HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSIT
"Nagara Pajajaran Anyar" &
"Ismuhu Ahmad" & Sifat "Urang Sunda"
UGA WANGSIT
PRABU SILIWANGI
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
"Nagara Pajajaran Anyar" &
"Ismuhu Ahmad" & Sifat "Urang Sunda"
Prabu Siliwangi -- sebagaimana tertera dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini -- mempercayai bahwa di masa mendatang kerajaan PAJAJARAN akan "bangkit" kembali sebagai "NAGARA PAJAJARAN ANYAR", yang segala sesuatunya berbeda dengan "nagara Pajajaran" sebelumnya, sebagai akibat berubahnya jaman. Sehubungan dengan hal itu Prabu Siliwangi berkata:.
5. "Lalakon urang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing henteu meunang mawa pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin baru lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupnya, sangkan jembar sugih-mukti bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.
8. Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN."
Terjemahannya:
5. "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja uga-nya (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setia kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping, dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "JEMBAR SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
8. Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh BERUBAHNYA JAMAN."
Walaupun wujud "Nagara Pajajaran" tersebut berbeda satu sama lain, akan tetapi dari segi sifat kedua "Nagara Pajajaran" tersebut memiliki persamaan, yakni kedua "Nagara Pajajaran" tersebut memiliki jiwa "KA-SUNDA-AN", antara lain berupa kelemah-lembutan dan keramah-tamahan terhadap sesama dan tamu.
Jiwa "KA-SUNDA-AN" yang diperagakan oleh Prabu Siliwangi dan para leluhur beliau – khususnya Maharaja Linggabuana (Prabu Wangi) dan Maharaja Niskala Wastu Kancana (Prabu Wangisutah) -- sesuai dengan peragaan sifat AHMAD Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana yang dikemukakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.61:7), yang melambangkan sifat JAMAL (kelemah-lembutan dan keindahan akhlak dan ruhani -- Qs.9:61, 128; Qs.33:22; Qs.61:7; Qs.68:2-7), firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata, "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku dalam Taurat dan memberi khabar suka tentang seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya AHMAD." Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata, "Ini adalah sihir yang nyata" (Ash-Shaff, 7).Perbedaan Makna "Muhammad" dan "Ahmad"
Sejarah kenabian membuktikan bahwa Rasul Allah yang diutus setelah Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) adalah Nabi Besar Muhammad saw. – yakni "Nabi yang seperti Musa" (Qs.46:11; Ulangan 18-18-19) atau "Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Matius 23:37-39) atau "Roh Kebenaran yang menceritakan semua kebenaran" (Yohanes 16:12-14).
Ada pun hikmah kenapa Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) tidak menyebut nama dzat dari "nabi yang akan datang" tersebut – yakni MUHAMMAD -- melainkan menyebut salah satu nama sifat beliau saw. yaitu AHMAD adalah:
Setiap Rasul Allah yang membawa peraturan syariat – termasuk Nabi Musa a.s. dan Nabi Muhammad saw. -- selain sebagai pemimpin ruhani juga berkedudukan sebagai pemimpin jasmani atau raja, itulah sebabnya pada masa kerasulan nabi-nabi pembawa syariat terdapat peraturan tentang jihad di jalan Allah berupa perang secara jasmani (Qs.5:21-27; Qs.9:39-42; Qs.22:40).
Kenyataan tersebut merujuk kepada sifat Jalaal (Mahagagah) Allah Ta'ala (Qs.55:28 & 79), yang harus diperagakan oleh para Rasul pembawa syariat dan para pengikutnya. Jalaal artinya besar, mulia, agung. Ungkapan tajalli Ilahi artinya penampakkan keagungan Tuhan (Qs.7:144), firman-Nya:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ()وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Segala sesuatu yang ada di atasnya akan binasa (lenyap), dan yang kekal hanyalah Wajah (Wujud) Tuhan engkau, Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan (Ar-Rahmaan, 27-28).Dalam nama-dzat MUHAMMAD selain terkandung sifat jamaal (keindahan/kelembutan) terkandung pula sifat jalaal, sedangkan dalam nama-sifat AHMAD yang lebih dominan adalah sifat jamaal (keindahan/kelembutan - Qs.12:19-84; Qs. 15:86; Qs.33:29 &50; Qs.70:6; Qs.73:11).
Demikian pula halnya dalam sifat-sifat Nabi Musa a.s. pun sifat jalaal beliau a.s. sangat dominan, sehingga ketika terjadi perkelahian antara seorang Bani Israil dengan seorang Mesir lalu Nabi Musa a.s. telah memukul orang Mesir tersebut sampai mati (Qs.28:15-22).
Itulah sebabnya ketika Taurat -- yang lebih menekankan kepada hukum pembalasan -- telah memberikan dampak buruk kepada Bani Israil yang sebelumnya bersifat pengecut -- akibat penindasan dinasti Fir'aun di Mesir selama 400 tahun -- yakni mereka telah menjadi kaum yang berhati keras dan senang menumpahkan darah, lalu Allah Ta'ala mengutus Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) dengan membawa Injil yang lebih menekankan kepada pemaafan, dengan tujuan untuk menyempurnakan hukum-hukum Taurat (Matius 5:17-48). Yakni Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) telah memperagakan sifat jamaal (keindahan/kelembutan) guna mengimbangi sifat jalaal yang terkandung dalam hukum Taurat.
Merujuk kepada kenyataan itu pulalah mengapa Nabi Isa Ibu Maryam a.s. dalam Qs.61:7 telah menyebut Rasul Allah yang datang setelah beliau dengan nama AHMAD. Yakni walau pun yang dimaksudkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) adalah Nabi Besar MUHAMMAD saw., akan tetapi sekaligus merujuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar MUHAMMAD saw. di Akhir Zaman (Qs.62:3-5) dalam nama-sifat beliau saw. yaitu AHMAD, yang akan lebih menekankan kepada sifat Jamaal (keindahan/kelembutan), karena ketika itu keadaan hati umumnya umat Islam telah sama dengan keadaan hati kaum Yahudi yang telah keras membatu (Qs.2:75; Qs.5:14; Qs.6:44; Qs.57:17).
Mengisyaratkan kepada adanya persamaan sifat jamaal (keindahan/kelembutan) antara Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) dengan "Nabi AHMAD a.s. " – yang merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di di Akhir Zaman di kalangan kaum aakhariina minhum (Qs.62:3-5) – itulah maka Allah Ta'ala telah menyebut "Nabi AHMAD a.s." sebagai misal Isa Ibnu Maryam Israili a.s., firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan sanggahan terhadapnya (Az-Zukhruf, 58).Sifat jamaal (keindahan/kelembutan) yang terkandung dalam nama-sifat AHMAD dari Nabi Besar Muhammad saw. tersebut memiliki banyak persamaan dengan sifat lembut umumnya "URANG SUNDA" yang telah diperagakan oleh Prabu Siliwangi, di antaranya adalah beliau telah memberi kebebasan kepada rakyat Pajajaran untuk menentukan sikapnya masing-masing, satu sama lain tidak diperkenankan saling memaksakan kehendak, sebagaimana ajaran Islam (Al-Quran -- Qs.2:257; Qs.10:100; Qs.11:119; Qs.18:30; Qs.76:4), firman-Nya:
لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۲۵۷﴾
Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, dan barangsiapa menolak ajakan orang-orang yang sesat dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada suatu pegangan yang kuat dan tidak kenal putus. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (Al-Baqarah, 257)."Pajajaran Anyar" dan "Urang Sunda"
Jadi, sehubungan dengan dihancurkannya keraton Pakuan Pajajaran oleh serbuan pasukan rahasia dari Kesultanan Banten tersebut, Prabu Siliwangi bukan saja telah berkata tentang akan bangkitnya "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" tetapi juga telah menyinggung tentang peran "URANG SUNDA":
5. "Lalakon urang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing henteu meunang mawa pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin baru lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupnya, sangkan jembar sugih-mukti bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.
8. Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN."
Terjemahannya:
5. "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja uga-nya (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setia kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping, dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "JEMBAR SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
8. Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh BERUBAHNYA JAMAN."
Mengenai "URANG SUNDA" , Prabu Siliwangi dalam bagian lain dari Uga Wangsitnya berkata:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA DISARAMBAT.
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."
Perjalanan Sejarah "Urang Sunda"
Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang "Perjalanan Sejarah" yang akan dialami oleh "masyarakat Nagara Pajajaran" setelah lenyapnya "Nagara Pajajaran":
10. Dawuhan EYANG PRABU geura ieu darengekeun: "Nu tetep NGILU JEUNG NGAING marisah ka beulah KIDUL, nu HAYANG BARALIK DEUI KE DAYEUH NU DITINGGALKEUN,
11. geura misah ka beulah KALER, ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahannya:
10. Perkataan EYANG PRABU coba dengarkanlah ini: "YANG TETAP IKUT DENGANKU [hendaknya] MEMISAHKAN DIRI ke sebelah SELATAN; yang mau KEMBALI lagi ke KOTA YANG DITINGGALKAN,
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA.
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. Nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU AKAN JEBOL.
(Bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar