Jumat, 04 September 2009

Berebut "Warisan"



HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Berebut "Warisan"


Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
61. BUTA bakal jaradi WADAL, tina PAMOLAHNA SORANGAN, pasti BUKTI NA MANGSANA, NYATA mun GEUS KATEMBONG BUDAK ANGON, wanci datangna MANGSA LOBA NU RIBUT.
62. Mimiti RIBUT DI DAPUR, ti dapur laju SALEMBUR, salembur jadi SANAGARA, nu BODO JADI GARELO, nu GARELUT dibantuan BUDAK BUNCIREUNG kokolotna.
63. Nu matak GARELUT ROSA rosa pasti PAREBUT WARISAN, nu hawek HAYANG PANG LOBANA, nu teu hawek HAYANG LOBA, anu boga MARENTA TINA HAK BAGIANANA,
64. Ngan NU ARELING CICING, ngan ukur NGALALAJOANAN ngan sakadar KABARERANG. Nu garelut laju REUREUH, laju kakara arengeuh, TAYA NU MEUNANG BAGIAN,
65. sabab WARISAN KABEH PEREN, BEAKNA KU NU NYAREKEL, ku nu NYAREKEL GADEAN. BUTA-BUTA nyarusup, NU GELUT JADI KAREUEUNG ditempuhkeun LEUNGITNA NAGARA.
Terjemah:
61. Para RAKSASA bakal menjadi TUMBAL oleh karena ULAH SENDIRI, pasti TERBUKTI pada waktunya AKAN NYATA kalau sudah terlihat "ANAK GEMBALA", saat DATANGNYA ZAMAN BANYAK YANG BERTENGKAR.
62. Mula-mula BERTENGKAR DI DAPUR, dari dapur menjadi SEKAMPUNG, dari sekampung menjadi SENEGARA, yang BODOH menjadi GILA, mereka yang BERKELAHI dibantu "ORANG YANG PERUTNYA BUNCIT/ORANG RAKUS" sebagai PENDUKUNGNYA.
63. Yang menjadi ALASAN BERKELAHI begitu hebatnya pasti BEREBUT WARISAN, yang RAKUS ingin yang PALING BANYAK. Yang TIDAK RAKUS [juga] INGIN BANYAK, yang TIDAK PUNYA meminta BAGIAN DARI HAKNYA.
64. Hanya saja mereka yang "ARELING" (sadar akan diri) diam, hanya MENONTON, hanya sekedar "kabarerang" (TERKENA AKIBAT BURUKNYA). Yang BERKELAHI kemudian semakin REDA, kemudian mereka mengetahui (menyadari), TIDAK ADA YANG MEMPEROLEH BAGIAN,
65. sebab WARISAN SEMUANYA HABIS, habis oleh YANG MEMEGANG "gadean" (barang jaminan), Para RAKSASA "nyarusup" (menyelinap masuk/bersembunyi), YANG BERKELAHI MENJADI TAKUT menjadi takut "katempuhan" (didakwa) HILANGNYA NEGARA.
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa akibat DESAKAN yang sangat kuat dari MASYARAKAT yang sedang "MABUK DEMOKRASI" – melalui berbagai bentuk DEMONTRASI -- orang-orang yang melakukan KKN mulai DIADILI dan DIJATUHI HUKUMAN.
PERTENGKARAN dan PERKELAHIAN dimulai dari MASALAH-MASALAH YANG SEPELE meluas menjadi MASALAH SARA, sehingga MENGANCAM KEUTUHAN KESATUAN BANGSA DAN NEGARA. Alasan sebenarnya terjadinya PERTENGKARAN dan PERKELAHIAN tersebut adalah BEREBUT WARISAN yakni SUMBER DAYA ALAM yang terdapat di berbagai WILAYAH (daerah), yang sebelumnya DIKUASAI oleh PEMERINTAH PUSAT.
Pengesahan Undang-undang OTONOMI DAERAH bukan saja telah menyebabkan munculnya "RAJA-RAJA KECIL" atau "RAJA-RAJA DAERAH" yang berkeinginan MENGUASAI SEPENUHNYA seluruh potensi SUMBER DAYA ALAM -- termasuk penggundulan hutan dengan mengatas-namakan pembukaan perkebunan swasta -- yang ada di wilayah (daerah) mereka masing-masing, tetapi juga telah menyebabkan maraknya gerakan PEMEKARAN WILAYAH atau PEMEKARAN DAERAH yang DISPONSORI oleh pihak-pihak yang juga HAUS KEKUASAAN dan RAKUS KEKAYAAN, sehingga dapat menjurus kepada KERUNTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
Mengisyaratkan kepada KEMUNGKINAN RUNTUHNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA itulah perkataan Prabu Siliwangi berikut ini:
64. Ngan NU ARELING CICING, ngan ukur NGALALAJOANAN ngan sakadar KABARERANG. Nu garelut laju REUREUH, laju kakara arengeuh, TAYA NU MEUNANG BAGIAN,
65. sabab WARISAN KABEH PEREN, BEAKNA KU NU NYAREKEL, ku nu NYAREKEL GADEAN. BUTA-BUTA nyarusup, NU GELUT JADI KAREUEUNG ditempuhkeun LEUNGITNA NAGARA.
Terjemah:
64. Hanya saja mereka yang "ARELING" (sadar akan diri) diam, hanya MENONTON, hanya sekedar "kabarerang" (TERKENA AKIBAT BURUKNYA). Yang BERKELAHI kemudian semakin REDA, kemudian mereka mengetahui (menyadari), TIDAK ADA YANG MEMPEROLEH BAGIAN,
65. sebab WARISAN SEMUANYA HABIS, habis oleh YANG MEMEGANG "gadean" (barang jaminan), Para RAKSASA "nyarusup" (menyelinap masuk/bersembunyi), YANG BERKELAHI MENJADI TAKUT menjadi takut "katempuhan" (didakwa) HILANGNYA NEGARA).

Mencari "Budak Angon" (Anak Gembala)

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
66. Laju NEANGAN BUDAK ANGON, nu saungna DI BIRIT LEUWI, dihateup ku HANDEULEUM, pantona BATU SATANGTUNG, ditihangan HANJUANG, BUDAK ANGON GEUS EUWEUH.
67. Ari inyana dek MENTA TUMBAL nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE.
68. Nu kasampak kari GAGAK, nyata GAGAKNA keur NGELAK, dina TUTUNGGUL". Eyang Prabu pok ngadawuh: "Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI,"
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT.
Terjemah:
66. Kemudian mereka MENCARI BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "BIRIT LEUWI" (di pinggir lubuk/palung sungai), "DIHATEUP KU HANDEULEUM" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "PANTONA BATU SATANGTUNG" (pintunya berupa sebuah batu) bertiangkan HANJUANG tetapi ANAK GEMBALANYA sudah TIDAK ADA.
67. Ada pun TUJUANNYA hendak MEMINTA "TUMBAL" (obat/sarana penyembuh) kepada ANAK GEMBALA, tersebut, tetapi IA SUDAH BERANGKAT (PERGI) bersama-sama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (anak/remaja berjanggut) pergi BERPINDAH TEMPAT, pindah ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN).
68. Yang ditemukan hanya BURUNG GAGAK yang sedang berbunyi terus menerus di atas TUNGGUL POHON. Eyang Prabu [Siliwangi] selanjutnya berkata: "DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI,"
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa
"BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau "URANG SUNDA" YANG BERANI yakni KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (JEMAAT AHMADIYAH), yang sebelumnya oleh berbagai pihak DIUPAYAKAN untuk DIMUSNAHKAN KEBERADAANNYA, mereka akan DICARI-CARI untuk DIMINTA PERAN-SERTANYA membenahi KEADAAN NEGARA YANG KACAU-BALAU, akan tetapi "BUDAK ANGON" telah pergi bersama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (ANAK/REMAJA BERJANGGUT) ke tempat lain.
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa makna "BUDAK JANGGOTAN SAJAMANG HIDEUNG" (REMAJA BERJANGGUT BERBAJU HITAM) dapat mengisyaratkan kepada MANTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KE IV, KH. ABDURRAHMAN WAHID. Pada masa pemerintahan KH. ABDURRAHMAN WAHID, berkat KARUNIA ALLAH TA'ALA, KHALIFATUL MASIH KE IV JEMAAT AHMADIYAH, MIRZA TAHIR AHMAD R.A., pada bulan Juli tahun 2000 telah BERKUNJUNG KE INDONESIA, dan telah melakukan KUNJUNGAN KEHORMATAN kepada PRESIDEN KH. ABDURRAHMAN WAHID dan kepada KETUA MPR RI, PROF. DR. H. AMIEN RAIS MA.
Ada pun yang menarik dari kunjungan IMAM JEMAAT AHMADIYAH SEDUNIA ke INDONESIA adalah terjadi pada SITUASI dan KONDISI DALAM NEGERI INDONESIA yang SECARA AKAL mustahil PIHAK PEMERINTAH akan memberi IZIN, sebagaimana halnya pada masa pemerintahan ORDE BARU. Namun Penulis dan rekan-rekan 3 bulan sebelum KUNJUNGAN BERSEJARAH tersebut terlaksana berulang kali mendapat khabar gembira yang datang dari "Dunia Karuhun (Leluhur)" bahwa, "ARANJEUN BAKAL KADATANGAN JALMA SUCI" (kalian akan kedatangan orang suci), dan khabar gembira tersebut menjadi kenyataan.
Pertemuan antara kedua PEMIMPIN UMAT tersebut CUKUP UNIK, sebab selain keduanya adalah pemeluk AGAMA ISLAM, kedua PEMIMPIN UMAT itu pun ketika menjabat sebagai PEMIMPIN UMAT sama-sama menduduki JABATAN sebagai PEMIMPIN UMAT YANG KE IV, yakni sebagaimana halnya KH. ABDURRAHMAN WAHID adalah PRESIDEN RI yang ke IV, demikian pula MIRZA TAHIR AHMAD R.A. ketika itu pun adalah KHALIFATUL MASIH yang ke IV.
Pada saat KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yakni JEMAAT AHMADIYAH di INDONESIA mengalami MAKAR BURUK dari PIHAK-PIHAK YANG MENENTANGNYA – yang mencapai puncaknya berupa PENYERANGAN KE PUSAT JEMAAT AHMADIYAH di Kemang – BOGOR pada tgl. 15 JULI 2005 -- MANTAN PRESIDEN RI ke IV, KH. ABDURRAHMAN WAHID adalah salah seorang dari sekian banyak TOKOH ISLAM dan TOKOH NASIONAL yang paling VOKAL dalam MEMBELA JEMAAT AHMADIYAH.
Sebagai tanda kepedulian besar KHALIFATUL MASIH IV, MIRZA TAHIR AHMAD R.A. kepada NKRI – yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam – beliau dalam rangka KUNJUNGAN BERSEJARAH BELIAU KE INDONESIA telah menggubah sebuah SYAIR yang berjudul "JAYALAH INDONESIA." (Lihat Lampiran I).
Perkataan Prabu Siliwangi mengenai kepindahan "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) dan "BUDAK JANGGOTAN" (Anak/Remaja Berjanggut) ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN) dapat mengisyaratkan kepada semakin eratnya "kerjasama dalam kebaikan dan takwa" (Qs.5:3) antara "KOMUNITAS MUSLIM BUDAK JANGGOTAN" (Nahdlatul Ulama/NU) dengan "KOMUNITAS MUSLIM BUDAK ANGON" (Jemaat Ahmadiyah), walau pun dalam beberapa hal antara kedua "komunitas" UMAT ISLAM tersebut terdapat perbedaan pemahaman.
Prabu Siliwangi berkata: "......geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE. (ia sudah berangkat bersama-sama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (anak berjanggut) pergi PINDAH TEMPAT TINGGAL, pindah ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN).
"Lebak Cawene" (Lembah Perawan) dapat mengisyaratkan kepada "keadaan suasana hati yang baru" di antara dua "Komunitas Muslim" (Nahdlatul Ulama dan Jemaat Ahmadiyah), sebab pada hakikatnya kedua Komunitas Muslim tersebut merupakan "saudara kandung" yakni Saudara Seagama. Ketika Jemaat Ahmadiyah mendapat berbagai hujatan dari berbagai pihak, yang tampil membela Jemaat Ahmadiyah adalah tokoh-tokoh Muda Islam dari Nahdlatul Ulama (NU), di antaranya DRS. ULIL ABSHAR ABDALLAH.

Burung Gagak

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata: ".... Nu kasampak kari GAGAK, nyata GAGAKNA keur NGELAK, dina TUTUNGGUL". (Yang dijumpai hanya BURUNG GAGAK yang sedang berbunyi terus menerus di atas TUNGGUL POHON)."
Cerita tentang BURUNG GAGAK terdapat dalam Al-Quran, yaitu sehubungan dengan kisah PENGORBANAN yang dipersembahkan oleh 2 ORANG ANAK ADAM, tetapi Allah Ta'ala HANYA MENGABULKAN PENGORBANAN dari salah seorang di antara keduanya, sehingga menyebabkan saudaranya melakukan PEMBUNUHAN karena merasa DENGKI dan MARAH terhadap SAUDARANYA YANG PENGORBANANNYA DIKABULKAN OLEH ALLAH TA'ALA (Qs.5:28-33).
"BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau "URANG SUNDA" YANG BERANI atau KOMUNITAS MUSLIM "NEGARA PAJAJARAN ANYAR" pun memiliki PERSAMAAN dengan nasib baik ANAK ADAM yang PENGORBANANNYA DIKABULKAN (DITERIMA) OLEH ALLAH TA'ALA, sehingga akibatnya KOMUNITAS MUSLIM "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) tersebut DI SELURUH DUNIA senantiasa menghadapi UPAYA PEMBUNUHAN dari SAUDARA-SAUDARA SEAGAMANYA, semata-mata karena RASA DENGKI (Qs.15:12; Qs.36:31-33; Qs.43:8), seperti KEDENGKIAN yang diperagakan oleh IBLIS terhadap ADAM (KHALIFAH ALLAH), atau seperti KEDENGKIAN yang diperagakan oleh SAUDARA-SAUDARA TUA NABI YUSUF A.S. terhadap NABI YUSUF A.S..
Upaya-upaya PEMBUNUHAN yang dilakukan PIHAK-PIHAK YANG MEMUSUHI KOMUNITAS MUSLIM "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" tersebut telah mendapat respons negatif dari Allah Ta'ala berupa ditimpakan-Nya berbagai macam AZAB, di antaranya adalah PERANG DUNIA I dan PERANG DUNIA II, sebagaimana diisyaratkan oleh Prabu Siliwangi dalam ungkapan "GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA" (Burung garuda menetaskan telornya) berkenaan dengan dijatuhkannya BOM ATOM oleh PESAWAT PEMBOM pasukan AMERIKA SERIKAT atas kota HIROSHIMA dan kota NAGASAKI di JEPANG, yang menyebabkan berakhirnya PERANG DUNIA KE II:
40. Laju aya hawar-hawar ti tungtung SAGARA KALER, ngaguruh jeung ngageleger GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA, GENJLONG SAAMPARAN JAGAT, di urang rame nu MANGPRING.
41. PRANGPRING SABULU-BULU GADING, kumpul KUNYUK ting rumpuyuk TURUNAN URANG NGARAMUK, ngaramuk TEU JEUNG ATURAN, loba nu paraeh pisan, NU PARAEH TANPA DOSA.
42. Musuh dijarieun batur, batur dijarieun musuh, mengadak lobana PANGKAT, MARENTAH SIGA NU EDAN, nu bingung tambah baringung, BUDAK SATEPAK JARADI BAPA.
43. Nu ngaramuk tambah rosa, ngaramuk teu pilih bulu, nu barodas dibuburak, nu hideung disieuh saheng buana urang ku sabab nu ngaramukna.
44. Teu beda reujeung tawon du dipalengpeng sayangna, sanusa dijieun jagal, tapi kaburu disapih, nu nyapihna URANG SEBRANG, laju ngadegna deui RAJA.
Terjemah:
40. Kemudian terdengar sayup-sayup di ujung LAUTAN SEBELAH UTARA "NGAGURUH JEUNG NGAGELEGER" (suara menderu keras dan menggelegar) BURUNG GARUDA MENETASKAN TELURNYA, GEMPAR SELURUH DUNIA, di [kawasan] kita ramai yang "MANGPRING" (berperang melawan penjajah).
41. PRANG-PRING SABULU-BULU GADING, (mengamuk/melawan penjajah), KUMPULAN KERA berjatuhan lemas, keturunan kita semuanya mengamuk, MENGAMUK TIDAK DENGAN ATURAN, sehingga BANYAK YANG MATI, yang mati TANPA DOSA.
42. MUSUH dijadikan TEMAN, TEMAN dijadikan MUSUH, mendadak BANYAK PANGKAT (jabatan), MEMERINTAH SEPERTI ORANG GILA, yang bingung menjadi semakin bingung, "BUDAK SATEPAK JARADI BAPA" (anak masih ingusan menjadi penguasa/majikan) .
43. Yang mengamuk bertambah hebat, mengamuk dengan tanpa pilih bulu, "NU BARODAS" (yang putih) DIUSIR, "NU HIDEUNG" (yang hitam) "DISIEUH SAHENG BANGSA URANG" (bangsa kita diacak-acak dan dibikin ribut), sebab yang mengamuknya,
44. tidak berbeda dengan TAWON YANG SARANGNYA DILEMPAR, senusa (tanah air) dijadikan JAGAL (tempat pembantaian), tetapi keburu dilerai, yang melerainya BANGSA SEBRANG (asing), kemudian berdirinya lagi RAJA.
Mengisyaratkan kepada PERANG DUNIA itu pulalah ungkapan perkataan Prabu Siliwangi berikut ini:
68. "..................Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI,
69. nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, GENJLONG deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT."
Terjemah:
68. .........DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI,"
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE TELAH MELETUS, disusul oleh TUJUH GUNUNG, GEMPAR LAGI SEANTERO DUNIA, ORANG SUNDA bakal "DISARAMBAT" (DIHARAPKAN PERAN-SERTANYA).
Kemungkinan besar yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi adalah PERANG DUNIA KE III atau PERANG NUKLIR (Qs.52:8-17; 56:2-7; Qs.70:2-19; Qs.104:2-10, lihat Bible: II Peterus 3:1-16; Wahyu 10:1-10), sebab dalam kenyataannya sekalipun umumnya UMAT MANUSIA telah diperingatkan oleh ALLAH TA'ALA dengan PERANG DUNIA I dan PERANG DUNIA II serta telah dihujani dengan berbagai bentuk AZAB, akan tetapi mereka tetap saja mereka berupakan MELAKUKAN UPAYA "PEMBUNUHAN" terhadap MISSI SUCI BUDAK ANGON dan KOMUNITASNYA yakni mereka MELARANG BANGKITNYA KEMBALI KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR", yakni JEMAAT AHMADIYAH yang didirikan oleh RATU ADIL atau IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S. (AL-MASIH YANG DIJANJIKAN A.S. – yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S. (Qs.43:58; Qs. 61:10; Qs.62:3-5).
Respon negative Allah Ta'ala terhadap pendustaan dan penentangan yang dilakukan para penentang RATU ADIL -- IMAM MAHDI A.S. berupa ditimpakannya berbagai bentuk azab dahsyat yang sangat banyak memakan korban jiwa – contohnya peristiwa Tsunami yang melanda Daerah Istimewa Aceh pada bulan Desember 2006, yang kemudian disusul oleh gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa bulan kemudian – sesuai dengan firman Allah Ta'ala berikut ini, yang merupakan lanjutan kisah 2 orang putra Adam (Kain dan Habel) dan burung gagak sebelumnya:
مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ
Oleh sebab itu Kami menetapkan bagi Bani Israil bahwasanya barangsiapa membunuh seseorang sedangkan orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau telah mengadakan kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah ia membunuh sekalian manusia. Dan barangsiapa menyelamatkan nyawa seseorang maka ia seolah-olah menghidupkan seluruh manusia. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda yang nyata kemudian sesungguhnya kebanyakan mereka sesudah itu melampaui batas di bumi. (Al-Maa-idah, 33).
Sudah dapat dipastikan bahwa yang diimaksud dengan "SESEORANG" yang dengan membunuhnya atau menyelamatkannya seolah-olah telah membunuh seluruh manusia atau menghidupkan seluruh manusia adalah RASUL ALLAH, sebab seluruh kisah para Rasul yang tercantum dalam Al-Quran membuktikan, bahwa akibat pendustaan dan penentangan yang dilakukan oleh para pemuka kaum yang durhaka Allah Ta'ala dan terhadap Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, maka Allah Ta'ala telah membinasakan seluruh kaum tersebut (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16-17; Qs.20:135; Qs.22:46; Qs.28:59-60).
Kedurhakaan Bani Israil kepada Nabi Daud a.s. dan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menyebabkan kedua Rasul Allah tersebut mengutuk orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil (Qs.5:79; Qs.3:88; Qs.4:48), sehingga mengakibatkan Allah Ta'ala telah mengusir secara hina orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil tersebut dari Palestina (Yerusalem) dua kali, pertama melalui penyerbuan dahsyat Raja Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia dan yang kedua kali oleh penyerbuan dahsyat Titus dari kerajaan Romawi (II Raja-raja 25:1-21; Matius fs 23:1-39 & 24:1-28; Qs.17:5-11; Qs.2:259). Selanjutnya Allah Ta'ala:

اِنَّمَا جَزٰٓؤُا الَّذِیۡنَ یُحَارِبُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ یَسۡعَوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ فَسَادًا اَنۡ یُّقَتَّلُوۡۤا اَوۡ یُصَلَّبُوۡۤا اَوۡ تُقَطَّعَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَرۡجُلُہُمۡ مِّنۡ خِلَافٍ اَوۡ یُنۡفَوۡا مِنَ الۡاَرۡضِ ؕ ذٰلِکَ لَہُمۡ خِزۡیٌ فِی الدُّنۡیَا وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ۳۴ اِلَّا الَّذِیۡنَ تَابُوۡا مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ تَقۡدِرُوۡا عَلَیۡہِمۡ ۚ فَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪۳۵

Sesungguhnya BALASAN bagi ORANG-ORANG YANG MEMERANGI ALLAH dan RASUL-NYA dan berdaya upaya mengadakan KERUSAKAN DI BUMI bahwasanya mereka DIBUNUH atau DISALIB atau DIPOTONG TANGAN dan KAMI MEREKA disebabkan oleh permusuhan mereka atau mereka DIUSIR DARI NEGERI. Hal itu adalah PENGHINAAN BAGI MEREKA DI DUNIA ini, dan DI AKHIRAT pun mereka akan mendapat AZAB YANG BESAR, kecuali mereka yang bertaubat sebelum kamu berkuasa atas mereka. Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (Al-Maaidah, 34-35).
Sunnatullah tersebut berlaku pula bagi UMAT ISLAM ketika mereka mendustakan dan menentang MISAL NABI ISA IBNU MARYAM A.S., atau IMAM MAHDI A.S. atau ALMASIH MAU'UD A.S. atau RATU ADIL yang memimpin "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" – yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., PENDIRI JEMAAT AHMADIYAH – oleh karena itu TERLEPASNYA PALESTINA DARI KEKUASAAN UMAT ISLAM DI TIMUR TENGAH pada tahun 1948 merupakan suatu bentuk PENGUSIRAN yang dilakukan ALLAH TA'ALA terhadap UMAT ISLAM (Bani Ismail), sebagaimana yang telah dilakukan pula terhadap ORANG-ORANG YAHUDI ketika mereka berusaha membunuh NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. melalui PENYALIBAN.

(
Bersambung).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar