HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSIT
PRABU SILIWANGI
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
"Urang Sunda Pakidulan" &
Tanda-tanda Akhir Zaman
Tanda-tanda Akhir Zaman
Dari nomor 10 sampai nomor 16 Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni:
Mereka yang pergi ke SELATAN dapat merujuk kepada penduduk kerajaan Pajajaran yang tetap mempertahankan AJARAN LELUHUR (ajaran Ka-SUNDA-an), dalam hal ini adalah penduduk yang berada di wilayah selatan PASUNDAN (Jawa Barat) -- yang dikenal dengan sebutan PAKIDULAN -- mulai dari daerah Ciamis Selatan sampai dengan daerah Banten Selatan, termasuk Ujung Wahanten (Jungkulan/Ujung Kulon).
Wilayah Pakidulan Jawa Barat terkenal dengan berbagai jenis "ilmu magic" atau ILMU KANURAGAN warisan leluhur, yang kemudian – akibat penggunaannya yang keliru -- "ilmu-ilmu kanuragan" dari daerah Pakidulan Provinsi Jawa Barat tersebut lebih dikenal sebagai "ilmu hitam." Pada hakikatnya semua jenis ilmu kanuragan bersifat "netral," perbedaan dalam penggunaan ilmu-ilmu itulah yang kemudian melahirkan sebutan "ilmu putih" dan "ilmu hitam" terhadap ilmu-ilmu kanuragan tersebut.
Mereka yang mengungsi ke daerah "Pakidulan" tersebut – contohnya penduduk pedalaman wilayah Banten selatan yang disebut "urang Baduy" -- mereka mempercayai dan menunggu-nunggu KEMUNCULAN kembali "ngadegna deui" (berdirinya kembali) "NAGARA PAJAJARAN ANYAR".
Tanda-tanda munculnya kembali "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tersebut diabadikan dalam bentuk uga atau pun dalam bentuk "pesan leluhur" mengenai akan terjadinya berbagai peristiwa, misalnya akan terjadinya pembangunan bendungan di sebuah sungai tertentu, pembangunan jalan, terjadinya wilayah pemukiman baru, dibuatnya terusan-terusan (kanal-kanal) sungai, dan peristiwa-peristiwa lainnya yang berskala kedaerahan.
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut adalah tanda-tanda Akhir Zaman berskala internasional yang diisyaratkan oleh Allah Ta'ala dalam Al-Quran:
Tanda kemunduran keadaan umat Islam akibat semakin jauhnya mereka dari masa kehidupan Nabi Besar Muhammad saw., diisyaratkan dalam ungkapan "apabila matahari digulung" (Qs.81:2).
Tanda jatuhnya akhlak dan ruhani para pemuka agama – terutama para pemuka agama Islam -- dari kedudukan mulianya, diisyaratkan dalam ungkapan, "apabila bintang-bintang berjatuhan" atau "apabila bintang-bintang disuramkan"(Qs.81:3; Qs.82:3).
Tanda terjadinya peperangan antar bangsa-bangsa, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila gunung-gunung dijalankan" (Qs.18:48; Qs.52:11; Qs.78:21; Qs.81:4).
Tanda diciptakannya sarana transportasi baru yang memanfaatkan tenaga api, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila unta-unta bunting sepuluh bulan ditinggalkan" (Qs.81:5). Lihat pula Qs. 16:6-9; Qs.36:42-43.
Tanda dibangunnya "kebun-kebun binatang" di dalam kota, atau dibangunnya "tempat-tempat tinggal untuk bangsa-bangsa terbelakang agar menjadi masyarakat yang mengenal tata-tertib" -- atau sebaliknya "bangsa-bangsa terbelakang tersebut dipaksa untuk meninggalkan kampung halaman mereka", dibangunnya komplek-komplek perumahan dll, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila binatang-binatang liar dikumpulkan" (Qs.81:6).
Tanda dibuatnya terusan-terusan (kanal-kanal) yang menghubungan sungai-sungai, bahkan menghubungkan lautan dengan lautan, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila sungai-sungai disalurkan" (Qs.81:7) atau "apabila lautan dialirkan" (Qs.82:4).
Tanda diciptakannya berbagai sarana transportasi dan sarana komunikasi canggih sehingga setiap orang atau bangsa dapat bertemu atau dapat berkomunikasi langsung dengan orang atau bangsa lainnya, walaupun mereka dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer jauhnya Atau merujuk kepada pembentukan berbagai macam perkumpulan manusia (bangsa-bangsa) atas dasar adanya kesamaan dalam pandangan-pandangan mengenai kemasyarakatan atau politik berupa partai-partai, dan lain-lain. yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila jiwa-jiwa (manusia-manusia) dipertemukan (dikumpulkan)" (Qs.81:8). Lihat pula Qs.99:7-9.
Tanda munculnya gerakan emansipasi wanita atau gerakan menuntut persamaan hak (persamaan gender) antara kaum wanita dengan kaum laki-laki, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup akan ditanya, karena dosa apa ia dibunuh?" (Qs.81:9-10).
Tanda terjadinya kemajuan dalam bidang penerbitan dan penyebaran buku-buku, majalah-majalah, suratkabar-suratkabar, sistem perpustakaan dan taman-taman bacaan serta tempat-tempat dan sarana-sarana lainnya serupa itu untuk penyiaran ilmu pengetahuan, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila buku-buku (lembaran-lembaran) disebar-luaskan" (Qs.81:11).
Tanda terjadinya kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu falak (astronomi) dan dalam upaya-upaya mengarungi ruang angkasa melalui pesawat ulang-alik dll, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila langit dibuka" (Qs.81:12), lihat pula Qs.55:34.
Tanda terjadinya kemajuan pesat dalam ilmu arkeologi (kepurbakalaan) yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila kuburan-kuburan dibongkar" (Qs.82:5; Qs.100:10). Demikian juga akan terjadi kemajuan pesat dalam bidang pertambangan dan dalam segala macam ilmu, terutama ilmu geologi, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila bumi digoncangkan segoncang-goncangnya, dan bumi mengeluarkan bebannya" (Qs.99:2-3).
Penulis telah mengemukakan beberapa contoh uga atau pesan leluhur dari berbagai daerah tersebut dalam buku "KITAB SUCI AL-QURAN (Induk Sejarah Hakiki). Hubungan Firman Allah Ta'ala Dalam Kitab-kitab Suci, Sabda Para nabi, Para Wali Allah, dan Wasiyat Para Leluhur dengan UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI.
Penduduk Banten Selatan, yang lebih dikenal dengan sebutan "urang Baduy hingga saat ini mereka tetap mempertahankan "tradisi leluhur" mereka. "Urang baduy" adalah keturunan para pengungsi dari kerajaan Pajajaran yang mengungsi ke sebelah "kulon" (barat) bersama Prabu Raga Mulya (Pucuk Umun) yang kemudian melarikan diri ke wilayah Banten Selatan ketika Prabu Ragamulya (Pucuk Umun) diserang dan dikalahkan oleh oleh tentara Islam pimpian Pangeran Hasanuddin yang dibantu oleg tentara dari kerajaan Demak.
Berikut adalah beberapa "Kampung Adat" selain "Kampung Baduy Jero (Dalam)" dan "Kampung Baduy Luar" yang terdapat di wilayah Jawa Barat: (1) "Kampung Adat" di kampung Urug, di daerah Bogor Barat, (2) "Kampung Pulo" di desa Cangkuang – Leles, Garut, (3) "Kampung Naga" di Tasikmalaya, (4) "Kampung Kuta" di kecamatan Cisaga – Ciamis, dan "Kampung-kampung Adat" lainnya di berbagai tempat- lain di Jawa Barat. Orang-orang yang tetap mempertahankan "Kampung Adat" tersebut adalah "mereka yang pergi ke SELATAN" dan mereka termasuk ke dalam sebutan "Urang Pakidulan", sebagaimana perkataan Prabu Siliwangi: "Nu tetep NGILU JEUNG NGAING marisah ka beulah KIDUL...."
"Urang Sunda Pakaleran & Pawetanan"
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
10. .............. nu HAYANG BARALIK DEUI KE DAYEUH NU DITINGGALKEUN,
11. geura misah ka beulah KALER, ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
Terjemahannya:
10. .................. yang mau KEMBALI lagi ke KOTA YANG DITINGGALKAN,
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA.
Mereka yang pergi ke UTARA dapat merujuk kepada:
(1) keturunan para bangsawan kerajaan Pajajaran yang tetap memendam keinginan untuk menghidupkan kembali "dinasti kerajaan Pajajaran", terutama mereka yang mengklaim sebagai keturunan sah dari Prabu Siliwangi.
(2) merujuk mereka yang saat ini secara simbolik duduk sebagai penguasa kesultanan (kerajaan), yang menginginkan agar mereka mendapat kekuasaan sepenuhnya sebagaimana yang sebelumnya pernah dimiliki oleh para leluhur mereka.
Gejala-gejala yang akhir-akhir ini banyak muncul ke permukaan di berbagai wilayah NKRI mengindikasikan kedua kenyataan sebagaimana dikatakan oleh Prabu Siliwangi: ".....nu HAYANG BARALIK DEUI KE DAYEUH NU DITINGGALKEUN, geura misah ka beulah KALER..."
Bangkitnya Kerajaan Islam & Penguasa Muslim
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang mereka yang memisahkan diri ke sebelah TIMUR:
11. ..................... ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
Terjemahannya:
11. ................... bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA.
Mereka yang pergi ke TIMUR dapat merujuk penduduk kerajaan Pajajaran yang kemudian memeluk agama Islam. Ada pun alasannya adalah:
(1) Dalam kenyataannya mereka yang kemudian memeluk agama Islam itulah yang menjadi para penguasa negara (raja atau sultan) di berbagai kerajaan (kesultanan) Islam, contohnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur muncul Kesultanan Demak, setelah lenyapnya kekuasaan kerajaan Majapahit yang meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah dikalahkan pada masa pemerintahan Raja Kertabumi IV (Prabu Udara). Demikian juga di Jawa Barat muncul Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten setelah lenyapnya kekuasaan kerajaan Pajajaran oleh serbuan pasukan Kesultanan Banten.
(2) Sejak bangsa Indonesia memproklamirkan KEMERDEKAAN -- dari penjajahan Belanda (Kerbau Bule) selama 350 tahun dan penjajahan Jepang (Kera) selama 3 1/2 tahun.-- pada tgl. 17 Agustus 1945, sampai saat ini (2007) yang menjadi KEPALA NEGARA atau menjadi PRESIDEN Republik Indonesia adalah selalu seorang MUSLIM.
Kepada mereka yang pergi ke sebelah TIMUR tersebut Prabu Siliwangi telah memberikan peringatan sebagai berikut:
11.........ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
Terjemahannya:
11. ....... bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA).
Ada pun mengenai bentuk-bentuk "pembalasan" yang akan dialami oleh "mereka yang pergi memisahkan diri ke sebelah timur" dijelaskan pada bagian lainnya dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi.
(Bersambung).
Perubahan jaman telah dilalui, sebuah pesan dalam bahasa Indonesia “Jangan melihat kebelakang” artinya adalah jangan Mengingkari Perintah Alloh” sesuai QS. 3.144
BalasHapusوَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ ﴿١٤٤﴾
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.”