Selasa, 01 September 2009

Khalifah Allah dan Khalifah Rasul Allah


HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN & MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA" DALAM

UGA WANGSIT

PRABU SILIWANGI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

BAB XII

Khalifah Allah & Khalifah Rasul Allah

Setelah mengalami puncak kejayaannya di masa pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., maka sesudah Nabi Sulaiman a.s. wafat, kerajaan Bani Israil di masa pemerintahan putera beliau a.s. yang lemah (Qs.34:15; Qs.38:35-36) pecah menjadi 2 buah wilayah kerajaan, yakni: (1) kerajaan Yehuda, dan (2) kerajaan Israel.
Demikian pula halnya dengan kerajaan Islam Bani Ismail pun, setelah masa kepemimpinan para Khulafatur-Rasyidin maka kerajaan Islam Bani Umayyah yang berpusat di Damascus (Damsyik) akhirnya digantikan oleh Kekhalifahan Bani Abbas yang berpusat di Baghdad (750-1258 M), sedangkan Kekhalifahan Bani Umayyah selanjutnya berkuasa di Andalusia (Spanyol) yang berpusat di Kordoba.
Setelah kota Baghdad, pusat kekuasaan kekhalifahan Bani Abbas, dihancur-luluhkan oleh sebuan dahsyat bala tentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada th. 1258 Masehi, kemudian muncul kekuasaan para Sultan, dan pada abad ke 16 muncul 3 imperium Islam terbesar di antara sekian banyak Sultanat tersebut, yaitu:
1. Daulat Utsmaniyah yang menganut paham Sunni di Asia Barat dan Eropa Timur yang berpusat di Istambul;
2. Daulat Safawiyah yang menganut faham Syi'ah di Farsi; dan
3. Daulat Moghul yang menganut faham Sunni di anak benua India.
Kekuasaan Daulat Utsmaniah atau Daulat Otoman berakhir pada th. 1922 dengan dihapuskannya kesultanan, dan pada th. 1924 dihilangkannya kekhalifahan oleh revolusi pembaharuan di Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal. Sejak saat itu umat Islam tidak lagi memiliki Khalifah.

"Kebangkitan Kembali" Kaum-kaum Purbakala &
"Kedatangan" Para Rasul Allah

Sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw., sistim Kekhalifahan di lingkungan umat Islam dibangkitkan lagi oleh Allah Ta'ala melalui pengutusan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada th. 1889, yang atas perintah Allah Ta'ala beliau a.s. telah mendakwakan diri sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) dan Imam Mahdi a.s., yakni Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh pemeluk agama dengan sebutan (nama) yang berlainan.
Pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut sangat penting, sebab di Akhir Zaman ini semua perbuatan buruk yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala -- yang telah dibinasakan oleh Allah Ta'ala karena mereka mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di antara mereka-- semua keburukan kaum purbakala tersebut kini telah muncul kembali dalam kuantitas dan kualitas yang lebih mengerikan lagi, seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit lagi di permukaan bumi ini, firman-Nya:

وَ اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ۱۲ لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ۱۳ لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ ﴿ۚ۱۴ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ۱۵ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿۱۶ اَلَمۡ نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ۱۷ ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿۱۸ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿۱۹ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿۲۰﴾...............وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿۳۸ ہٰذَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ۚ جَمَعۡنٰکُمۡ وَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿۳۹ فَاِنۡ کَانَ لَکُمۡ کَیۡدٌ فَکِیۡدُوۡنِ ﴿۴۰ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿٪۴۱

Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan, hingga Hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...........................
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Inilah Hari Keputusan. Kami mengumpulkan kamu dan kaum-kaum terdahulu. Maka jika kamu mempunyai tipu-daya, lakukanlah tipu daya terhadapku. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan (Qs.77:12-20 & 38-41)
Sungguh tidak adil, apabila di masa yang lalu jika ada suatu kaum yang melakukan syirik dan melakukan satu dua macam keburukan maka Allah Ta'ala sebelum mengazabnya terlebih dulu mengutus seorang Rasul Allah kepada kaum tersebut, sedangkan di Akhir Zaman ini tatkala semua jenis keburukan yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala telah dilakukan oleh umat manusia tetapi Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Rasul-Nya. Benarkah demikian?

Khilafatan 'Alaa Minhajin Nubuwwat &
Khalifah Allah dan Khalifah Rasul Allah

Berikut adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang akan dibangkitkannya lagi Khilafat 'alaa minhajjin nubuwwah (kekhalifahan atas dasar kenabian) di lingkungan umat Islam, setelah mengalami kemunduran selama 1000 tahun (Qs.32:6), sejak kejayaan umat Islam yang pertama selama 300 abad setelah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.:
"Takuunu nubuwwatu fiikum maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'aala; tsumma takuunu khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'aala; tsumma takuunu mulkan 'aadhan fatakuuna maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhaallaahu ta'aala; tsumma takuunu mulkan jabbariyyatan fatakuunu maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhaallaahu ta'aala; tsumma takuunu khilaafatun 'alaa minhajin- nubuwwati", tsumma sakata.
"Sedang terjadi kenabian di kalangan kamu selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian) selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang menggigit maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang memaksa maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian)", kemudian diam (Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hanbal; Kanzul Ummal, juz VI/15114).
Sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, kekhalifahan di lingkungan umat Islam di Akhir Zaman ini dimulai dengan pengutusan Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908), sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. – yakni sebagai RASUL AKHIR ZAMAN -- yang tentang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah Ta'ala (Qs.43:58), dan juga oleh Nabi Besar Muhammad saw. ( Bukhari bab Turunnya Isa Ibnu Maryam a.s.).
Kenapa demikian? Sebab Allah Ta'ala tidak pernah membangun tatanan KHILAFAT tanpa dimulai dengan pengutusan RASUL ALLAH, karena hanya ada 2 macam KHALIFAH yang hakiki, yaitu:
1. KHALIFAH ALLAH, yakni PARA RASUL ALLAH, contohnya Nabi Adam a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Daud a.s., Nabi Isa a.s., Nabi Besar Muhammad saw..
2. KHALIFAH RASUL ALLAH, yakni penerus kepemimpinan RASUL ALLAH, contohnya para KHULAFA-UR-RASYIDAH, Abu Bakar Shiddiq r.a., Umar bin Khaththab r.a., Utsman bin 'Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a..
Oleh karena itu sebutan KHALIFAH bagi para PEMIMPIN UMAT ISLAM setelah para KHULAFA-UR-RASYIDAH tidak tepat sebab mereka itu adalah pada SULTHAN atau RAJA, itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah menyebut masa pemerintahan mereka sebagai Mulkan (Kerajaan), yakni Mulkan 'Aadhdhan dan Mulkan Jabbariyyatan.
Merujuk kepada kenyataan itulah ketika Allah Ta'ala berkehendak akan menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi -- untuk menciptakan "bumi baru" dan "langit baru" (Qs.14:49-53; Wahyu 21:1-5) -- maka Allah Ta'ala telah menjadikan ADAM yaitu seorang RASUL ALLAH, firman-Nya:

ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ لَکُمۡ مَّا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ٭ ثُمَّ اسۡتَوٰۤی اِلَی السَّمَآءِ فَسَوّٰىہُنَّ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ ؕ وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿۳۱ وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿۳۲ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿۳۳ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳۴

Dan ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang KHALIFAH di bumi," mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan mengkuduskan Engkau?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada ADAM nama-nama semua, kemudian Dia mengemukakannya kepada malaikat-malaikat dan berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu berkata benar." Mereka berkata, "Mahasuci Engkau, kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." Dia berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu," maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama itu Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepada kamu sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi dan mengetahui apa pun yang kamu zahirkan dan apa pun yang kamu sembunyikan" (Al-Baqarah, 31-34).
Dari Al-Quran diketahui bahwa hanya kepada para RASUL ALLAH sajalah Allah Ta'ala membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya, firman-Nya:

قُلۡ اِنۡ اَدۡرِیۡۤ اَقَرِیۡبٌ مَّا تُوۡعَدُوۡنَ اَمۡ یَجۡعَلُ لَہٗ رَبِّیۡۤ اَمَدًا ﴿۲۶ عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ۲۷ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ۲۸ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪۲۹

Katakanlah: "Aku tidak mengetahui apakah azab yang dijanjikan kepada kamu itu telah dekat, atau apakah Tuhan-ku telah menetapkan bagi kedatangannya masa yang panjang?" Dia-lah Yang mengetahui yang haib maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada RASUL yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya barisan pengawal malaikat-malaikat berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Tuhan mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka, dan Dia membuat perhitungan tentang segala sesuatu (Al-Jin, 26-29).
Firman-Nya:

مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿۱۸۰

Allah tidak mungkin membiarkan orang-orang mukmin di dalam keadaan kamu sekarang sehingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang gaib kepada kamu tetapi Allah memilih di antara RASUL-RASUL-Nya siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan RASUL-RASUL-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa maka bagi kamu ganjaran yang besar (Aali 'Imran, 180).

Hubungan Penumpahan Darah Dengan Ketakaburan Iblis

Menurut ayat tersebut apabila di lingkungan umat beragama telah timbul pertentangan dan saling mengkafirkan satu sama lain – baik antar umat beragama mau pun antar sekte (firqah) dari agama-agama -- cara Allah Ta'ala memberikan keputusan (penghakiman) untuk memisahkan yang buruk dan yang baik dalam keagamaannya senantiasa dengan mengutus RASUL ALLAH atau KHALIFAH ALLAH.
Dari zaman ke zaman Allah Ta'ala tidak pernah mendelegasikan (menyerahkan) wewenang untuk memberikan FATWA MUKMIN atau KAFIR berkenaan dengan perselisihan di kalangan umat beragama kepada suatu Lembaga Keagamaan buatan manusia, misal-Nya MAJLIS ULAMA melainkan senantiasa dengan cara mengutus RASUL ALLAH yang mengenai kedatangannya telah dijanjikan Allah Ta'ala dan para Rasul Allah yang diutus sebelumnya, firman-Nya:

وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿۳۵ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۳۶ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿۳۷

Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Hai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berkaku takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 335-37).
Firman-Nya lagi:

وَ اِذۡ اَخَذَ اللّٰہُ مِیۡثَاقَ النَّبِیّٖنَ لَمَاۤ اٰتَیۡتُکُمۡ مِّنۡ کِتٰبٍ وَّ حِکۡمَۃٍ ثُمَّ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَکُمۡ لَتُؤۡمِنُنَّ بِہٖ وَ لَتَنۡصُرُنَّہٗ ؕ قَالَ ءَاَقۡرَرۡتُمۡ وَ اَخَذۡتُمۡ عَلٰی ذٰلِکُمۡ اِصۡرِیۡ ؕ قَالُوۡۤا اَقۡرَرۡنَا ؕ قَالَ فَاشۡہَدُوۡا وَ اَنَا مَعَکُمۡ مِّنَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿۸۲ فَمَنۡ تَوَلّٰی بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿۸۳

Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian [dari manusia melalui] nabi-nabi, "Apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang Rasul yang menggenapi apa yang ada pada kamu maka kamu harus beriman kepadanya dan kamu harus menolongnya." Dia berfirman, "Apakah kamu mengakui dan mengambil tanggung-jawab yang Aku bebankan kepada kamu mengenai hal itu?" Mereka berkata, "Kami mengakui." Dia berfirman, "Maka kamu hendaknya menjadi saksi dan Aku pun bersama kamu termasuk orang-orang yang menjadi saksi." Dan barangsiapa berpaling sesudah itu maka mereka adalah orang-orang yang durhaka. (Aali 'Imran, 82-83).
Akibat FATWA KAFIR serta SESAT DAN MENYESATKAN yang dikeluarkan oleh Lembaga-lembaga Keagamaan buatan manusia -- yang mengambil-alih otoritas Allah Ta'ala -- dari zaman ke zaman seperti itulah justru telah timbul KERUSUHAN dan PERTUMPAHAN DARAH di muka bumi, sebagaimana yang disinyalir oleh malaikat-malaikat ketika menanggapi kehendak Allah Ta'ala akan menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi:

وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿۳۱

Dan ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang KHALIFAH di bumi," mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan menguduskan Engkau?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah, 31).

(Bersambung).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar