Jumat, 04 September 2009

Mewarisi Keris Pusaka Prabu Siliwangi & Tongkat Pangeran Kean Santang



HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSIT
PRABU SILIWANGI

TAMAT

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

MEWARISI KERIS PUSAKA PRABU SILIWANGI DAN

TONGKAT PANGERAN KEAN SANTANG


Sebagai penutup uraian ini, penulis menganggap perlu untuk menyampaikan pengalaman pribadi yang berkaitan salah satu ucapan Prabu Siliwangi bahwa beliau akan "ngalanglang" (menyambangi secara gaib) orang-orang yang "rancage hatena", sehingga dengan demikian "penafsiran" penulis tentang Uga Wangsit Prabu Siliwangi -- khususnya tentang "Budak Angon" (Anak Gembala/Penggembala), "Nagara Pajajaran Anyar" (Negara Pajajaran Baru), "Ratu Adil" dan "Urang Sunda" (Orang Sunda) tidak dianggap sebagai "tafsir birra'yi" (pendapat sendiri) karena ditunjang oleh pengalaman spiritual di luar kemampuan penulis untuk merekayasanya.
20. Sakabeh turunan dia KU NGAING BAKAL DILANGLANG, NGALANGLANG dina waktuna DIMANA NGAING PERLU BAKAL DATANG DEUI nulungan NU BARUTUH DITULUNGAN,
21. mantuan NU SARUSAH, ka nu HADE HATE LAKU LAMPAHNA, MOAL KADEULEU MUN NGAING DATANG, MOAL KADENGE MUN NYARITA, memang NGAING BAKAL DATANG KA NU RANCAGE HATENA,
22. nu geus WAWUH DISEMU DINA SEMU, NU SAESTU, nu ngarti KANA WAWANGI SAJATI, nu LANTIP PIKIRNA, nu HADE LAKU LAMPAHNA.
23. MUN NGAING WAKTUNA DATANG TEU NYARITA, TEU NGARUPA, tapi CIRINA KU WAWANGI, mimiti POE IEU ieu pisan LEUNGIT DI ALAM HIRUP, LEUNGIT DAYEUH JEUNG NAGARA.
Terjemah:
20. Semua keturunan mereka akan "dilanglang" (dikunjungi secara diam-diam) olehku, mengunjungi pada waktunya dimana aku perlu bakal datang lagi memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan pertolongan,
21. memberi pertolongan kepada yang mengalami kesusahan, kepada yang baik perilaku kehidupannya; tidak akan kelihatan kalau aku datang, tidak akan terdengar kalau aku berkata-kata, memang aku bakal datang kepada mereka yang "rancage" (gesit/trampil/cekatan) hatinya,
22. kepada yang sudah "wawuh disemua dina semu" (mengenal roman muka/keadaan alam/tanda-tanda zaman), yang sebenarnya, yang mengerti "wawangi sajati" (keharuman/kebenaran yang sejati), yang pikirannya suci dan cerdas, yang baik peri laku kehidupannya,
23. Kalau pada waktunya aku datang tidak berkata-kata, tidak memperlihatkan rupa (wujud), akan tetapi tandanya oleh "wawangi" (keharuman/kebenaran hakiki), mulai dari hari ini juga hilang lenyap di alam kehidupan, hilang lenyap kota dan negara.

Menemukan Dokumen "Silsilah Leluhur"

Sebelum penulis menemukan silsilah leluhur dari ayah penulis – suatu dokumen yang dibuat oleh "Komite Sejarah Galuh" Kabupaten Ciamis yang ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Ciamis – selama itu penulis beranggapan bahwa penulis adalah "Urang Ciamis" (Orang Ciamis) atau "Urang Sunda Galuh" (Orang Sunda Galuh).
Namun ketika penulis bersama sekeluarga pada tahun 2000 secara resmi berdomisili di Kabupaten Bogor - yakni di komplek Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia – penulis merasa heran kenapa penulis sekeluarga menjadi "Urang Bogor" atau "Urang Sunda Pajajaran"? Kenapa Pusat JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA pindah dari Ibukota Republik Indonesia di Jakarta ke Kabupaten Bogor?
Seiring dengan berjalannya waktu dan upaya menulis menelusuri perjalanan "sejarah masa silam" kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di "tanah Pasundan" (Jawa Barat) – terutama setelah memperoleh Uga Wangsit Prabu Siliwangi dari seorang teman -- maka barulah pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab dengan sangat meyakinkan, yakni bahwa keberadaan penulis sekeluarga mau pun keberadaan Pusat JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA di Kabupaten Bogor merupakan TAKDIR ALLAH TA'ALA, yakni sebagai penggenapan dari UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI. Dengan demikian benarlah ungkapan yang menyatakan bahwa "Perjalanan sejarah kembali berulang".
Mengenai berulangnya kembali "Perjalanan Sejarah" tersebut penulis telah menulis sebuah naskah dengan judul "Kitab Suci Al-Quran Sejarah Yang Hakiki" – Hubungan Firman Allah Ta'ala, sabda para Nabi dan para Wali dengan Wangsit Uga Prabu Siliwangi.
Berikut adalah beberapa point-point jawaban kenapa Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia berlokasi di Kabupaten Bogor sehingga penulis sekeluarga pun berdomisili di wilayah Bogor, yaitu wilayah yang di dalamnya terdapat lokasi bekas kerajaan Pakuan Pajajaran:
(a) Berdasarkan Dokumen Silsilah leluhur dari pihak ayah yang dibuat oleh "Komite Sejarah Galuh" Kabupaten Ciamis (lihat Lampiran) terbukti bahwa penulis adalah keturunan Prabu Siliwangi dari jalur: (1) Lara Santang (Hj. Syarifah Mudaim), (2) Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati), (3) Pangeran Pasarean, (4) Pangeran Adipati Carbon I (Pangeran Seda ing Kemuning/Pangeran Swarga), (5) Panembahan Ratu I (Pangeran Agung/Pangeran Emas), (6) Adipati Carbon II (Pangeran Seda ing Gayam), (7) Penembahan Ratu II (Pangeran Putra/Panembahan Girilaya) -- dari istri beliau yang berasal dari Galuh (Ciancang), beliau berputra -- (8) Panembahan Warganala I (Bupati Ciancang -- Kabupaten Ciamis), (9) Panembahan Warganala II (Dalem Abdul), (10) Dalem Ahmad Abad, (11) Panembahan Tekelbalung (Dalem Kyai Ahmad Abas), (12) Rd. Warganala III (Panembahan Damjin), (13) Rd. Warganala IV (Bupati Demang, Lid-volmacht Bupati Ciancang), (14) Rd. Haji Yusuf (Kuwu Desa Utama), (15) Rd. Haji Basar, (16) Rd. Sudjatma, (17) Rd. Wahab Karnasumanta, (18) Rd. Toto Roekmana, (19) Rd. Ruhdiat (Ruhdiyat Ayyubi Ahmad/Ki Langlang Buana Kusuma). Perlu diketahui bahwa Prabu Siliwangi sendiri dilahirkan di Kerajaan Galuh – Kawali. Dengan demikian penulis , Insya Allah, adalah keturunan ke-19 dari Prabu Siliwangi dari jalur putrinya yang bernama Lara Santang (Sari Kabun/Hj. Syarifah Mudaim).
Lara Santang (Sari Kabun/Hj. Syarifah Mudaim) menikah dengan Syarif Abdullah (penguasa Mesir), ia adalah keturunan ke-7 dari Nabi Besar Muhammad saw. melalui jalur (1) Siti Fatimah r.a., (2) Sayyidina Hussain r.a., (3) Zainal Abdidin, (4) Zainul Kabir, (5) Jumadil Kabir (Jumadil Kubra), (6) Ali Nurul Alam (Raja Odara di Mesir), (7) Syarif Abdullah (Sultan Hut/Sultan Banisrail), (8) Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati – Sultan Cirebon). Jadi berdasarkan urutan silsilah pada point 2 penulis – Insya Allah - merupakan keturunan ke-25 dari Nabi Besar Muhammad saw. melalui jalur Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati).
Mirza Ghulam Ahmad a.s. . -- yakni Al-Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. atau RATU ADIL yang memimpin "Nagara Pajajaran Anyar" (Jemaat Ahmadiyah) -- beliau adalah keturunan (ahli bait) dari Nabi Besar Muhammad saw. dan Siti Fatimah r.a. melalui jalur Sayyidina Hassan r.a. bin Ali bin Abi Thalib r.a.. Oleh karena itu dengan baiatnya penulis kepada Mirza Ghulam Ahmad a.s. maka dengan karunia Allah Ta'ala dalam diri penulis dari segi keruhanian "bertemu" 2 jalur silsilah keruhanian Nabi Besar Muhammad saw., baik jalur silsilah keruhanian melalui Sayyidina Imam Hussein r.a. maupun jalur silsilah keruhanian melalui Sayyidina Imam Hassan r.a..
Pada awalnya keyakinan penulis bahwa yang dimaksud dengan "Nagara Pajajaran Anyar" dan makna "Urang Sunda yang akan disarambat" dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi adalah JEMAAT AHMADIYAH, hanya berdasarkan analisa semata, yaitu setelah penulis menelaah silsilah leluhur penulis dan menelaah sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, termasuk kesultanan Cirebon, maupun menelaah sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama sekali kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram. Penulis melihat adanya satu "benang merah" yang saling berhubungan di dalamnya, dan penulis sendiri berada pada jalur "benang merah" tersebut, yakni memiliki "hubungan darah" dengan para raja tersebut.

Penyambutan "Energi Gaib" di Situs Karang Kamulyan

Keyakinan penulis semakin kuat, ketika tgl. 12 Juni 2003 penulis berziarah ke lokasi bekas kerajaan Galuh yang didirikan oleh raja Wretikandayun (612-702 M) di desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, ketika itu penulis kehadiran suatu "energi gaib" yang menuntun penulis menuju suatu tempat tertentu di lokasi tersebut, di pinggir sungai Citanduy.
Setiba di lokasi itu melalui mulut penulis "energi gaib" tersebut berkata yang intinya adalah menyatakan kegembiraannya atas kunjungan (ziarah) yang penulis laksanakan ke lokasi bersejarah tersebut: "Sampurasun.....Syukur anjeun geus datang ka ieu tempat, kaula ngarasa gumbira anjeun inget ka karuhun, sanajan di antara para karuhun aya nu beda agemanana (kepercayaan/agama) jeung anjeun, tapi anjeun teu ngabeda-beda, sabab lamun euweuh karuhun maraneh oge moal aya. Sabenerna kadatangan anjeun geus lila ditunggu-tunggu". (Sampurasun........ Syukur engkau telah datang ke tempat ini, saya merasa gembira engkau ingat kepada para leluhur, walau pun di antara para leluhur ada yang berbeda kepercayaan (agama) dengan engkau, tetapi engkau tidak membeda-bedakan, sebab kalau tidak ada leluhur kalian pun tidak akan ada. Sebenarnya kedatangan engkau sudah lama di tunggu-tunggu).
Ketika penulis dalam batin menanyakan nama "energi gaib" (karuhun/leluhur) yang hadir tersebut ia tidak memberitahukan namanya dan hanya menjawab: "Ngaran mah teu penting, nu penting mah pengakuan ti karuhun, sabab loba jalma nu ngan sakadar apal kana ngaran-ngaran karuhun mah. Tah para karuhun sa-Pasundan ngaridoan ka anjeun" (Nama tidak penting, yang penting adalah pengakuan dari leluhur, sebab banyak orang yang sekedar hafal nama-nama karuhun (leluhur). Para karuhun (leluhur) se-Pasundan merasa ridha kepada engkau). Mungkin "energi gaib" tersebut adalah Prabu Wretikandayun, pendiri kerajaan Galuh.
Sunda artinya "suci", Galuh artinya "gadis" atau "batu permata", sedangkan "Karang Kamulyan" artinya "Tempat Kemuliaan." Penulis sejak masih kanak-kanak telah mendengar ihwal lokasi bersejarah Karang Kamulyan tersebut, sebab kisah legenda "Ciung Wanara" sangat terkenal di wilayah Ciamis – bahkan di wilayah Jawa Barat -- tetapi dalam kenyataannya penulis baru ditakdirkan Allah Ta'ala dapat berziarah ke lokasi bersejarah itu setelah berusia 53 tahun.
Sebulan kemudian, tgl 24-26 Juli 2003 penulis melakukan perjalanan ziarah ke berbagai tempat bersejarah yang terdapat di Pulau Jawa – termasuk berziarah ke makam para anggota Wali Sanga dan makam raja-raja Mataram di Yogyakarta (Kota Gede dan Imogiri). Perjalanan ziarah tersebut berawal dari kedatangan "energi gaib" yang mengaku sebagai Sunan Giri (Rd. Paku/Syekh 'Ainul-Yaqin) -- salah seorang anggota Wali Songo, yang juga raja di kerajaan Giri Kedaton dengan sebutan Prabu Satmoko atau Sultan Abdul Fakih. Beliau mengundang kedatangan penulis untuk berziarah ke makam beliau di Gresik.
"Undangan" dari Sunan Giri itulah yang menyebabkan penulis melakukan ziarah yang dimulai dari makam Sunan Ampel (Rd. Rahmat) di kota Surabaya, selanjutnya berturut-turut berziarah ke makam Sunan Giri, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, dan Syekh Jumadil-Kubra di Gresik, makam Sunan Drajat (Rd.Qosim/Syarifuddin) di Sedayu - Lamongan, makam Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim) di Tuban, makam Sunan Muria dan makam Sunan Kudus di Kudus, makam Sunan Kalijaga (Rd. Said) dan makam Sunan Kota (Raden Patah/Sultan Demak) di Demak, selanjutnya berziarah ke makam raja-raja di Yogyakarta, sedangkan berziarah ke makam Sunan Gunungjati di Cirebon telah dilakukan sebelumnya.
Hal menarik ketika berziarah ke makam Sunan Drajat di Sedayu – Lamongan, di komplek makam tersebut terdapat silsilah leluhur Sunan Drajat yang ternyata berasal dari "tanah Pasundan" (Jawa Barat). Dalam silsilah leluhur Sunan Drajat tertulis "Silsilah Pokok Raden Qosim, Sunan Drajat (Sunan Mayang Madu)." Paling atas tertulis:
  • "Raja-raja Pajajaran", berputra:
  • Prabu Banjaransari, berputra:
  • Rd. Haryo Mentahun, berputra:
  • Rd. Haryo Randu Kuning, berputra:
  • Rd. Haryo Bangah.
Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) adalah nama yang tidak dapat dipisahkan dari legenda "Ciung Wanara". Nama sebenar "Ciung Wanara" adalah Manarah atau Surotama, generasi ke-5 keturunan Raja Wretikandayun dari jalur Sampak Waja (620 M.), sedangkan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) adalah dari jalur Mandiminyak (624 M.), yang menjadi pengganti Raja Wretikandayun sebagai raja kerajaan Galuh di Karang Kamulyan.
Ciung Wanara (Manarah/Surotama) adalah anak Premana Dikusumah, raja kerajaan Galuh di Karang Kamulyan yang kemudian kedudukannya digantikan oleh Patih Bondan (Tamperan Barmawijaya/Rakeyan Panaraban), anak dari Rakeyan Jamri (Raja Sanjaya/Prabu Harisdarma 683 M). Rakeyan Jamri adalah anak Sena (Bratasenawa 661 M.) dari istrinya, Dewi Sannaha, cucu Maharani Sima dari kerajaan Kalingga, yang pada masa pemerintahan Sanjaya namanya menjadi "Bumi Mataram" (732 M). Sanjaya pun menikahi Sudiwara, putri Dewasinga, raja kerajaan Kalingga Selatan atau (Bumi Sambara), mempunyai anak bernama Rakai Panangkaran – saudara seayah Tamperan Barmawijaya (Rakeyan Panaraban), ayah Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga).
Silsilah keturunan Ciung Wanara (Manarah/Surotama) dan keturunan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) bersatu ketika cicit keduanya menikah, yakni cicit perempuan Ciung Wanara (Manarah/Surotama) menikah dengan Rakeyan Wuwus (Prabu Gajah Kulon, 819-891 M), cicit Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa).
Sejak 852 M. kedua kerajaan pecahan Tarumanagara tersebut (Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) diperintah oleh keturunan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) karena perkawinan di antara para kerabat kerajaan: Sunda, Galuh dan Saunggalah (Kuningan).
Kembali kepada silsilah leluhur Sunan Drajat (Rd. Qosim/Syarifuddin) maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan "Raja-raja Pajajaran" adalah para raja kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh, baik keturunan dari Raja Tarusbawa maupun keturunan dari Raja Wretikandayun:
  • Rd. Haryo Bangah berputra:
  • Rd. Haryo Dandang Miring berputra:
  • Rd. Haryo Dandang Wacono berputra:
  • Nyi Ageng Lanang Boyo berputra:
  • Rd. Haryo Ronggolawe berputra:
  • Rd. Haryo Surolawe berputra:
  • Rd. Haryo Lono berputra:
  • Rd. Haryo Dikoro berputra:
  • Rd. Haryo Tejo berputra:
  • Retna Ayu Manila (Nyi Ageng Manila), menikah dengan Sunan Ampel (Rd. Ali Rahmatullah) berputra:
  • (1) Sunan Bonang (Rd. Makhdum Ibrahim), (2) Sunan Drajat (Rd. Qosim/Syarifuddin), (3) Sunan Lamongan (Maulana Ahmad), (4) Siti Muthmainnah, (5) Siti Alwiyah, (6) Siti Asyikah yang diperistri oleh Sultan Demak I (Rd. Patah/Sunan Kota).
Berikut adalah silsilah keturunan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) menurut sumber lain:
  • Kamarasa (Banga/Hariang Banga/Rd. Haryo Bangah) berputra:
  • Gedeng Mantararasa berputra:
  • Gedeng Mesir (Rakeyan Jayadarma – kakak Rakeyan Saunggalah/Prabu Ragasuci -- menikah dengan Dyah Singhamurti atau Dyah Lembu Tal, putri Mahisa Campaka, raja kerajaan Singhasari. Mahisa Campaka adalah anak Mahisa Wong Ateleng, cucu Ken Arok pendiri kerajaan Singhasari, dari istrinya yang bernama Ken Umang), berputra:
  • Bra Wijaya atau RD WIJAYA, Pendiri kerajaan Majapahit, berputra:
  • Gedeng Jati (Rd.Alit/Angkawijaya), berputra:
  • Gedeng Kertasari (Bondan Gejawan/Lembu Peteng) menikah dengan Nawangsari berputra:
  • Gedeng Kuncung (Rd. Depok/Ki Getas Pendawa) berputra:
  • Gedeng Srawul (Bagus sangan/Ki Ageng Selo) berputra:
  • Gedeng Krapyak (Ki Ageng Enis) berputra:
  • Gedeng Kamuning (Ki Ageng Pamanahan) berputra:
  • Rd. Sutawijaya (Panembahan Senopati/ Sultan Mataram I) berputra:
  • .....................................(Rd. Seda Krapyak/Sultan Mataram II) berputra:
  • Sultan Agung Hanyokro Kusumo (.............................)
  • Sultan Amangkurat I (Sultan Glagah Wangi).

Ziarah Ke Makam Raja-raja Mataram Islam &
"Energi Gaib" Prabu Siliwangi dan Keris

Salah seorang putri Sultan Amangkurat I menikah dengan Panembahan Girilaya (Panembahan Ratu II, Sultan Cirebon terakhir sebelum dibagi tiga) yakni leluhur penulis.
Selain adanya "garis merah" hubungan darah antara penulis dengan para raja kerajaan di Pulau Jawa tersebut berdasarkan silsilah secara tulisan, hal menarik lainnya dalam melakukan ziarah ke makam para anggota Wali Songo, para raja Majapahit dan Mataram tersebut adalah penulis senantiasa mendapat respon (penyambutan) gaib yang menakjubkan dari "tokoh-tokoh sejarah" yang penulis kunjungi makamnya, sebagaimana yang penulis alami ketika berziarah ke situs bersejarah Karang Kamulyan, contohnya adalah:
Ketika penulis berziarah ke makam raja-raja Mataram di Kota Gede (Yogyakarta), begitu penulis dan 2 orang teman penulis (Drs. Abdul-Razaq dan Suhadi BA) berganti pakaian dengan pakaian khusus yang telah disediakan pihak pengurus makam di sana, tiba-tiba penulis dengan gaya (sikap) seperti seorang raja (Sultan) -- sambil membawa tongkat yang biasa dibawa penulis -- berjalan di depan "juru kunci" memasuki lokasi pemakaman yang sangat dikeramatkan oleh para pengurus di sana.
Begitu pula ketika memasuki bangunan utama tempat makam-makam raja-raja Mataram -- seperti Ki Ageng Pamanahan (Ki Gede Mataram - Pendiri kerajaan Mataram Islam) dan putranya yang sangat terkenal Rd. Ngabei Loring Pasar atau Panembahan Senopati -- penulis dengan gaya seakan-akan sebagai "penguasa" di tempat yang sangat dikeramatkan dan sangat dihormati tersebut langsung masuk ke dalam ruangan dan berjalan di antara makam-makam menuju satu makam yang penulis sendiri tidak tahu makam siapa. Lalu penulis berhenti di sana sambil tetap berdiri dengan gaya (sikap) seorang raja (sultan), kemudian berkata kepada salah seorang teman penulis bernama Drs. Abdul-Razaq – tepatnya memerintahkan untuk memimpin doa kepadanya – "Abdul-Razaq, doa!" Lalu teman penulis tersebut memimpin doa. Setelah selesai berdoa di depan makam tersebut lalu penulis menunjuk satu makam lainnya sambil berkata kepada teman penulis yang memimpin doa tadi, "Doa!", setelah berdoa lalu penulis keluar dari ruangan dan menuju ke suatu tempat yang sebelumnya penulis tidak mengetahuinya, yaitu tempat pemandian keluarga raja-raja Mataram, di sana penulis mencelupkan ujung tongkat ke dalam air sumur (sendang).
Pada bulan November 2005 penulis untuk yang kedua kalinya berziarah ke lokasi bekas kerajaan Galuh di desa Karang Kamulyan – Ciamis. Pada kesempatan tersebut penulis kembali merasakan kehadiran suatu "energi gaib" yang membuat mulut penulis sambil berjalan di lokasi tersebut terus menerus mengucapkan: "Sampurasun......Bagea bagja, bagea bagja, bagea bagja..." yaitu semacam ucapan selamat atas suatu anugerah luar biasa yang diterima penulis. Penulis sendiri tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ucapan "selamat" (bagea bagja) yang diucapkan oleh "energi gaib" tersebut.
Teka-teki ucapan "Bagea bagja, bagea bagja, bagea bagja..." tersebut baru terjawab ketika pada hari Minggu, tgl. 20 Januari 2007, bertepatan dengan TAHUN BARU ISLAM 1428 H., ketika penulis sedang bertamu di rumah seorang kenalan penulis bernama Abah Agus di Ciomas – Bogor, menurut pengakuannya ia berusia sekitar 160 tahun. Pada waktu itu ada "energi gaib" hadir dan melalui mulut penulis memberitahukan kepada istri Abah Agus bahwa di rumah tersebut ada sebuah "barang" (benda pusaka) yang harus diserahkan kepada penulis karena merupakan "milik" penulis.
Namun dikarenakan pada waktu itu Abah Agus tidak ada di rumah sehingga "barang" (benda pusaka) tersebut baru diserahkan oleh Abah Agus kepada penulis keesokan harinya (Minggu, 21 Januari 2007), setelah terlebih dulu terjadi dialog dengan "energi gaib" yang kembali hadir memberitahukan hal yang sama kepada Abah Agus.
Ketika Abah Agus menanyakan tempat asal dari "energi gaib" tersebut ia menjawab melalui mulut penulis, "Ti Kebon Gede" (dari Kebun Raya), ketika ditanya lagi, "Berupa apa barangnya?" Dijawab penulis, "Keris!" Ditanya lagi, "Siapa yang hadir ini?" Lalu dijawab, "Siliwangi!"
Setelah mendengar jawaban-jawaban dari "energi gaib" tersebut lalu Abah Agus masuk ke dalam kamarnya dan tidak lama keluar lagi sambil menyerahkan sebuah keris dengan sarung berwarna hitam, seperti pakaian hitam yang ketika itu dipakai oleh penulis, karena memang sejak tahun 2000 selalu memakai pakaian berwarna hitam, sehingga penulis benar-benar merasa takjub menyaksikan dan mengalami kenyataan seperti itu.

Mengucapkan "Assalamu 'alaykum" &
Tongkat Kian Santang

Perlu diketahui juga bahwa beberapa bulan sebelumnya Abah Agus pun pernah memberikan "hadiah" kepada penulis 2 buah keris kecil, akan tetapi penulis tidak berminat membawa-bawa keris tersebut, terlebih setelah penulis menjadi seorang Ahmadi (anggota Jemaat Ahmadiyah). Sejak tahun 2000 barang yang senantiasa dibawa-bawa oleh penulis adalah tongkat panjang (iteuk) yang dibuat sendiri oleh penulis dan memakai cincin (batu akik), karena penulis menyukai tongkat dan cincin batu-batu akik.
Tetapi sejak penulis menerima "keris pusaka" milik Prabu Siliwangi tersebut, ada semacam "energi gaib" yang meyakinkan penulis untuk senantiasa membawa keris tersebut, karena "keris" tersebut sebagai suatu "tanda pewarisan" atau "tanda pengakuan" dari para leluhur (karuhun).
Sejak saat itu penulis sering mendapat kunjungan banyak sekali "energi gaib" dari para raja di wilayah Pasundan, baik yang beragama Islam maupun yang bukan Muslim. Bahkan yang unik adalah "energi" Prabu Siliwangi yang sebelumnya kalau mau "hadir" terlebih dulu mengucapkan Sampurasun, tetapi setelah penulis mendapat keris, sapaan awal kehadirannya berubah menjadi Assalamu 'alaykum.
Ada pun tujuan "kehadiran" mereka semuanya sama, yaitu hanya untuk mengucapkan "Selamat" (Bagja) kepada penulis atas "pewarisan keris pusaka" milik Prabu Siliwangi tersebut langsung dari "Prabu Siliwangi". Di antara "energi gaib" tersebut ada yang berkata, "Loba pisan anu hayang ngawaris eta keris teh, tapi anjeun anu narima eta warisan." (sangat banyak orang yang ingin mewarisi keris tersebut tetapi engkau yang menerima warisan itu) Dengan demikian terjawablah ucapan "Bagea bagja, bagea bagja, bagea bagja" (Selamat atas anugerah yang diterima) yang senantiasa diucapkan "energi gaib" melalui mulut penulis pada waktu penulis berziarah yang kedua kali ke lokasi bersejarah Karang Kamulyan yang artinya "Tempat Kemuliaan".
Beberapa bulan kemudian panulis pun mendapat tongkat dari seorang tokoh Sumedang Larang, Pa Tatang.Ia bercerita bahwa beberapa waktu yang ada seseorang yang datang menitipkan sebuah tongkat, tetapi tidak mengatakan untuk siapa. Tongkat tersebut kemudian oleh Pak Tatang diberikan kepada penulis, dan dari hasil penyelidikan secara spiritual ternyata tongkat tersebut adalah milik Kian Santang (Pangeran Cakrabuana) putera Prabu Siliwangi.
Penulis merasa takjub, ternyata bentuk tongkat tersebut seperti tongkat Nabi Musa a.s. yang tersimpan di musium benda-benda bersejarah di kota Istambul - Turki. Hal ini penulis ketahui ketika menonton dua kali tayangan laporan perjalanan seorang reporter Metro TV, Andini Efendi, ke Turki, yang menayangkan berbagai benda-benda bersejarah, yang terdapat di musium, termasuk tongkat Nabi Musa a.s..
Perbedaannya hanyalah dari segi ukuran panjangnya saja, tongkat Kian Santang yang ada pada penulis panjangnya 1 meter, sedangkan tongkat Nabi Musa a.s. sekitar 1 1/2 meter, dan pada salah satu ujungnya berupa cagak. Laporan tentang tongkat Nabi Musa a.s. tersebut dimuat juga dalam salah satu penerbitan harian Radar Bogor. Apakah semua itu hanya "kebetulan" saja, ataulah memang merupakan takdir Allah Ta'ala? Wallaahu 'alam.

Ziarah ke Situs Kerajaan Majapahit &
Kunjungan Sultan Agung Mataram

Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, akibat ambisi politik Mahapatih kerajaan Majapahit, Gajahmada – yaitu ingin menyempurnakan "Sumpah Palapa" yang diikrarkannya untuk menaklukkan seluruh kerajaan di Nusantara di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit -- telah terjadi peristiwa tragis yakni terbunuhnya seluruh rombongan calon pengantin perempuan, Dyah Pitaloka (Citraresmi), termasuk Prabu Linggawisesa, maharaja dari kerajaan Kawali dalam Perang Bubat yang sangat tidak seimbang.
Prabu Linggawisesa adalah kakek- buyut Prabu Siliwangi, dan "energi gaib" beliau pernah hadir kepada penulis dan berpesan agar penulis menancapkan "keris pusaka" Prabu Siliwangi di bekas lokasi Perang Bubat, dan pesan tersebut telah dilaksanakan oleh penulis pada bulan Maret tahun 2007. Bahkan atas permintaan "energi gaib" Rd. Wijaya penulis pun telah menancapkan "keris pusaka" Prabu Siliwangi tersebut di lokasi tempat Rd. Wijaya mendapat wahyu Keprabon sebelum mendirikan kerajaan Majapahit.
Menurut juru kunci "situs kerajaan Majapahit" di lokasi itu pulalah Mahapatih Gajahmada mengucapkan Sumpah Palapa yang sangat terkenal, namun kemudian berakhir dengan terjadinya musibah besar, sebab selain terbunuhnya rombongan calon pengantin, juga Mahapatih Gajahmada sendiri pun kemudian -- menurut salah satu informasi -- menjadi buronan kerajaan Majapahit, sehingga tidak diketahui bagaimana keadaan nasibnya.
Setelah berziarah ke lokasi Perang Bubat dan lokasi bekas Kerajaan Majapahit di kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur, penulis memenuhi "undangan gaib" Ki Ageng Pamanahan untuk kembali berziarah ke makam raja-raja Mataram di Kota Gede. Dikarenakan kedatangan penulis ke lokasi pemakaman dilakukan pada hari Jum'at pagi maka penulis tidak dapat memasuki lokasi pemakaman, sebab pada hari Jum'at pintu gerbang makam baru di buka setelah selesai shalat Jum'at. Oleh karena itu penulis hanya berdoa di depan pintu gerbang disertai seorang teman yang mengantar ziarah.
Selesai berdoa di depan pintu gerbang lokasi makam raja-raja tiba-tiba ada "energi" yang menuntun penulis menuju suatu lokasi lalu berhenti di sana. Tidak lama kemudian energi "Ki Ageng Pamanahan" dan "Penembahan Senopati" hadir, di antaranya beliau menyatakan kegembiraannya atas kunjungan saya memenuhi "undangan" beliau, dan memohon maaf karena saat itu saya tidak dapat masuk ke lokasi pemakaman seperti sebelumnya.
Setelah berziarah ke lokasi pemakaman raja-raja Mataram, penulis melanjutkan berziarah ke makam Penembahan Girilaya, Sultan Cirebon terakhir, sebelum kesultanan Cirebon kemudian dibagi tiga. Ketika penulis akan berangkat ke pemakaman raja-raja Mataram dan keturunannya di Imogiri, tiba-tiba hadir "energi" Sultan Agung Hanyokro Kusumo, kehadirannya hanya untuk menyatakan kegembiraannya atas kedatangan saya. Dan ketika penulis bertanya kepadanya (dialog dalam batin) apakah penulis perlu pergi berziarah ke pemakaman raja-raja di Imogiri? Beliau menjawab, "Tidak perlu, aku kan sudah datang ke sini menjumpai engkau."
Nampaknya "kunjungan gaib" Sultan Agung Hanyokro Kusumo tersebut tidak luput dari pemantauan para leluhur penulis dari Jawa Barat, di antara yaitu Prabu Borosngora, raja pertama kerajaan Panjalu yang beragama Islam. Ketika penulis sedang berziarah di makam Rd. Adipati Aria Panji Jayanagara, salah seorang raja Gara Tengah yang menggantikan kedudukan ayahnya Rd. Imbanagara, yang dihukum mati atas perintah Sultan Agung Hanyokro Kusumo akibat fitnah yang dilakukan oleh seorang utusan Mataram yang menghianati amanat yang dipersembahkan Rd. Imbanagara, raja Gara Tengah, berupa 7 orang putri Galuh, tetapi salah seorang di antaranya diperkosa oleh utusan Sultan Mataram tersebut, sehingga akibatnya Sultan Agung menjatuhkan hukuman mati (hukum pancung), status kerajaan Gara Tengah pun menjadi kabupaten dan status raja (prabu) menjadi bupati atau adipati.
Akhirnya kasus pengkhianatan dan fitnah tersebut terbongkar, dan untuk menebus kesalahannya maka Sultan Agung Hanyokro Kusumo kemudian mengangkat putra Rd. Imbanagara yang bernama Rd. Yogaswara (Mas Bongsar) sebagai penggantinya menjadi Bupati Gara Tengah serta menganugerahkan gelar Raden Adipati Aria Panji Jayanagara, sedangkan nama ayahnya, Rd. Imbanagara diperintahkan oleh Sultan Agung untuk diabadikan sebagai nama pusat pemerintahan yang dikehendaki oleh Raden Adipati Aria Jayanagara, tempat tersebut adalah Desa Imbanagara – Ciamis, yaitu tempat tinggal penulis sewaktu kecil.

Komentar Prabu Boros Ngora &
Doa yang Dipanjatkan pada Waktu Ziarah

Sehubungan dengan "kehadiran" Sultan Agung Hanyokro Kusumo menyambangi penulis ketika berziarah di makam Panembahan Girilaya di bukit Girilaya (Giriloyo) – Imogiri tersebut, Prabu Borosngora berkomentar, "Baheula manehnya ngawasaan Galuh, tapi kamari mah manehna datang ka anjeun nya..." (Dahulu ia menguasai wilayah Galuh, tetapi kemarin ia datang menjumpai engkau."
Istri keempat Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yakni Rara Tapasan, putri Ki Gede (Ki Ageng) Tapasan, berasal dari kerajaan Majapahit. Dari Rara Tepasan ini lahir Ratu Ayu Wanguran (diperistri oleh Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak II) dan Pangeran Pasarean (yang menikah dengan Ratu Nyawa, putri Pangeran Tranggono – Sultan Demak III), yang kemudian menurunkan Panembahan Girilaya, sultan Cirebon terakhir.
Penulis berkeyakinan bahwa respons (penyambutan) positif berupa "penghormatan" yang dilakukan oleh para raja di Pulau Jawa tersebut – termasuk para raja kerajaan Mataram Islam seperti Ki Ageng Pamanahan, Penembahan Senopati, dan Sultan Agung Hanyokro Kusomo – adalah merupakan pengakuan bahwa penulis benar-benar mempunyai hubungan kekerabatan, bukan saja dengan para anggota Wali Songo dan para raja kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram, bahkkan juga memiliki hubungan kekerabatan dengan para leluhur kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, Galuh, Pajajaran bahkan dengan Majapahit, karena ayah Raden Wijaya -- yaitu Rakeyan Jayadarma --adalah Raja Kerajaan Sunda Pakuan yang berasal dari Kerajaan Sunda Galuh. (Lihat BAB XIII: KERAJAAN-KERAJAAN DI JAWA BARAT & UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI).
Dari penjelasan dalam point-point sebelumnya tersebut jelas sekali "benang merah" hubungan darah antara penulis dengan para leluhur yang makam-makamnya telah diziarahi penulis. Ada pun doa-doa yang senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Ta'ala pada saat berziarah adalah:
  • Memohon kepada Allah Ta'ala agar Dia mengampuni kesalahan yang telah dilakukan oleh para leluhur tersebut.
  • Memohon kepada Allah Ta'ala agar Dia memberikan ganjaran atas semua kebaikan yang pernah para leluhur lakukan semasa hidupnya.
  • Memohon kepada Allah Ta'ala agar Dia berkenan memberi petunjuk kepada semua keturunan mereka untuk bergabung ke dalam Jemaat (Jama'ah) Muslim yang didirikan oleh Al-Masih Mau'ud a.s. atau Imam Mahdi a.s. yakni Jemaat Ahmadiyah bersama-sama dengan penulis.
Pada setiap melakukan ziarah ke makam leluhur, penulis tidak pernah berdoa selain dari ketiga hal tersebut.

Pernyataan Prabu Siliwangi tentang "Nagara Pajajaran Anyar"

Peristiwa lainnya yang semakin memperkuat keyakinan penulis – setelah penulis menerima "keris pusaka" milik Maharaja Kerajaan Pajajaran tersebut – Prabu Siliwangi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "Nagara Pajajaran Anyar" adalah Pusat Jemaat Ahmadiyah di Bogor, tempat penulis bekerja dan berdomisili. Oleh karena itu ketika Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia -- yakni "Nagara Pajajaran Anyar" pada tgl 15 Juli 2005 mendapat penyerbuan brutal dari pihak yang menamakan Front Persatuan Umat Islam yang umumnya berpakaian putih, keadaannya memiliki persamaan seperti ketika AL-AHZAB (Golongan Persekutuan) ketika mengepung Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam di kota Madinah, kemudian "Golongan Persekutuan" tersebut diporak-porandakan secara hina oleh Allah Ta'ala (Qs.33:10-28.
Akibat tindakan pihak aparat pemerintah Kabupaten Bogor secara paksa mengevakuasi "Urang Sunda" yang saat itu berada di lokasi "Nagara Pajajaran Anyar" tersebut maka tidak berapa kemudian untaian berbagai peristiwa yang sangat tragis dan hina bukan saja telah terjadi di wilayah Kabupaten Bogor dan di Jawa Barat saja, melainkan juga di seluruh wilayah NKRI.
Bencana demi bencana terus menerus datang silih berganti memakan korban harta yang sangat besar jumlahnya serta memakan korban jiwa yang ratusan ribu jumlahnya, suatu peristiwa sangat mengerikan yang tidak pernah terjadi pada masa pemerintahan sebelumnya mulai dari zaman pemerintahan Presiden Soekarno sampai dengan zaman pemerintah putrinya, Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sejak awal pergantian pemerintahan dari pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri kepada pemerintahan Presiden DR. Susilo Bambang Yudhoyono, penulis sendiri telah mengirimkan "surat khusus" sebanyak 6 buah, termasuk setelah terjadinya "penyerbuan brutal" ke Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia atau "Nagara Pajajaran Anyar" di Kemang – Bogor, sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi siapa pun dan pihak mana yang menentang JEMAAT AHMADIYAH atau "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang didirikan dan dipimpin oleh RATU ADIL - IMAM MAHDI A.S. atau ALMASIH MAU'UD A.S. pun untuk mempersalahkan ALLAH TA'ALA apabila dalam kenyataannya ALLAH TA'ALA terus menerus menimpakan bala bencana, bukan saja di wilayah NKRI tetapi juga di seluruh dunia. Sehubungan dengan hal tersebut Prabu Siliwangi sebelumnya telah memperingatkan:
5. Saur eyang Prabu pokna ka sadaya balad Pajajaran anu parantos malundur, satueuacanna ngahiyang:"Lalakon orang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing hanteu meunang mawa dia pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin bari lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupna, sangkan jembar sugih-mukti bisana ngadegna deui nya nagara Pajajaran.
8. Tapi lain Pajajaran, Pajajaran nu kiwari, pasti PAJAJARAN ANYAR, anyar diadegkeunana, nu ngadegna digeuingkeun, pasti ku obahna jaman."
..........................................................................
65. Laju neangan BUDAK ANGON, nu saungna di birit leuwi, dihateup ku handeuleum, pantona batu satangtung, ditihangan ku hanjuang, budak angonna geus euweuh.
66. Ari inyana dek menta tumbal nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung budak janggotan mariang pindah babakan, pindah ka lebak cawene.
67. Nu kasampak kari gagak, nyata gagakna keur ngelak, ngelakna dina tutunggul. eyang Prabu pok ngadawuh: "Geura ieu darengekeun, jaman bakal ganti deui,"
68. "nyaeta gantina jaman, tapi engke mun kasaksi gunung Gede enggeus bitu, disusul ku tujuh gunung, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA disarambat.
69. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA ngahampura, hade deui sakabehna, Nagara ngahiji deui, nusa jadi deui, sabab ngadeg RATU ADIL.
70. RATU ADIL nu sajati. cing saha eta wujudna, jeung ti mana asalnya eta RATU ADIL, engke dia nyaraho, kiwari siar bae ku daria BUDAK ANGON anu tangtu.
71. Tah sakitu kami wawangsit ka daria sakabeh, eta wangsit kudu puhit, kiwari geura narindak, ulah ngalieuk ka tukang, bisi aya balukarna."

Terjemahannya secara bebas:

5. Kata eyang Prabu kepada rakyat (pasukan) Pajajaran yang sudah mengundurkan diri sebelum "ngahiyang" (menghilang/meninggal): "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja "ugana" (perjalanan sejarahnya yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setiap kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "jembar sugih-mukti" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) dalam rangka berdirinya kembali negara Pajajaran.
8. Akan tetapi bukan Pajajaran, Pajajaran yang sekarang, pasti Pajajaran yang baru, baru didirikannya, yang berdirinya diperingatkan pasti oleh berubahnya jaman."
..........................................................................................................
66. Kemudian mereka mencari BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "birit leuwi" (di pinggir lubuk/palung sungai), "dihateup ku handeuleum" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "pantona batu satangtung" (pintunya berupa batu), bertiangkan pohon hanjuang tetapi anak gembalanya sudah tidak ada.
67. Ada pun tujuannya hendak meminta "tumbal" (obat/sarana penyembuh) kepada anak gembala) tersebut, tetapi ia sudah berangkat bersama-sama dengan "budak janggotan" (anak/remaja berjanggut) pergi berpindah tempat, pindah ke "lebak cawene" (lembah perawan).
68. Yang ditemukan hanya burung gagak yang sedang berbunyi terus menerus di atas tunggul pohon. Eyang Prabu [Siliwangi] selanjutnya berkata: "Dengarkanlah ini oleh kalian, jaman akan berubah lagi,"
69. Yaitu bergantinya jaman, tetapi nanti kalau menyaksikan gunung Gede telah meletus, disusul oleh tujuh gunung, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, siapakah wujudnya? Dan dari mana asalnya RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan wangsit (amanat/pesan) kepada kalian semua, wangsit tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."


BAB XVII

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat disarikan dari uraian mulai BAB I sampai dengan
BAB XVI adalah:
  • Semua umat beragama sepakat mempercayai tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah – dengan nama yang berlainan -- yang mereka yakini akan mengunggulkan agama mereka atas agama-agama lainnya.
  • Semua umat beragama sepakat mempercayai bahwa kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut terjadi di Akhir Zaman.
  • Kedatangan Rasul Akhir Zaman tersebut terjadi pada waktu perpecahan dan pertentangan yang sangat parah sedang berkecamuk, baik di antara umat beragama yang berbeda mau pun di kalangan intern umat beragama.
  • Kabar (berita) mengenai kedatangan Rasul Akhir Zaman tersebut selain didukung oleh kesaksian Kitab-kitab Suci, Hadits (sabda) para Nabi Allah, perkataan para Wali Allah, juga didukung oleh kesaksian "pesan-pesan leluhur" di berbagai daerah, di antaranya adalah Uga Wangit Prabu Siliwangi.
  • Tujuan pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut – sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang Imam Mahdi a.s. sebagai Hakaman 'Adalan (Hakim yang adil) -- adalah untuk melakukan "Penghakiman" atas perselisihan dan pertentangan parah yang terjadi di kalangan umat beragama, yakni untuk memisahkan pihak mana yang agamanya dan pemahaman keagamaannya benar dan pihak mana yang tidak benar (Qs.3:180).
  • Menurut Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya bahwa sebelum terwujudnya kembali "Nagara Pajajaran Anyar" manusia akan mengalami berbagai macam bala-bencana yang dahsyat, termasuk terjadinya Perang Dunia I dan II, bahkan kemungkinan terjadinya Perang Nuklir pun bukan hal yang mustahil, sebab umat manusia – termasuk umumnya umat beragama – tetap bersikap takabbur terhadap Rasul Akhir Zaman (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16; Qs.20:135; Qs.26:209; Qs.28:60).
  • Dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi sebutan Rasul Akhir Zaman adalah Ratu Adil sedangkan "Kerajaan Ruhani" yang dipimpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. disebut "Nagara Pajajaran Anyar".
  • Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya menamakan utusan-utusan Ratu Adil – Imam Mahdi a.s. yang tersebar di seluruh dunia – termasuk di Indonesia -- dengan sebutan "Budak Angon", sedangkan "Masyarakat Muslim" dari "Nagara Pajajaran Anyar" yang dipimpin oleh "Ratu Adil" disebut "Urang Sunda" yang akan "disarambat" atau HIZBULLAAH yang hakiki (Qs.55:55-57; Qs.58:23) yaitu JEMAAT AHMADIYAH, sebab "Hizbullah" yang hakiki senantiasa didirikan oleh para Rasul Allah.
  • Menurut Prabu Siliwangi berkat peran-serta aktif dari "Urang Sunda" yang merupakan "Masyarakat Muslim" dari "Nagara Pajajaran Anyar" itulah maka "Kehidupan Surgawi" yang diidam-idamkan oleh semua umat beragama – bahkan oleh seluruh umat manusia -- bukan hanya akan terjadi di wilayah Nusantara saja tetapi juga akan terwujud di seluruh kawasan dunia yang mengakui eksistensi (keberadaan) "Nagara Pajajaran Anyar" atau HIZBULLAAH yang hakiki yakni JEMAAT AHMADIYAH.
  • Penyebaran ajaran Islam (Al-Quran) yang dilakukan oleh "Urang Sunda" -- yang merupakan "'Masyarakat Muslim" dari "Nagara Pajajaran Anyar" -- tersebut dilakukan dengan cara-cara yang indah serta dengan penuh kasih-sayang dan doa, walau pun mereka dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut senantiasa mendapat perlakuan yang "sangat tidak manusiawi" dari pihak-pihak yang menentangnya, sebagaimana halnya yang dialami oleh para Rasul Allah dan para pengikutnya yang hakiki dari zaman ke zaman, termasuk perlakuan aniaya yang dialami oleh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. dan para pengikutnya dari para pemuka agama Yahudi, salah seorang di antaranya adalah Paulus (Kis 8:3; 22:4-5, 26:9-11; Gal 1:11-14)/
  • Namun demikian "Urang Sunda" -- yakni "masyarakat Muslim" -- "Nagara Pajajaran Anyar", sesuai dengan fitrat umumnya "Urang Sunda" yang sangat "pemaaf" serta sesuai dengan sifat "AHMAD" yang terkandung dalam "ismuhu Ahmad (namanya Ahmad – Qs.61:7), mereka akan memperagakan kembali "pemaafan" yang dilakukan oleh Nabi Yusuf a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw. terhadap seluruh "perbuatan aniaya" yang dilakukan oleh "saudara-saudaranya": لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ – "Tiada celaan bagi kamu pada hari ini", firman-Nya:
قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ()قَالُوا أَئِنَّكَ لَأَنْتَ يُوسُفُ قَالَ أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ()قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ ءَاثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ()قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Ia (Yusuf) berkata, "Apakah kamu tahu apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, ketika kamu berbuat jahil (bodoh)?" Mereka berkata, "Apakah sesungguhnya engkau Yusuf?" Ia berkata, "Ya, akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh Allah telah melimpahkan karunia atas kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan ganjaran bagi orang-orang yang berbuat ihsan." Mereka berkata, "Demi Allah. Sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah". Ia (Yusuf) berkata, "Tiada celaan bagi kamu pada hari ini. Semoga Allah mengampuni kamu. Dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang" (Yusuf, 90-93).


ooo0ooo

"Nagara Pajajaran Anyar", 15 Juli 2007 Ki Langlang Buana Kusuma

29 komentar:

  1. Hati-hati dengan tafsiran pajajaran anyar dengan jemaat ahmadiyyah...
    Jangan kau nodai pajajaran...!!!

    BalasHapus
  2. ehh lo ngarang aja ngaku keturunan sayid hasan dan sayid husen, ga malu kau!!! sama aja dgn mirza gulam ahmad yg org gila dan pengkhayal. Allah selalu menjaga keturunan para sayid, jgn ngimpi dah ....apalagi ngaku keturunan syarifah mudaim. kalau berani buktikan ayo kita adu silsilah kita mulai dari hasan dan husen...???berani ga?...ayo jawab!!!

    Sayidina AlBadr Alawy

    BalasHapus
  3. ini orang yang nulis orang jamaah ahmadiyah yg sesat,..goblok,..bawa"nagara pajajaran anyar,..

    BalasHapus
  4. yu urang doaken sadayana, supaya pada modar kabeh jama'ah ahmadiyah (amien)

    BalasHapus
  5. bukankah kedatangan imam mahdi tidak bisa d ketahui oleh siapa pun bahkan dirinya sendiri?yg tau hnyalah ulama.itupun ulama yg suci jauh dari keduniawian ?jadi mna mungkin s mirza gulam ahmad itu imam mahdi

    BalasHapus
  6. ngeyel tuh ahmadiyah jangan campur adukkan sejarah dengan ajaran sesat lo ty

    BalasHapus
  7. Gebugan ku kabehan yu ah.... Gs puguh sesat sia teh, d tambah ngaku" turunan Nabi Muhammad...k dieu dia di gedor careham na ku ngaing...

    BalasHapus
  8. aku yang keturunan nabi adam aja santai aja

    BalasHapus
  9. Sing waras anjing sia nulis teh pararadu pisan,,,,,,,,,,,
    Sing modar jalmana goblog teh......
    Ahmadiah anjink.....

    BalasHapus
  10. Pembengkokan sejarah

    BalasHapus
  11. HANAS cape2 ngaing maca..teu nyambung beubeul ah...maneh mah loba eu'eut ceribel sigana

    BalasHapus
  12. Sejak kapan Prabu Siliwangi mendirikan "Nagara Pajajaran Anyar"??
    Bisa kah anda jabar kan apa itu Padjajaran?? Apa itu Sunda Wiwitan?? syp itu Prabu Siliwangi?? Knp Prabu Siliwangi disandingkan dgn Harimau Putih?? Knp ga hewan yg lain??

    Maaf, bukan sya mw sombong.. tpi sya sudah pernah bertemu dgn seluruh Tatar Padjajaran.. Prabu Lingga Buana, Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang, Syekh Syarif Hidayatullah, Harimau Pendamping Prabu, Macan Kumbang, dan masih banyak lain'a... Bahkan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi slalu menemani hari sya...
    Salam...
    R. Saniscara P.
    Sang Pelukis

    BalasHapus
  13. Ini lokasi budak angon yang dimaksudkan siliwangi menurut hasil semedi kami : https://timsuksestuhan.wordpress.com/2015/03/08/lokasi-gua-ashabul-kahfi-dan-ramalan-siliwangi-adalah-batu-gantung-danau-toba/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf...saya hanya ingin mengingatkan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin......Tak perlu berdebat kusir yg tak perlu terhadap orang2 aliran kepercayaan semodel ini. Saya bahkan pernah berhadapan langsung dengan para dedengkotnya pada perjalanan spiritual yang pertama dulu sekali. Kesimpulan saya akhirnya saya konfirmasikan dengan guru2 saya, dan nyatalah sama kesimpulannya bahwa aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini merupakan manifestasi dari rasa "frustasi" alias putus asa karena gagal dalam meyakini satu pun agama2 yang ada di dunia ini. Sehingga yg diusung hingga saat ini adalah yg bisa dinalar akal, diukur angka, dan bisa dirasakan badan saja. Di luar itu, meski pun benar dan dg disertai dalil-dali yg kuat, jangan harap mereka mau mengakui kebenaran Al-Islam (apalagi agama lain). Mereka (aliran kepercayaan) tak ubahnya dengan kaum yahudi....mereka hanya mau menundukkan kepala kalau sudah merasa kalah dengan adu fisik saja, tapi begitu sudah merasa kuat lagi......mulai lagi kelakuannya!

      Jadi....hemat saja energi saudara2ku semua.....kita lanjutkan saja langkah kita ke depan demi Indonesia tercinta ini dengan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur'an & Al-Hadits tanpa harus menumpahkan darah, merendahkan, dan mencaci (apalagi memfitnah) sesama manusia. Sukron...

      Hapus
  14. Astaghfirullahal'adziim......mudah2an Allah SWT mengampuni Anda (penulis) & memberikan hidayah Nya kepada kita semua...Aamiin.

    Sangat jelas, Anda telah "dipermainkan" dan menjadi bulan-bulanan para jin yg bersekongkol dengan syaithon untuk mencari pembenaran-pembenaran yg baik secara syariat Islam maupun secara logika sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan.

    Eyang Prabu Siliwangi memang masih hidup, namun sudah berpindah alam yg secara otomatis berpindah aturan kehidupan alam ghoib. Sehingga meski masih hidup Eyang Prabu Siliwangi terhitung sudah "mati" sebagai manusia fisik, dan sudah tidak berhak lagi turut campur dengan kehidupan jasad/fisik manusiawi dalam segala bentuknya. Begitu pula dengan Para Raja2 lain yg Anda sebutkan itu...dalam Al-Qur'an sangat jelas, mengenai hal ghoib hanya milik Allah SWT. Sehingga manusia suci sekaliber Nabi Muhammad SAW, atau bahkan para Malaikat yg sama2 ghoib pun, tidak diperkenankan dan tidak kuasa mencampuri hal-hal ghoib kecuali atas perintah ALLAH SWT saja. Ruh orang yg telah meninggal, apapun pangkatnya kecuali Nabi Muhammad SAW, sudah tidak dapat mencampuri urusan kehidupan duniawi.....Waalhu'alam....

    BalasHapus
  15. JUAL BONGKAHAN BACAN DOKO SUPER
    ASLI DARI HALMAHERA SELATAN ( PULAU KASIRUTA )
    BAHAN BACAN SUPER KRISTAL MALUKU UTARA.
    Kondisi bahan ;.
    - Bahan / rough bacan doko asli bukan sintetis.
    - Bahan tua (galian lama).
    - Kualitas super kristal- Sudah tembus.
    - Bahan keras dan padat.
    - Siap gosok poles.
    - Daging utuh, tanpa kapur.
    - Tidak rapuh, tidak mudah pecah / retak.
    - Deskipsi sesuai apa adanya, harap diperhatikan dengan baik
    Daftar harga :
    1 0ns ; Rp 500rb
    5.ons Rp.1.250.000
    1.kg Rp 2.500.000
    5 kg Rp 6.000.000
    10 Kg Rp 8.000.000
    15,kg Rp.10,000,000,
    Melayani Pembelian Per Kilo Dan Per Ons Untuk Bongkahan
    Kita Juga Melayani Pembelian Luar Daerah Dan Luar Kota
    setiap pembelian perkilo dapat bonus 1 permata batu bacan dan bongkahan batu bacan ukuran kecil Origin untk yg mau pesan hub ;
    Hp.082347225054
    pin :2A846D86

    #.stock terbatas
    Siapa cepat dia dapat
    Bagi yg merasa sudah minat dan ingin transaksi pembelian dengan kami,
    Adapun cara yg kami sediakan:COD bisa silahkan datang ke alamat saya di daerah Halmahera selatan
    Alamat:Jl.Buana Seli No.76 Rt 016 / Rw 002,Desa Labuha,Kecamatan Bacan,halmahera selatan maluku utara,dan bagi peminat batu bacan di luar kota bisa kami kirim melalui jasa pengiriman seperti:JNE/TIKI/KANTOR POS,
    *Bagi peminat luar kota silahkan dikirim fotmat pemesanang sebagai berikut:
    -Nama Lengkap
    -Alamat lengkap
    -No HP(Hendpoon) yang selalu aktif
    -Jika sudah di isi formatnya silahkan CALL/SMS di nmr sebagai berikut:
    Hp.082347225054
    pin :2A846D86

    jika barang sudah kami kirim,kami berikan no.resi pengiriman barang yang anda pesan,dan kami sengaja melayani pembelian luar kota ,kami ingin cari rekan bisnis jual bongkahan batu bacan di luar kota dan siapa tau ada yang minat hubungi kami terimah kasih.Wassalam

    BalasHapus
  16. Pertanyaan sekitar keris silahkan agan2 lgs disini atau ke hp saya pribadi 0819.1210.1322, sekaligus mau info juga keris saya baru pegang, "Keris Cirebonan / Pajajaran original (antik non-supranatural)":
    > Luk 7
    > Pamor : belah semongko
    > Gonjo : dibungkus emas
    > Ring : perak
    > Handle ( Pegangan ) : Kayu sono keling
    > Warangka ( Sarung ) : Alpaka
    > Panjang bilah: 34cm
    > Tangguh ( Perkiraan Masa Pembuatan ) : pajajaran sepuh abad 15 masehi
    > Mahar: Rp12.000.000,-

    Minat hubungi Aki Kolot di hp-0819.1210.1322, bbm.5A0F1961, wa.087880775858

    Matur kesuwun gan

    BalasHapus
  17. Eweuh hubungana uga wangsit siliwangi jeung jemaat ahmadiyah,tong sok gagabah nafsirkeun atuh penulis.

    BalasHapus
  18. Dengan kekuatan metafisika anda..kiranya ..kita berkenalan dengan anda..melalui ini,dan satu pertanyaan siapakan saya....mohon dibalas...

    BalasHapus
  19. hal yg tidak pernah terbayangkan kini menjadi kenyataan,dengan keluarga saya untuk AKY SANTORO kami ucapkan banyak terimah kasih karna berkat BANTUAN AKY SANTORO ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari segala HUTANG HUTANG. karna nomor togel yang di berikan KY SANTORO YAITU-4D. nya BENAR BENAR TERBUKTI TEMBUS 100% DAN SAYA MEMENANGKAN.125 juta.ALLHAMDULILLAH saya bisa menutupi semua tuhang hutang saya.dan MOTOR saya yg dulunya aku gadaikan,kini sudah di tebus kembali.dan kami juga sudah membuka usaha kecil kecilan,kami tidak menduga KY SANTORO TELAH MERUBAH NASIB KAMI DALAM SEKEJAP.dan hanya AKY SANTORO Lah DUKUN TOGEL YANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI.ini adalah benar benar kisah nyata dari saya.dan saya tidak malu menceritakannya.semua tentang kesusahan yg perna saya jalani.karna di situlah saya mulai berfikir bahwa mungkin masih banyak saudara kami yg membutuhkan bantuan seperti saya.yang ingin seperti saya silahkan hub AKY SANTORO DI NOMOR(_0823_1294_9955_).DI JAMIN 100% TEMBUS.JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHOIB YANG DI BERIKAN KY SANTORO DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA.SEBELUMNYA SAYA MOHON MAAF KALAU ADA PERKATAAN SAYA YANG KURANG SOPAN.TOLONG DI MAAF KAN.TERIMAH KASIH.THANK'Z ROOMX ZHOBATH.!!!

    BalasHapus
  20. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    BalasHapus
    Balasan
    1. Eweuh ka era siah lain maca isi postingan nana lakah iklan jeung promosi urang mana silaing ....

      Hapus
  21. HA...HA MUDU AREDAN KABEH....

    BalasHapus
  22. hadeuhhhh....bnr bnr lagi ngarang bebas kali yahh nih orang....
    astagfirullohaladziiimmmm

    BalasHapus
  23. Fa Rabbukum A'lamu biman huwa ahda sabila ( Hanya Tuhan kamulah yg paling mengetahui siapa siapa yg mendapat petunjuk di jalan-Nya

    BalasHapus