HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM UGA WANGSIT
PRABU SILIWANGI
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Pemboman Kota Hiroshima & Nagasaki
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
40. Laju aya hawar-hawar ti tungtung SAGARA KALER, ngaguruh jeung ngageleger GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA, GENJLONG SAAMPARAN JAGAT, di urang rame nu MANGPRING.
41. PRANGPRING SABULU-BULU GADING, kumpul KUNYUK ting rumpuyuk TURUNAN URANG NGARAMUK, ngaramuk TEU JEUNG ATURAN, loba nu paraeh pisan, NU PARAEH TANPA DOSA.
42. Musuh dijarieun batur, batur dijarieun musuh, mengadak lobana PANGKAT, MARENTAH SIGA NU EDAN, nu bingung tambah baringung, BUDAK SATEPAK JARADI BAPA.
43. Nu ngaramuk tambah rosa, ngaramuk teu pilih bulu, nu barodas dibuburak, nu hideung disieuh saheng buana urang ku sabab nu ngaramukna.
44. Teu beda reujeung tawon du dipalengpeng sayangna, sanusa dijieun jagal, tapi kaburu disapih, nu nyapihna URANG SEBRANG, laju ngadegna deui RAJA.
Terjemah:
40. Kemudian terdengar sayup-sayup di ujung LAUTAN SEBELAH UTARA "NGAGURUH JEUNG NGAGELEGER" (suara menderu keras dan menggelegar) BURUNG GARUDA MENETASKAN TELURNYA, GEMPAR SELURUH DUNIA, di [kawasan] kita ramai yang "MANGPRING" (berperang melawan penjajah).
41. PRANG-PRING SABULU-BULU GADING, (mengamuk/melawan penjajah), KUMPULAN KERA berjatuhan lemas, keturunan kita semuanya mengamuk, MENGAMUK TIDAK DENGAN ATURAN, sehingga BANYAK YANG MATI, yang mati TANPA DOSA.
42. MUSUH dijadikan TEMAN, TEMAN dijadikan MUSUH, mendadak BANYAK PANGKAT (jabatan), MEMERINTAH SEPERTI ORANG GILA, yang bingung menjadi semakin bingung, "BUDAK SATEPAK JARADI BAPA" (anak masih ingusan menjadi penguasa/majikan) .
43. Yang mengamuk bertambah hebat, mengamuk dengan tanpa pilih bulu, "NU BARODAS" (yang putih) DIUSIR, "NU HIDEUNG" (yang hitam) "DISIEUH SAHENG BANGSA URANG" (bangsa kita diacak-acak dan dibikin ribut), sebab yang mengamuknya,
44. tidak berbeda dengan TAWON YANG SARANGNYA DILEMPAR, senusa (tanah air) dijadikan JAGAL (tempat pembantaian), tetapi keburu dilerai, yang melerainya BANGSA SEBRANG (asing), kemudian berdirinya lagi RAJA.
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa PESAWAT PEMBOM tentara AMERIKA SERIKAT menjatuhkan BOM ATOM di kota HIROSHIMA dan NAGASAKI, yang mengakibatnya berakhirnya PERANG DUNIA KEDUA karena balatentara JEPANG menyerah di berbagai wilayah ASIA TIMUR dan ASIA TENGGARA, termasuk di wilayah NUSANTARA.
Kekalahan bala tentara JEPANG tersebut dimanfaatkan oleh BANGSA INDONESIA untuk memproklamirkan KEMERDEKAAN pada tgl 17 AGUSTUS 1945. Namun pernyataan KEMERDEKAAN tersebut mendapat tekanan hebat dari pihak BELANDA yang kembali mendarat di Indonesia bersama-sama dengan PASUKAN SEKUTU, akibatnya terjadi pertempuran hebat dengan para pejuang KEMERDEKAAN sehingga banyak menelan korban jiwa.
Walau pun pada akhirnya BELANDA terpaksa mengakui KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA, akan tetapi di dalam negeri terjadi berbagai gejolak yang menyebabkan terjadinya PERANG MELAWAN SESAMA BANGSA INDONESIA, contohnya pemberontakan DI TII di Pulau Jawa, pemberontakan PRRI di Pulau Sumatera, pemberontakan Kahar Muzakkar di Pulau Sulawesi, pemberontakan Permesta di Maluku, Pemberontakan PKI di Madiun, dll.
Presiden Soekarno
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
45. Asalna JALMA BIASA, memang TITISAN RAJA, TITISAN RAJA BAHEULA, biangna hiji PUTRI, PUTRI PULO DEWATA, da puguh TITISAN RAJA.
46. RAJA ANYAR hese apesna, hese apes ku rogahala. Ti harita GANTI DEUI JAMAN, GANTI JAMAN GANTI LALAKON, teu lila geus TEMBONG BULAN, tembongna bulan TI BEURANG,
47. disusul kalewat BENTANG, BENTANG CAANG NU NGAGENCLANG, di urut NAGARA URANG ngadeg deui KARAJAAN, RAJA JERO KARAJAAN, lain TEUREUH PAJAJARAN.
Terjemah:
45. Asalnya orang biasa, tetapi memang keturunan RAJA, keturunan RAJA dahulu kala, ibunya seorang PUTRI, PUTRI PULAU DEWATA, karena memang KETURUNAN RAJA,
46. RAJA BARU sulit mengalami apes (nasib malang), sukar mengalami nasib malang oleh usaha pembunuhan. Dari sejak itu berganti lagi jaman, berganti jaman berganti cerita, tidak lama waktunya sudah kelihatan bulan, kelihatan bulan di siang hari,
47. disusul "kalewat bentang" (munculnya bintang), terang bintang yang berbinar, di bekas KERAJAAN kita berdiri lagi KERAJAAN, RAJA dalam KERAJAAN, bukan KETURUNAN PAJAJARAN.
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa besar kemungkinan yang dimaksudkan dengan RAJA tersebut adalah PRESIDEN SOEKARNO. Ayahnya memiliki hubungan darah dengan RAJA-RAJA kerajaan di Jawa, sedangkan ibunya berasal dari keturunan RAJA-RAJA di Bali.
PRESIDEN SOEKARNO dalam masa kepemimpinannya pernah mengalami beberapa kali upaya pembunuhan tetapi selalu selamat.
Sikap tegas PRESIDEN SOEKARNO terhadap pihak BARAT penganut faham KAPITALISME telah menyebabkan REPUBLIK INDONESIA menjadi salah satu negara yang CUKUP DISEGANI di dunia, terutama di kalangan negara-negara yang tergabung dalam negara-negara NON BLOK.
Antara PRESIDEN SOEKARNO dengan RAJA-RAJA PAJAJARAN tidak mempunyai HUBUNGAN DARAH secara LANGSUNG, oleh karena itu PRESIDEN SOEKARNO bukan "terah" (keturunan) RAJA-RAJA PAJAJARAN.
Presiden H.M.Soeharto & Orde Baru
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
48. Laju aya deui RAJA, tapi RAJA BUTA, lawang teu meunang dibuka, panto teu meunang ditutup, pancuran di tengah jalan, ngingu HEULANG na CARINGIN.
49. Da puguh RAJANA BUTA, teu neuleu aya BUHAYA, reujeung AJAG, UCING GARONG, reujeung pirang-pirang KUNYUK NGOROWOTAN NU SARUSAH. Sakalina AYA NU NGAGEUING,
50. nu diporog LAIN SATONA, tapi JALMA NU NGELINGAN. Mingkin hareup mingkin hareup LOBA JALMA NU BARUTA, naritah NYEMBAH BERHALA, bubuntut SALAH NGATURNA.
50. NGATURNA SAKAMA-KAMA PANARAT, pabeulit dina cacadan, SALAH NGAWULUKUNA lain JALMA TUKANG TANI, karuhun TARATE hampa sawareh,
52. nya KAPAS hapa buahna, nya PARE acak-acakan, LOBA NU TEU ASUP KANA ASEUPAN, sabab bongan NU NGEBONNA LOLOBANA TUKANG BOHONG.
53. Nu TANI ngan wungkul JANGJI, loba nu PALINTERNA, pinterna KABALINGER. Hol datang BUDAK JANGGOTAN SAJAMANG HIDEUNG, datangna nyonyoren KANERON BUTUT.
Terjemah:
48. Kemudian ada lagi RAJA, tapi RAJA BUTA (RAKSASA), pintu gerbang tidak boleh dibuka, jendela tidak boleh ditutup, pancuran di tengah jalan, memelihara elang di atas pohon beringin.
49. Karena memang RAJANYA RAKSASA, tidak melihat ada BUAYA dan SERIGALA, KUCING HUTAN dan macam-macam KERA yang MENGGEROGOTI ORANG-ORANG YANG HIDUP SUSAH. Sekalinya ADA YANG MEMBERI PERINGATAN,
50. Yang DITANGKAP bukan BINATANGNYA melainkan ORANG YANG MEMPERINGATKANNYA. Semakin ke depan semakin ke depan banyak orang yang menjadi RAKSASA (rakus), menyuruh menyembah berhala, kemudian BAJAK salah mengaturnya.
51. mengaturnya sekehendak hati "panarat" (pembajak), "pabeulit jeung cacadan" (...............................), salah membajaknya karena bukan oleh orang yang biasa bertani (petani), "karuhun" (................) teratai hampa sebagian.
52. begitu juga kapas hamba buahnya, begitu juga padi acak-acakan, banyak yang tidak masuk, tidak masuk ke dalam tempat mengukus, disebabkan karena kebanyakan orang-orang yang suka berdusta.
53. Yang bertani hanya sekedar janji, banyak orang yang pinter (pandai), [tetapi] pinter keblinger. Lalu datang BUDAK ANGON (Anak Gembala) "sajamang hideung" (berbaju hitam), datangnya sambil menyelendangkan "kaneron butut" (kantong anyaman jelek).
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain, bahwa setelah masa PEMERINTAHAN SIPIL yang dipimpin oleh PRESIDEN SOEKARNO – yang kemudian dikenal dengan sebutan PEMERINTAHAN ORDE LAMA (ORLA) – kemudian muncul PEMERINTAHAN MILITER yang dikenal dengan nama PEMERINTAHAN ORDE BARU (ORBA) – dibawah kepemimpinan PRESIDEN H.M. SUHARTO.
Penyebutan RAJA BUTA (RAJA RAKSASA) dapat mengisyaratkan kepada: (1) KUATNYA KEKUASAAN YANG DIMILIKI PEMERINTAHAN ORDE BARU dibawah kepemimpinan PRESIDEN SUHARTO, sebab hampir SEMUA POSISI KEPEMIMPINAN -- mulai dari PRESIDEN, PARA MENTERI, PARA GUBERNUR, PARA BUPATI, PARA CAMAT sampai dengan para KEPALA DESA -- berasal dari kalangan MILITER. (2) Penyebutan RAJA BUTA (RAJA RAKSASA) dapat pula mengisyaratkan kepada KERAKUSAN terhadap KEKUSAAN dan HARTA KEKAYAAN.
Ungkapan kalimat berikut ini menggambarkan KEKUASAAN RAJA BUTA (RAJA RAKSASA) yang memiliki KEWENANGAN TIDAK TERBATAS tersebut: "lawang teu meunang dibuka, panto teu meunang ditutup, pancuran di tengah jalan, ngingu heulang na caringin" (pintu gerbang tidak boleh dibuka, pintu tidak boleh ditutup), pancuran di tengah jalan, memelihara elang di atas pohon beringin).
Ungkapan "ngingu heulang dina caringin" (memelihara BURUNG ELANG pada POHON BERINGIN). "Pohon Beringin" dapat mengisyaratkan kepada GOLKAR (Golongan Karya) – Sekarang namanya PARTAI GOLKAR -- yang dibentuk Pemerintahan ORDE BARU guna MEMBENTENGI KEKUASAANNYA, sebab para pengurusnya umumnya berasal dari kalangan MILITER, yang dilambangkan sebagai "burung elang."
Ungkapan "PANCURAN DI TENGAH JALAN" dapat mengisyaratkan kepada meningkatnya pembangunan berbagai SARANA dan PRA SARANA FISIK, yakni terjadi kemajuan pesat dalam MAKRO EKONOMI. Namun kemajuan dalam pembangunan SARANA FISIK dan MAKRO EKONOMI tersebut bukan merupakan akibat dari KESUKSESAN PENDAYAGUNAAN secara optimal SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia), melainkan akibat terjadinya praktek KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang berlangsung TANPA RINTANGAN, sehingga PENGGEROGOTAN UANG NEGARA (UANG RAKYAT) dilakukan dengan tanda adanya RASA TAKUT.
Apabila ada PIHAK yang MEMPERINGATKAN terjadinya PERBUATAN BURUK berupa terjadinya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) tersebut bukan para PELKUNYA dijatuhi malah justru PIHAK YANG MEMBERI PERINGATAN yang akan menjadi SASARAN berbagai bentuk ANCAMAN dan INTIMIDASI. Akibatnya semakin banyak PARA PEJABAT dan para PENGUSAHA -- yang memiliki HUBUNGAN KHUSUS dengan para PEJABAT NEGARA tersebut – semakin menjadi-jadi dalam upaya MEMPERKAYA DIRI DAN KELUARGA MEREKA, sehingga PENYEMBAHAN terhadap "BERHALA" KESENANGAN KEHIDUPAN DUNIAWI semakin merajalela.
Walaupun Pemerintahan ORDE BARU (ORBA) dapat mempertahankannya KEKUASAANNYA selama 32 tahun, akan tetapi dikarenakan PENGELOLAAN berbagai SDA dan SDM tidak dilakukan secara PROFESIONAL maka akibatnya PEMERINTAHAN ORDE BARU telah GAGAL dalam membangun "LANDASAN PACU EKONOMI" yang kuat, sehingga "PESAWAT EKONOMI" tidak pernah berhasil 'TINGGAL LANDAS" sampai dengan PEMERINTAHAN ORDE BARU diganti oleh PEMERINTAHAN PERALIHAN yang dipimpin oleh PRESIDEN BJ HABIBIE. Bahkan ketika KEPEMIMPINAN NASIONAL berganti lagi ke tangan SIPIL keadaan PESAWAT EKONOMI nyaris BERHENTI BERGERAK.
Menurut Uga Wangsit Prabu Siliwangi, biang dari kegagalan dalam BIDANG EKONOMI tersebut adalah karena:
49. .......bubuntut SALAH NGATURNA.
50. NGATURNA SAKAMA-KAMA PANARAT, pabeulit dina cacadan, SALAH NGAWULUKUNA lain JALMA TUKANG TANI, karuhun TARATE hampa sawareh,
52. nya KAPAS hapa buahna, nya PARE acak-acakan, LOBA NU TEU ASUP KANA ASEUPAN, sabab bongan NU NGEBONNA LOLOBANA TUKANG BOHONG.
Yakni BAJAK SALAH MENGATURNYA, mengaturnya SEKEHENDAK HATI "PANARAT" (pembajak), "pabeulit jeung cacadan" yakni SALAH MEMBAJAKNYA karena BUKAN ORANG YANG BIASA BERTANI, sehingga mengakibatkan "KARUHUN" (benih) TERATAI hampa sebagian, begitu juga KAPAS hampa buahnya, begitu juga PADI acak-acakan, BANYAK YANG TIDAK MASUK, tidak masuk ke dalam TEMPAT MENGUKUS, disebabkan karena KEBANYAKAN ORANG-ORANG ADALAH PENDUSTA (TIDAK JUJUR). Yang BERTANI hanya SEKEDAR JANJI, banyak orang yang PINTER, PINTER KEBLINGER.
(Bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar