HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSIT
UGA WANGSIT
PRABU SILIWANGI
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
"Urang Sunda" PakulonanSelanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang mereka yang memisahkan diri ke sebelah BARAT:
11. ..................... nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON..........
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahannya:
11. .................. yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT............
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. Nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU AKAN JEBOL.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa "urang Sunda" (masyarakat Nagara Pajajaran) yang memisahkan diri ke "kulon" (barat) adalah yang mengungsi ke Banten Girang, yakni Prabu Raga Mulya (Pucuk Umun) beserta sekitar 800 "urang Pajajaran" dan mendirikan pemerintahan di daerah lereng Gunung Pulasari, di wilayah Kaduhejo (Menes - Pandeglang). Kepada mereka Prabu Siliwangi menyampaikan "pesan khusus" yaitu:
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA........
Terjemahannya:
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA.
Ungkapan "nu mawa karep sorangan" (yang mengikuti keinginannya sendiri) dapat merujuk kepada:
1. Orang-orang yang diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka sesuai dengan keinginan mereka.
2. Keturunan para bangsawan kerajaan Pajajaran yang berkat ketajaman FIRASATNYA maka mereka akhirnya keturunan mereka dapat menemukan "LACAK KI SANTANG"
Hakikat "Lacak Ki Santang" & Mazhab Hanafi
Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa yang dimaksud dengan "mereka yang memisahkan diri ke sebelah timur" adalah masyarakat kerajaan Pajajaran yang kemudian memeluk agama Islam, sebab mereka itulah yang kemudian yang akan berkuasa menggantikan kekuasaan kerajaan Pajajaran, yakni Kesultanan Cirebon.
Telah dijelaskan pula, bahwa Prabu Siliwangi memiliki istri yang beragama Islam. yaitu Ratu Subanglarang (Subang Karancang), dan semua putera-puteri Prabu Siliwangi dari Ratu Subanglarang beragama Islam seperti ibunya, mereka itu adalah:
(1) Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Kian Santang, yang kemudian setelah melakukan ibadah hajji ke Mekkah bersama adik perempuannya, Lara Santang, menjadi pendiri Kesultanan Cirebon. Sebutan lainnya setelah menjadi penguasa Cirebon adalah Pangeran Cakrabuana, Haji Shamadullah, dan lain-lain. Gelar yang diberikan oleh Prabu Siliwangi adalah Sri Mangana. Pemberian gelar kepada Pangeran (Walangsungsang) tersebut merupakan bukti bahwa Kian SantangPrabu Siliwangi tidak pernah merasa keberatan dengan keberadaan dan perkembangan agama Islam di wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran.
(2) Nyi Lara Santang, setelah melakukan ibadah hajji bersama kakaknya namanya menjadi Syarifah Mudaim, kemudian ia diperistri oleh Syarif Abdullah penguasa Mesir -- sumber lain mengatakan penguasa Bani Israil. Pernikahannya dengan Syarif Abdullah melahirkan 2 orang putra yaitu (1) Syarif Hidayatullah – yang kemudian setelah menjadi Penguasa Cirebon menggantikan Pangeran Cakrabuana dan lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati, (2) Syarif Nurullah, yang menggantikan kedudukan kakaknya sebagai pengganti Syarif Abdullah.
(3) Raja Sangara. Mengenai putera ketiga Prabu Siliwangi dari Ratu Subanglarang ini informasinya sangat kurang, dan tidak mustahil ia bergabung dengan kedua kakaknya di Caruban (Cirebon).
Ratu Subanglarang sebelum menikah dengan Prabu Siliwangi pernah belajar agama Islam di pesantren Quro di wilayah Karawang yang didirikan oleh Syekh Hasanuddin, seorang Ulama Islam dari Timur Tengah, yang menganut mazhab Hanafi. Dengan demikian Ratu Subanglarang dengan ketiga putranya adalah penganut mazhab Hanafi. Sedangkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- sebagaimana ayah beliau, Syarif Abdullah – adalah penganut mazhab Syafi'i.
Oleh karena itu pesan Prabu Siliwangi kepada "masyarakat Pajajaran yang memisahkan diri ke sebelah barat" yakni: Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG (Dia yang di sebelah barat hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] KI SANTANG), menjadi menarik untuk mendapat perhatian secara serius.
"Budak Angon" (Anak Gembala)
Kenapa demikian? Sebab "Lacak Ki Santang" tersebut memiliki hubungan erat dengan pesan Prabu Siliwangi lainnya tentang pentingnya mencari "Budak Angon" (anak gembala) atau "URANG SUNDA" yakni KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang akan "DISARAMBAT" (diminta ikut berperan-serta) untuk menyelamatkan negara dari berbagai bentuk keterpurukaan parah dalam berbagai bidang kehidupan selama ini:
27. NU WANI TERUS NGOREHAN, teu ngahiding ka PANGLARANG, NGOREHAN BARI NGALAWAN, NGALAWAN BARINA SEURI, nyaeta BUDAK ANGON, imahna DI BIRIT LEUWI,
28. pantona BATU SATANGTUNG, kahieuman ku HANDEULEUM, karimbunan ku HANJUANG. Ari nu DIANGONNA lain EMBE lain MUNDING lain BANTENG lain MAUNG,
29. tapi KALAKAY jeung TUTUNGGUL, inyana JONGJON NGOREHAN NGUMPULKEUN NU KATARIMU, DISUMPUTKEUN sabab LALAKON TACAN WAYAH, lamun GEUS WAYAH jeung MANGSA,
30. BARIS LOBA NU KABUKA, MARENTA DILALAKONKEUN, tapi KUDU NGALAMAN LOBA LALAKON, lilana saban JAMAN sarua jeung WAKTU NYUKMA NGUSUMAH reujeung NITISNA,
31. laju NITIS MINDAH SUKMA".............
Terjemahan:
27. YANG BERANI TERUS MELAKUKAN PENCARIAN (melakukan penelitian), TIDAK MENGHIRAUKAN ADANYA LARANGAN, melakukan penelitian SAMBIL MELAWAN, melawan SAMBIL TERTAWA, yaitu yang disebut BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA), RUMAHNYA "DI BIRIT LEUWI" (Di pinggir palung/lubuk sungai).
28. PINTUNYA "BATU SATANGTUNG" (sebentuk batu), "kahieuman" (terimbuni) oleh "HANDEULEUM" dan TERTUTUP (terhalangi) oleh HANJUANG. Yang DIGEBALAKANNYA bukan KAMBING bukan KERBAU bukan BANTENG, bukan HARIMAU,
29 melainkan "KALAKAY" (ranting/daun-daun kering) dan "TUTUNGGUL" (sisa pokok batang pohon), dia TEKUN melakukan PENCARIAN (penelitian) serta MENGUMPULKAN APA PUN YANG DIKETEMUKANNYA, DISEMBUNYIKAN sebab "LALAKON" (PAGELARAN CERITA SEJARAH) BELUM WAKTUNYA, kalau SUDAH WAKTUNYA dan SAATNYA YANG TEPAT,
30. AKAN BANYAK YANG TERBUKA, meminta DIGELAR CERITANYA, akan tetapi [terlebih dulu] HARUS MENGALAMI BANYAK "LALAKON" (KISAH KEHIDUPAN), LAMANYA setiap JAMAN sama dengan WAKTU "NYUKMA NGUSUMAH JEUNG NITISNA, (meraih kesempurnaan jiwa),
31. LAJU NITIS MINDAH SUKMA" (serta mengalami perubahan jiwa),
Dalam bagian lainnya dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang "Budak Angon" (Anak Gembala) diterangkan:
"66. Laju NEANGAN BUDAK ANGON, nu saungna DI BIRIT LEUWI, dihateup ku HANDEULEUM, pantona BATU SATANGTUNG, ditihangan HANJUANG, BUDAK ANGON GEUS EUWEUH.
67. Ari inyana dek MENTA TUMBAL nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE.
Terjemahannya:
(66. Kemudian mereka MENCARI BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "BIRIT LEUWI" (di pinggir lubuk/palung sungai), "DIHATEUP KU HANDEULEUM" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "PANTONA BATU SATANGTUNG" (pintunya berupa sebuah batu) bertiangkan HANJUANG tetapi ANAK GEMBALANYA sudah TIDAK ADA.
67. Ada pun TUJUANNYA hendak MEMINTA "TUMBAL" (obat/sarana penyembuh) kepada ANAK GEMBALA, tersebut, tetapi IA SUDAH BERANGKAT (PERGI) bersama-sama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (anak/remaja berjanggut) pergi BERPINDAH TEMPAT, pindah ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN).
Jadi merujuk kepada BUDAK ANGON (Anak Gembala) itulah yang dimaksud dengan ungkapan "URANG SUNDA bakal disarambat" (orang Sunda akan diminta berperan-serta) pada bagian akhir Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT.
Terjemahannya:
Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
Meminta Syafaat (Rekomendasi) Dari "Budak Angon"
Ada pun tujuan mencari "BUDAK ANGON" atau "URANG SUNDA" atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tersebut adalah untuk bersama-sama memecahkan berbagai PROBLEMA KEHIDUPAN yang semakin MENYENGSARAKAN KEHIDUPAN UMAT MANUSIA akibat semakin gencarnya berbagai BALA-BENCANA DAHSYAT yang ditimpakan Allah Ta'ala kepada seluruh umat manusia secara merata, tanpa membeda-bedakan kebangsaan maupun agama yang mereka anut (Qs.91:1-16).
Di antara sekian banyak AZAB yang ditimpakan Allah Ta'ala tersebut di antaranya adalah 2 PERANG DUNIA -- yang akan disusul dengan PERANG DUNIA III (Perang NUKLIR) – sebagaimana diisyaratkan dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA DISARAMBAT.
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU [ADIL], engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA akan "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."
Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya "mereka yang memisahkan diri ke sebelah barat" dan "mereka akan disambat" merujuk kepada "URANG SUNDA" atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" -- yakni PENGIKUT RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yang tergabung dalam HIZBULLAH yang hakiki yaitu JEMAAT AHMADIYAH, berdasarkan sifat Nabi Besar Muhammad saw. yang dikemukakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yakni Ismuhu Ahmad - ia bernama AHMAD (Qs.61:7).
11......... nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON. ..........
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahnya:
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT................
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] KI SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. Nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU AKAN JEBOL.
(Bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar