESI (penggantian Raja) -- sebab PIHAK BELANDA sering kali IKUT CAMPUR-TANGAN di dalam menentukan RAJA BARU yang menggantikan RAJA SEBELUMNYA, sehingga seringkali terjadi perpecahan di kalangan keluarga kerajaan yang menyebabkan kerajaan Islam tersebut semakin lemah. Contohnya kekuasaan Sultan Banten hanya sebagai bupati.
Kekuasaan BELANDA (VOC) atas NUSANTARA diambil-alih oleh KERA yakni BANGSA JEPANG, yang pada akhirnya menjadi PEMBUKA JALAN (PENYEBAB) diraihnya KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA dari PENJAJAH BELANDA yang berusaha kembali MENJAJAH bersama kedatangan BALATENTARA SEKUTU.

Penderitaan Di Masa Penjajahan Jepang

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang kedatangan balatentara Jepang ke Nusantara:
36. Tapi jalan nu pasingsal. NU TUTUNJUK nyumput jauh, alun-alun jadi suwung, MUNDING BULE kalabur, SAMPALAN diranjah KUNYUK, ngareunah seuri turunan urang,
37. tapi henteu anggeus seurina sabab warung beak ku KUNYUK, sawah ge beak ku KUNYUK, kebon ge beak ku KUNYUK, huma diacak-acak ku KUNYUK, cawene reuneuh ku KUNYUK.
38. Saniskara diranjah KUNYUK, turunan upama sieun ku KUNYUK, panarat ditarik ku KUNYUK bari diuk dina bubuntut, ARI WULUKU DITARIKNYA MASIH KU TURUNAN URANG.
39. Loba nu paeh kalaparan. Ti dinya TURUNAN URANG NGAREP-NGAREP PELAK JAGONG, sabari nyanyahoanan maresek CATURRANGGA, teu arengeuh yen JAMAN ganti LALAKON.
Terjemah:
36. akan tetapi JALAN YANG TIDAK TERATUR (berantakan). Yang "MEMBERI PERINTAH" BERSEMBUNYI JAUH, lapangan menjadi sunyi dan mencekam, KERBAU BULE MELARIKAN DIRI, SAMPALAN (padang gembalaan) DISERBU KERA KERA, keturunan kita enak TERTAWA.
37. tetapi TERTAWANYA TIDAK SAMPAI SELESAI, sebab WARUNG HABIS DISERBU KERA, SAWAH JUGA HABIS DISERBU KERA, KEBUN JUGA HABIS DISERBU KERA, LADANG JUGA DIACAK-ACAK, ANAK GADIS DIHAMILI KERA.
(38) SEGALA SESUATU DISERBU KERA, keturunan TAKUT OLEH oleh KERA, "PANARAT" (...................) DITARIK OLEH oleh KERA sambil DUDUK pada "BUBUNTUT" (kemudi bajak), tetapi BAJAK MASIH DITARIK OLEH KETURUNAN KITA.
39. BANYAK YANG MATI KELAPARAN. Dari sana (setelah itu) keturunan kita MENGHARAPKAN TANAMAN JAGUNG sembari berlaga "sok tahu" membuka "CATURRANGGA' (cerita legenda kuno), mereka TIDAK MENGETAHUI bahwa JAMAN SUDAH BERGANTI CERITA.
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa akibat kedatangan KERA – yakni serbuan balatentara JEPANG – telah menyebabkan BANGSA BELANDA di Nusantara MELARIKAN DIRI.
Kedatangan balatentara JEPANG yang mengaku sebagai SAUDARA TUA tersebut pada awalnya DISAMBUT DENGAN PENUH SUKA CITA, sebab para PEJUANG yang selama itu berusaha untuk meraih KEMERDEKAAN dari penjajahan BELANDA selalu mendapat penentangan yang keras dari PENJAJAH. Namun dalam kenyataannya bangsa JEPANG yang mengaku SAUDARA TUA tersebut jauh lebih RAKUS dan LEBIH BENGIS daripada PENJAJAH BELANDA, sehingga dalam penderitaan yang dialami bangsa Indonesia masa penjajahan bangsa JEPANG yang hanya berlangsung 3 1/2 tahun saja hampir menyamai penderitaan selama 350 tahun di bawah penjajahan BELANDA. Pada masa penjajahan JEPANG banyak rakyat Indonesia yang MATI KELAPARAN, salah satunya adalah akibat kerja-paksa yang disebut romusha.

(
Bersambung).

2 komentar:

  1. kaitan jeung BUDAK ANGON
    Koncina Budak janggotan, Kalakay jeung Tutunggul
    Budak janggotan nu bakal nuntun urang ka Anjeuna
    Kalakay daun nu paeh, Tutunggul ciri nu maot, jadi koncina aya hubungan jeung nu paeh, nu maot atawa KEMATIAN

    BalasHapus
  2. jika benar jemaah ahmadiyah yg dimaksud kenapa ormas semacam fpi begitu memusuhi mereka??? bukankah sang prabu beragama sunda wiwitan???

    BalasHapus